Tumgik
#kiasan
bittersweetmemo · 10 months
Text
Suka Duka Rasa
Seandainya aku bisa mengatakan yang sebenarnya, mungkin rasa itu akan terbalaskan atau setidaknya ada balasan pasti yang takkan membuatku bingung. Aku tak mengharapkan jawaban yang akan membalas rasaku ini. Hanya saja aku pikir aku bisa melegakan perasaanku jika kuungkapkan. Tetapi, ternyata aku tak memiliki kesempatan itu lagi. Karna rasa itu kini tlah melebur menjadi benci yang entah kenapa ia datang.
Andai rasa suka yang selalu bertahan tanpa henti itu menjadi kian berkembang dan mendapat balasan yang sama, namun ternyata duka lebih mendominasi rasa ini sekarang. Mungkin memang tlah waktunya berpulang, kepada rasa nyata yang pahit rasanya.
Tertanda, Quinn of Memories
0 notes
rahmator · 1 year
Text
Dunia ibaratkan lautan. Kita manusia banyak yang tenggelam didalamnya.
Jikalau hendak selamat dan tak ingin karam didasarnya,
Kita harus berlayar dengan bahtera tawakal yang dilengkapi dengan
Keimanan yang teguh.
0 notes
arrahmahcom · 1 year
Text
Gunakan Kiasan Rasis Saat Pidato, Palestina Kecam Pemimpin Uni Eropa
RAMALLAH (Arrahmah.id) – Otoritas Palestina (PA) mengecam Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen setelah dia berpidato untuk peringatan kenegaraan ke-75 “Israel” di mana dia mengklaim ‘negara’ itu telah membuat “gurun mekar”. Dalam sebuah pernyataan, kementerian luar negeri PA menggambarkan frasa yang digunakan oleh pemimpin Uni Eropa sebagai “kiasan rasis” yang berarti “penghapusan”…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
afandriadya · 1 year
Text
50 Pepatah Minang Populer dan Maknanya
Dalam berbicara, orang-orang Minang senang menggunakan kata-kata kiasan. Berkias dalam adat Minang, menunjukkan ketinggian budi dan bahasa seseorang. Meski kata-kata kiasan biasanya digunakan dihadapan orang banyak, namun sering pula kata-kata ini digunakan untuk menyindir atau menegur seseorang. Hidupnya penggunaan kata-kata kiasan dalam masyarakat Minang, dikarenakan adanya semacam kewajiban…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mengejasendu · 23 days
Note
Kak, menurutmu gimana rasanya cinta dalan diam?
Menjawab pertanyaan ini berdasarkan pengalaman pribadi yang sudah lalu, usang dan terkadang mengandung kelucuan bila diputar kembali.
Setelah dipikir dan diungkit kembali; cinta dalam diam versiku terlalu sering berakhir "hati-hati di jalan". Sebagai laki-laki yang pernah mengalami fase remaja yg seutuhnya meski pernah dibentengi pada lingkungan pondok dan asrama yang menjadi tabir antara rasa, logika dan upaya.
Rasa-rasanya cinta dalam diam pernah menjadi bagian dari bahan bakar untuk berkarya, mempertanyakan jati diri, merefleksikan sebagian dari diri untuk menjawab pertanyaan "apakah rasa cinta bertujuan untuk saling melengkapi kekurangan? atau sesederhana damai yang dirasa bila melihat senyumannya?"
Bagaimana rasanya? Kalau disederhanakan ujung dari jawaban ini bisa disederhanakan pakai lagu Sorai buatan Nadin Amizah.
mengutip jurnal Kajian Semantik : Implementasi Makna Kiasan Pada Lagu “Sorai” Karya Nadin Amizah oleh Hermandra dkk.
Sorai berasal dari kata Sorak-Sorai yang berarti teriakan atau perayaan kegembiraan. Kata nadin semua cinta itu patut dirayakan meskipun telah berakhir.
Cinta dalam diam banyak berakhir dengan sorai, semoga lain waktu kita bertemu dengan seseorang yang Selaras.
11 notes · View notes
putrhanna · 1 year
Text
AKU BERHENTI HALAQOH SAJA
(Sebuah renungan, untuk kita yang lelah di jalan Dakwah)
Ustadz, dulu ana merasa semangat dalam dakwah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata para syabab banyak pula yang aneh-aneh.” Begitu keluh kesah seorang daris kepada musrifnya di suatu malam.
