Keterlambatanmu akan sesuatu bisa jadi karena memang Allah ingin mengajarkanmu suatu hal sampai kamu paham betul dan dapat mengambil banyak pelajaran darinya.
Beberapa orang diciptakan dengan karakter seperti batu. Keras. Harus dijatuhkan dan dibentur berkali-kali untuk bisa paham.
Beberapa yang lain diciptakan dengan telinga yang sabar mendengar. Belajar dari pengalaman orang lain, menganalisa, memisahkan mana yang layak untuk diadaptasi dan mana yang tidak, lalu mencoba menerapkan pada dirinya.
Beberapa diberi kemampuan untuk cepat memahami. Cepat membaca situasi, memutuskan langkah, namun terkadang membuatnya gegabah.
Dan beberapa di antaranya Tuhan ciptakan dengan pertumbuhan yang lambat. DiajarkanNya suatu hal itu perlahan, hingga tak jarang ia menjadi yang terakhir paham.
Tiada yang lebih unggul dari satu atau yang lain karena kemampuan setiap individunya pun berbeda. Kita semua masih sama-sama meraba, hanya saja cara dan alurnya yang tak sama. Namun, tujuannya satu; pemahaman.
Dan, ya, ujian yang kita hadapi pun tentu berbanding lurus dengan kemampuan yang Tuhan anugerahi.
Tak peduli seberapa cepat kamu bisa memahami sesuatu, Tuhan hanya ingin melihat usaha dan prosesmu dalam memahaminya.
Masa bodoh dengan keterlambatan, bukankah pemahaman akan sesuatu yang sedang kamu jalani dan perjuangkan itu lebih krusial?
Ia mungkin cepat, tapi bisa jadi pemahamannya dangkal.
Kamu mungkin lambat, dan pemahamanmu harus lebih dalam.
Pada akhirnya, mereka yang akan merdeka adalah yang berhasil mengetahui kapasitas dirinya. Mereka tau kapan harus melangkah dan berhenti. Mereka selalu siap dengan strategi terbaik untuk apa yang sedang mereka hadapi.
Dan semua bermula dari fokus ke dalam, dan berhenti menjadi penonton atas proses orang lain.
Hamba-Mu ini lemah ya Allah tanpa pertolongan dari-Mu
Punya impian yang besar, punya cita cita yang tinggi, adalah hal yang dimiliki oleh setiap manusia dimuka bumi ini.
Begitupun denganku,
Akan kuabadikan proses perjalanan menggapai impian itu melalui tulisan disini agar jika sewaktu waktu aku lelah, ada hal yang bisa menjadi penguatnya kembali.
Pertama, Luruskan niat.
Mel, jangan sampai salah niat ya...
Luruskan niat, menggapai impian itu agar bisa jadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Agar tidak menjadi manusia yang sia sia, agar bisa mendapatkan Ridha-Nya.
Kedua, Ikhtiar.
Mel, ingat kata bapak,
"Sesuatu itu harus ada ilmunya."
Termasuk kedalam ikhtiar kita itu. Jangan asal ikhtiar saja, ikhtiarnya harus dibarengi ilmunya. Agar diperjalanan prosesnya kita juga bisa merasakan perjuangan yang manis.
Ketiga, Tawakkal.
Mel, bagian ketiga ini yang penting. Impian indah itu, kita serahkan ke Allah ya. Biar Allah yang bantu wujudkan, Tugas kita hanya berserah kepada Dia setelah kita berikhtiar. Berharap sama Allah itu, kalau kata ustadz hanan kayak megang tali yang kuattttt bangetttt...
InsyaAllah, gak akan kecewa.
Kan Allah gak mungkin ngecewain hati seorang hamba yang berharap penuh hanya kepada-Nya.
Impian indah itu,
Kita abadikan dengan ratusan bahkan ribuan doa yang akan kita ulang ulang terus ya. Agar Allah yakin, bahwa kita benar benar tulus menginginkan nya.
Ya Rabb, hamba adalah hamba-Mu yang lemah, bahkan untuk mengerakan bola mata saja hamba membutuhkan bantuan-Mu, Ya Rabb lembutkanlah hati hamba untuk bisa tersentuh dengan segala Keagungan-Mu. Ya Rabb, jadikanlah hamba termasuk golongan hamba2-Mu yang pandai mensyukuri segala nikmat pemberian-Mu.
Berkemas pulang sebaiknya dengan bersungguh-sungguh daripada bersiap berangkat. Sebab yang akan menyambut kita adalah "kesetiaan". Sebab yang di rumah menanti dengan penuh senyum kerinduan
Dan ingatlah kawan, rindu ada untuk membuat do'a-do'a rahasia yang membumbung tinggi ke sisi Robb Yang Mahakaya
Dan dijawab-Nya "bagimu juga, seperti apa yang kau pinta, untuk kawanmu tercinta"
Dari milyaran manusia di dunia, perjalanan yakin itu pada akhirnya berhenti pada satu rumah; yang terbaik.
Karena penemuan satu yang terbaik untuk seumur hidup kelak bukan lagi tentang seberapa cepat, tapi seberapa tepat. Tepat untukmu, untuk orang-orang sekitarmu, dan yang lebih krusial lagi; untuk dunia dan akhiratmu.
Untuk petualangan ini, sabarmu harus lebih luas. Bekal ilmumu harus lebih banyak. Ujiannya akan datang dari luar bahkan dari dalam dirimu sendiri. Tapi semua itu hanya angin lalu, jika kau tau betul kemana arah semua hal ini akan bermuara.
Libatkan Allah pada yakinmu.
Sertakan Allah, kemanapun hati kecil akan menuntunmu melangkah. Karena yang paling layak untuk dimintai fatwa pada akhirnya nanti adalah hatimu, sebongkah daging yang Allah titipkan dan harus kau rawat betul dengan seni mencintai Allah.
Cah Ayu, perjalanan masih panjang.
Bahumu harus kuat, langkahmu harus tegap, hatimu harus kokoh, tanganmu harus siap memegang kendali atas segala arus yang kau temui. Mengalirlah dengan tenang namun penuh daya, jangan sampai hanyut.
Aku tumbuh pada titik paling rendah saat sujud kepada-Mu, bahwa jiwaku terpenuhi dengan segala energi pada sumber yang Abadi. Ya Rabb, kepada-Mu lah segala ruang kosong di dalam dadaku terisi. Rahmatilah aku, hamba-Mu yang lemah ini.
Allah is sufficient for me.
Allah is Enough for Me
Hasbiyallahu la ilaha illa Huwa 'alayhi tawkkaltu wa Huwa Rabbul- 'Arshil-'Azim. Translation: Sufficient for me is Allah ; there is no Deity except Him. On Him I have relied, and He is the Lord of the Great Throne.Al-Qur'an, Surah Al-Ahzab, Verse-3
https://www.youtube.com/watch?v=VMO5BSZKrjg