Sang musrif hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri daris. “Lalu, apa yang ingin …antum lakukan setelah merasakan semua itu?” sahut sang musrif setelah sesaat termenung.
“Ana ingin berhenti saja, keluar dari Halaqoh ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa syabab yang justru tidak islami. Juga dengan organisasi dakwah yang ana geluti, kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, ana mendingan sendiri saja…” jawab daris itu.
Sang musrif termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.
“Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?” tanya sang musrif dengan kiasan bermakna dalam.
Sang daris terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.
“Apakah antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?” sang musrif mencoba memberi opsi.
“Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan? Bagaimana bila ikan hiu datang? Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimana antum mengatasi hawa dingin?” serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan sang mad’u.
Tak ayal, sang daris menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang musrif yang dihormatinya justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.
“Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?” Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa sang daris . Ia hanya mengangguk.
“Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu temyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak di jalan, atau mencoba memperbaikinya?” tanya sang musrif lagi.
daris tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya.
Tiba-tiba ia mengangkat tangannya, “Cukup ustadz, cukup. Ana sadar. Maafkan ana. Ana akan tetap istiqamah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan…”
“Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Ana akan tetap berjalan dalam dakwah ini. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji-Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa ana”, sang daris berazzam di hadapan musrif yang semakin dihormatinya.
Sang daris tersenyum. “Akhi, jama’ah ini adalah jama’ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi di balik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah.”
“Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta’ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka.”
“Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu, maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?” sambungnya panjang lebar.
“Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da’i. Kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.”
“Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!”
Sang daris termenung merenungi setiap kalimat musrifnya. Azzamnya memang kembali menguat. Namun ada satu hal tetap bergelayut dihatinya.
“Tapi bagaimana ana bisa memperbaiki organisasi dakwah dengan kapasitas ana yang lemah ini?” sebuah pertanyaan konstruktif akhirnya muncul juga.
“Siapa bilang kapasitas antum lemah? Apakah Allah mewahyukan begitu kepada antum? Semua manusia punya kapasitas yang berbeda. Namun tidak ada yang bisa menilai, bahwa yang satu lebih baik dari yang lain!” sahut sang musrif.
“Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua syabab yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada sebuah isyu atau gosip, tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil (dengki, benci, iri hati) antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya.”
Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang daris bergegas mengambil wudhu untuk qiyamullail malam itu. Sang musrif sibuk membangunkan beberapa darisnya yang lain dari asyik tidurnya.
Malam itu, sang daris menyadari kekhilafannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama’ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian juga yang diharapkan dari Antum/antunna yang membaca tulisan ini.. Insya Allah kita tetap istiqamah di jalan dakwah ini.
Wallahu a’lam.
Tulisan seseorang. Semoga Allah menjaganya..
77 notes · View notes
kevinsetyawan · 1 year
Text
Ruang Imaji
Oleh : Kevinsetyawan
Tumblr media
Aku ingin bebas memelukmu dengan sangat erat seolah hari esok tak akan pernah tiba.
kita bisa bebas berbagi bercerita tanpa henti, bahkan kita bisa tertawa lepas mengingat hal hal yang telah lalu.
Indahnya malam itu, aku bisa terus bersamamu menatap jutaan bintang yang tengah berkilau di kelopak matamu, walau sebenarnya kutahu waktu sudah tidak berarti lagi untuk kita.
Tak ada lagi yang nyata selain dirimu seolah yang lain tak lebih dari kiasan fatamorgana belaka.
Suaramu bak senandung malam yang berhasil membuatku ingin menari dibawah sinar bulan.
Menyusuri jalanan setapak malam itu bersamamu sembari mencari peta kebahagiaan untuk kita terus beriringan.
Bersamamu aku merasakan hidup dalam keabadian didalamnya sembari tersesat dalam labirin kebahagiaan aku ingin berbisik dibalik telingamu seolah kita berjanji untuk tidak saling meninggalkan.
Rasanya aku ingin lagi kembali ke ruangan itu lagi dimana aku masih bisa bersamamu melihat senyumanmu dan kita masih bisa tertawa bersama.
Karna waktu tak bisa abadi jadi biarlah semua itu menjadi bagian dari ruang imajiku dengan kamu sebagai wujud yang tak pernah sirna didalamnya.
61 notes · View notes
aisyatulr · 2 months
Text
Tumblr media
Untuk engkau yang paling menenangkan
Aku sengaja mencari ketenangan sambil berharap engkau yang aku temukan. Aku sempat lupa bagaimana caranya awan berguling menutup cahaya bulan, kau masih saja kiasan yang sangat aku idam-idamkan. Melihatmu juga menenangkan, artinya aku mengagumimu tanpa jeda berkepanjangan.
Seandainya ada kata yang melebihi dari kata "suka" jelas aku akan mengutarakannya. Apalagi, aku hanya wanita yang ombaknya tidak pernah lepas dari kata bahaya, aku juga malam yang mencekam untuk pria seterang gemintang, jiwaku seperti laut pasang yang siap menenggelamkan orang.
Aku takut ada yang terluka jika bersamaku, namun kau pria yang paling bisa percaya bahwa rembulan juga butuh gemuruh ombak dilautan agar terasa indah dan menenangkan.
8 notes · View notes
hai-cahaya · 1 year
Text
Untuk A. Seseorang dari Planet lain.
Tumblr media
Aku nggak pernah tau gimana perjuangan dia sampai titik ini.
Yang 'cuma' aku tau, aku yang merasa patah sendiri. Padahal bisa jadi dia yang lebih bergelut dengan hatinya, kan?
Aku nggak pernah tau apapun, karena dia nggak berusaha menjelaskan apapun.
Aku ingin bertanya, tapi sepertinya Tuhan menakdirkan untuk tidak perlu bertanya.
Ya sudah, mungkin baiknya memang begini.
Seorang menyarankan,
"carilah kesalahannya, kekurangannya. Nanti itu bikin kamu ilfeel dan akhirnya lebih mudah buat melupakan"
Aku nggak pernah ingin membuat seseorang tampak buruk dimataku. Apalagi untuk kesan terakhir dia. Aku pengen mengingat baik-baiknya saja. Toh, sudah pernah ku coba untuk mengingat keburukannya, selalu saja hatiku bilang, "namanya Makhluk, mana ada yang sempurna". Lagi pula, pengalihan dengan cara itu menurutku belum bisa dikatakan melepas dengan seikhlas-ikhlasnya lepas. Aku pengen melepasnya dengan memori baik, ya karena memang dia orang baik --lantas kenapa dicari buruknya?
Jalan kami mungkin terlihat lebih terjal. Pun begitu jalannya, ku kira. Apalagi setelah dia hadapi kisah yang membuatnya melewati lorong panjang gelap itu selama bertahun-tahun. Hanya doa terbaik yang bisa ku berikan saat itu dan saat ini.
Meski sepertinya percakapan terakhir kita tidak terlalu baik untuk menjadi penutup semua ini, tapi nggak papa, ending cerita suatu kisah nggak perlu harus selalu jelas, kan? Kalo emang jalannya dibuat gantung, ya gpp aja. Gak semua harus ada jawaban di dunia ini. Dunia memang tidak seideal yang kita harapkan.
Jadi, sekarang mari kita lanjutkan perjalanan kita masing-masing.
Sebetapa inginnya kita ada di jalan yang sama, kalau Yang Maha Kuasa nggak ijinkan, kita nggak bisa maksa, kan?
Aku berdoa semoga banyak hal baik yang menyambutnya di depan sana. Banyak hal baik yang makin mendekatkannya pada Allah. Banyak kebahagiaan yang akan dijemputnya, hingga dia lupa rasa sakit yang pernah dia rasakan. Semoga Allah beri kebaikan, kebahagiaan dunia-akhirat untuknya.
If he reads this, i just want to say:
Sampai jumpa lagi yaa! --eh, ntah mungkin baiknya malah tidak perlu berjumpa lagi. Kenal kamu tuh bikin aku makin kagum sm Allah, punya skenario yang luar biasa buat hambaNya hehe. Padahal ya mungkin, kisah kita banyak juga dilalui oleh orang lain.
Baik-baik, kamu! jangan ngajak orang lain lompat ke jurang yaa wkwk meski itu cuma kiasan, tp jangannn. Ada banyak hal baik yang bisa dikatakan, dibayangkan, dan disemogakan. Berdoalah agar takdir-takdir baik yang mendekatkan dan dijauhkan dengan takdir-takdir yang buruk.
Sampai sekarang aku penasaran gimana kabar 'Pesawat Alien' yang pernah kau jumpai ketika masih kecil. Apakah masih ada, atau udah balik ke planetnya? Hehe
Oh ya, maaf sempat buat penasaran kamu berulang kali. Itu caraku membatasi semuanya. Soal tulisan-tulisan itu, ya memang takdirnya tidak sampai ke kamu aja. Gpp ya, baiknya memang gitu, apalagi setelah ngeliat gimana takdir di depan kita sekarang.
Jadi, ya mungkin cukup ini saja. Jangan panjang-panjang, meski ngobrol denganmu, nggak pernah bisa singkat, kan?
Lagi-lagi biar Takdir Allah saja yang menentukan tulisan ini dibacanya atau tidak. Porsi ikhtiarku udah kulakukan semampuku, meski mungkin masih banyak kurangnya --tapi inilah yang mungkin terbaik.
Glenmore, 18 Mei 2023 - 09.39
19 notes · View notes
mamadkhalik · 1 year
Text
Menuju 1/4 Abad
Malam ke- 18 ramadan ini entah mengapa banyak sekali dapat refleksi.
Dari fenomena anak muda yang dewasa secara umur namun pikiranya masih ke kanak-kanakan. Ada yang egois, individualis, padahal hidup di lingkungan yang mengharuskan bersosialisasi.
Lain lagi, ada yang sudah kuliah, tapi hidup penuh dengan kesia-siaan. Ketika orang tua kerja banting tulang, mereka dengan sengaja sibuk mengejar dunia, lupa dengan segalanya.
Yang paling mengerikan lagi, saat bulan Ramadan adalah ketika waktu berbuka tiba, banyak dari mereka yang buka bersama namun sholat maghrib terlewat begitu saja.
Lebih lebih saat tarawih, cafe-cafe penuh anak muda yang asyik bersenda gurau, padahal tak jauh 500m ada masjid yang dipenuhi orang tua dan juga anak-anak.
Tapi, tulisan ini tak bermaksud untuk merasa lebih baik atau merendahkan orang lain. Hanya sekadar membagikan realita yang nyata adanya dan sebagian besar lebih memilih mengabaikanya.
Dalam kajian-kajian mainstream pemuda yang sering kita ikuti, selalu dijelaskan bahwa pemuda adalah pilar kebangkitan dan ketika ingin menghancurkan sebuah generasi, rusaklah para pemudanya.
Saya jadi teringat sebuah pesan dari seorang senior, binalah 1 orang, selamatkan 1 orang dari jurang kemaksiatan, karena menyelamatkan 1 orang sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia.
Anggapan saya dulu, kata-kata itu hanya kiasan belaka. Namun kalau berkaca dari Siroh, menyelamatkan 1 orang yang yakin akan tauhid itu lebih berarti dibanding membunuh banyak musuh. Dan kita juga tahu, dari orang-orang yang terselamatkan inilah yang nantinya akan mendukung dakwah Islam, menjadi pembelanya yang paling kokoh.
Menuju 1/4 abad ini, masih merasa banyak kurangnya, masih perlu belajar lagi, mencari sebanyak-banyaknya hikmah, untuk menjadi sebenar-benarnya manusia, yang bermanfaat bagi sesama juga mendapatkan RidhoNya.
Tumblr media
32 notes · View notes
fikramlolahi15 · 2 months
Text
Seraut sendu ✍️
Dilingkar penghujung syahdu 28 malam Sya'ban yang telah kita lewati, ruang tempat dimana kita memulai latihan² kecil, bahan ajar uji-coba diri biar jauh lebih siap ketika kita memasuki bulan penuh magfirah.
Seperti kiasan, siang menjadi angan malam menjadi buah mimpi.
Tak terasa gema bertuah telah hinggap dipersada kesadaran batin, mengukir indah didasar sanubari.
Dari kejauhan, debar jiwa menghidu meski hilal masih terus diamati. Tak tertahan gegap-gempita dari pesona bulan seribu malam begitu hebat.
Aku tak kuasa mengelak. MARHABAN YA RAMADHAN telah memenuhi sempitnya ruang dada.
Sadar ku tafakur, betapa naifnya diri ini, berkali² menghimpun dosa, berlumur nista atas laku yang begitu semu, terjerembab dalam fotamorgana kehidupan hasrat, mengamini banyak birahi, liar lalu menjadi lupa jika kita pasti kembali menuju asal.
Di tengah keheningan labil, aku mencoba mencari jejak kebahagiaan yang dahulu pernah ada, tentunya ini tentang dia, sesosok jiwa yang tak terhimpun besaran kasih-dayanya kepada kami.
Selangkah lagi. Dipintu malam yang penuh ampunan itu, aku kembali mengetuk rindu untuk dia yang telah mendahului perjalanan menemui Tuhannya.
Dia yang semasa hayat kukenal selalu menghidupkan malam dengan senandung ayat² suci.
Dia yang sekalipun dalam kepayahan masih teguh mendirikan kewajiban diatas kursi plastik warna hijau miliknya.
Dia manusia paling gelisah yang terus menerus bertanya kabar jika satu diantara anak² masih gelayaran diluar rumah, dia egah untuk tidur sebelum memastikan bahwa kami benar² ada dirumah.
Dia yang paling antusias membangunkan kami diwaktu sahur. Dia yang paling sibuk menyuguhkan makanan² batin tatkala kami berbuka puasa. Koki sederhana yang mampu meracik hidangan dengan cita-rasa yang sangat berkelas.
Dia yang terus merangkul kami disegala suasana.
Kini, tiga tahun sudah dia telah pergi membawa seluruh hangat-ceria kami.
Hanya dedoa yang dapat terus kami langitkan untuknya :
Semoga dosa² Mama Ci terus diampuni, dilapangkan dan dijauhkan dari azab kubur.
Ya Hayyu, turunkanlah rahmat, ampunan, syafaat bagi ahli kubur penganut dua kalimat syahadat.
Ya Qowiyyu, kuatkan jiwa, hati, pikiran dan raga kami sebelum dan sesudah bulan suci Ramadhan ini. Berkahilah hidup kami karna terlampau tinggi bisa patah, terlampau panggang bisa hangus.
Aamiin ya Mujibassailin ☯
Pulau Bisa, 2024
#Coretantetelawas
FB : Fikram Lolahi
IG : @fikramlolahi_
Twitter : @fikramlolahi15
Tumblr : @fikramlolahi15
Tumblr media
4 notes · View notes
tadikamesra · 2 years
Text
WP #53 TADIKA MESRA
Tumblr media
Pict: pinterest
Apapun hanyalah sementara.
~~~~~~
Kupikir, perasaanku padamu ini hanyalah suatu ephemera belaka. Tetapi nyatanya, seiring dengan waktu yang kian berlalu, aku menyadari perasaan ini sangatlah berbeda.
Mungkinkah ini yang namanya perasaan jatuh cinta terhadap seseorang?
@hardkryptoniteheart
———
Jika ephemera ialah sesuatu yang tidak kekal, maka bagiku, seperti perasaan dalam hati.
Jika ia rasa suka.
Perasaan suka itu akan hilang. Sebab ia satu dari sekian ujian. Ia memudar seiring waktu berjalan.
Sebab di kemudian hari, akan selalu kau temui manusia lain dengan istimewanya masing-masing.
Jika ia rasa sedih. Perasaan sedih itu juga akan hilang, kedengaran klasik, memang. Tapi mari percaya, sedihmu akan segera berganti menjadi senyuman. Sebab dalam hari paling pahit sekali pun, masih ada hal-hal kecil yang menyenangkan.
Jika ia rasa benci. Perasaan benci itu--meski kau percaya atau tidak, akan hilang. Maka hati-hatilah dengannya, jangan terlalu merasa benci sebab ia beda tipis dengan cinta. Sebab dengan membenci, waktumu telah habis memikirkan orang yang kau benci. Bukankah memikirkan seseorang tanda peduli? Dan bukankah kepedulian sangat mungkin memunculkan perasaan yang sebaliknya?
Karena hatimu, hatiku, hati kita seperti sehelai bulu di padang pasir.
Terombang-ambing oleh angin, tersapu kumpulan pasir. Dinamis, bukannya statis.
@aboutmydaysblog
———
Sesuatu yang tak kekal itu rasa kita, hidup pada janji-janji yang hanya untuk di ingkari, hidup pada puisi-puisi yang tak menemukan prosanya lagi.
Sesuatu yang tak kekal itu genggaman kita, berdusta pada kata-kata yang katanya akan selalu bersama, berdusta pada mesra-mesra yang katanya akan untuk selamanya.
Sesuatu yang tak kekal itu adalah gombalan mu, yang ucapannya demi ucapannya, yang rayuanya demi rayuanya, omong kosong semua.
@by-u
———
Sedari awal aku diajarkan untuk berlaku sewajarnya saja.....
tanpa perlu terlalu terikat dengan apa dan siapa
sebab toh cepat atau lambat semua akan bergerak dan berganti....
perkenalan - perpisahan
pertemuan dan kemudian pergi....
tapi dengan-mu, melawan semua logika aku hanya ingin diam dan tinggal
@lucifermorningstark
———
Di pesisir andalas Engkau lahirkan aku
Terucap niat merujuk pada janji sanggup meniti
Di tanah banua kau beri tanda
Jalan mencari mulai nampak dimata fana
Di negeri para kolano kembali menghampiri
Tanda kedua pencarian mengenali
Ambigu kudapati
Ragu senantiasa menderu
seiring degup jantung
kala bahasan jalan diutarakan
Kutemukan teman lalu fana
Kutemukan benci lalu fana
Kutemukan luka fana dibalik cinta
pun fana jua
Kutemukan hina berupa harta sebab ia adalah fana nyata
Semua laksana ephemera semata
Tampak nyata dalam mata namun lagi dan lagu ephemera
Dalam ingat dalam bayang bentuk masih lekat
Dalam kenang yang terngiang kutemukan
Ephemera yang menghilang
Asal yang asli kasat mata dalam imaji
Ialah nyata
Maka biar kutuntaskan apa yang pantas
Lantas kenal yang dicari
hingga mati hidup dunia ini
Engkau dzat yang maha kuasa
@barakelana
———
"Kau tau sesuatu yg tidak pernah kekal?" tanyaku.
"Apa?" Kemudian kau kembali bertanya.
"Aku benci tiap kali merasakannya. Aku gelisah ketika sesuatu itu mulai datang. Aku tidak suka sesuatu yg tidak kekal itu."
"Apa? Boleh aku bantu?" Tanyamu sekali lagi
"Duit"
"Hah? Gimana?" Penasaranmu tidak pernah habis
"Aku benci kenapa uang uangku itu nggak pernah kekal. Kenapa cepat sekali habisnya. Kenapa susah sekali mengolahnya. Rasa-rasanya uang itu nggak pernah betah hinggap lama-lama denganku. Padahal aku butuh sekali. Aku butuh menggenggamnya lebih lama, bahkan seterusnya!"
"Kau gila! Kalau itu aku juga butuh!"
kemudian kami berdua sama-sama tertawa; menertawakan kemiskinan.
—curhatan kaum perjuang.
@neptune-perfectstune
———
Aku tahu bahwa apa yang aku alami saat ini adalah ephemera.
Dari waktu, kenangan bahkan saat saat bersamamu.
Tapi di balik dari kiasan semesta yang terjadi di dalam hidupku, aku masih bisa bersyukur karena di balik ketidakkekalan ini aku bisa menikmati sedikit momen bersamamu yang akan menjadi selamanya dalam pikiranku.
@kevinsetyawan
———
Aku menemukan banyak rahasia dari sisi diri yang paling dalam.
Aku memeluk sebagaian yang masih kasar dan belum berbentuk kesempurnaan.
Tertatih aku banyak mencari makna dari sang fana. Dunia.
Menapaki diri dengan sulit dan terengah. Tak ingin kalah katanya, senang banyak pujian katanya.
Itu aku, manusia yang kadang malu menghadap cermin. Engga melihat muka sendiri, picik dengan banyak elegi, hanya memperlihatkan bagaimana aku banyak di dera.
Sombong pada Tuhan sendiri, tak percaya akan hal Terbaik yang akan menjadi takdir. Aku sempoyong tak menengadah dan berbicara lantang "Aku mendapatkan segala hal sebab usahaku. Bukan atas kehendak Tuhanku".
Nyata dalam nyanyian redup pada relung paling pengap. Aku di tempa menjadi manusia.
Aku di bentuk selayaknya para musafir di padang dunia. Panas dan menggelora.
Sakit yang kurasa adalah hal sementara penggugur dosa.
Senang yang kurasa adalah fana dan tidak akan punya makna jika aku tak membuka hati jua mata.
Ephemera.
Cerita soal dunia dan seisinya yang kian hari kian menua.
Ephemera.
Kisah soal manusia yang pongah lagi durhaka pada Tuhannya.
Ephemera.
Petuah soal hidup yang tak banyak di dengar manusia.
Ia senang banyak bahagia.
Ia sudah percaya diri akan masuk surga.
Ia lega akan Dunia yang walau sementara.
@imiw
———
Aku belajar satu hal
Dari setiap apa yg kita terima adalah pemberian
Dan namanya pemberian itu seperti pemberkatan kadang sifatnya tidak kekal tapi layak untuk disyukuri sekhidmat mungkin
Ada satu cerita dalam hidupku
Melayangkan rasa dari asa
Memikirkan pasti dari kepastian
Tapi yg terselamatkan disini hanya doa
Itu menandakan tidak ada yg kekal selama kita masih dalam pangkuan dunia
Harapan yg sampai kepada kita itu pun hanya sebuah titipan
Sebaik-baiknya kita menjaga pada akhirnya itu akan terlepas dengan sengaja atau tidak sengaja
Tanpa sadar kita selalu dilibatkan dalam perasaan campur aduk
Bahkan saat kita larut oleh perasaan itu pun istilah kata ephemera akan melekat sampai akhir dimana kita sudah tidak ada urusan dengan dunia lagi
@teguhherla
———
Keyakinan yang utuh ini–harus dengan cara apa lagi kuruntuhkan berulang kali?
Serangkaian peristiwa yang terjadi.
Patah terbanting lebih dari sekali.
Hancur lebur yang tak pernah mati.
Harus dengan cara apa lagi, agar hati ini tak lagi buntu di kamu?
Aku sadar bahwa, segala sesuatu selama kita di dunia, tidak ada yang benar-benar abadi.
Bahkan selamanya hanyalah sementara–ephemera.
Namun, kenapa harus di kamu?
Ephemera sepertinya tidak berlaku untuk keyakinan sebesar ini.
Persetan dengan konspirasi alam semesta.
Persetan dengan nada tidur pukul dua-dua.
Persetan dengan bunga tidur dini hari pukul tiga.
Sepertinya–aku memang sudah gila?
Atau mungkin–sampai kita tua, sampai tutup usia kita berdua–
Barulah ephemera benar-benar menjadi milik kita?
Kali ini persetan dengan ephemera!
Sudah mati pun inginnya tetap bersama.
Egois! Bodoh! atau benar-benar sudah gila?
@aksara-rasa
~~~~~~
Ruang Kelas Tadika Mesra, 26 Agustus 2022.
65 notes · View notes
gadiskertas23 · 16 days
Text
Sepertinya, orang tuaku sangat trauma dengan keterpurukan.
Mereka akan khawatir jika kami gagal, khawatir jika
Kami kekurangan, dan khawatir jika kami tidak menjalani apa yang menurut mereka baik. Dulu aku berpikir bahwa kekhawatiran itu bentuk rasa sayang. Perlahan , seiring seisi rumah berisi enam orang dewasa aku merasa kekhawatiran itu trauma dari masa hidup sebelumnya.
Hari ini aku berkata jujur sedang terpuruk. Mereka bertanya - tanya apa itu benar atau tidak, karena aku tidak pernah mengatakan apapun tentang hidupku terus terang. Biasanya hanya jawaban umum yang memang - yah seperti itulah hidup. Jawaban yang bisa memuaskan orang tua dengan pikiran sederhana adalah pake yang mereka mengerti yang sering juga kita pisahkan dalam kiasan zaman dulu - zaman sekarang. Mereka sudah keras dengan prinsipnya jadi aku hanya mencoba memuaskan pertannyaan itu seperti yang mereka inginkan.
Hari ini , pertanyaannya bernuansa sama. Sindiran - ledekan, adalah kombinasi maut untuk jenis percakapan harmonis diantara kami. Terutama untuk sang ratu. Dia sangat suka becanda tetapi gampang pula di kerjai. Begitulah hari ini, dia bertanya berulang kali bermaksud bertanya dalam konteks ‘apakah kamu baik-baik saja ?’ Jenis pertanyaan jika aku terlalu banyak diam dan dia sangat ingin mengusikku. Kami tau tidak ada percakapan utuh yang bisa dimulai diantara kami. Selalu saja akan berakhir keruh. Mungkin itu sudah menjadi tabiat anak bungsu perempuan dan ibunya jarang akur. Sama seperti anak laki-laki dan ayahnya.
Jadi dia bertanya terus memastikan jawabanku yang tidak memuaskan hatinya. Tidak membuatnya mengerti mengapa aku masih bisa bertahan dijalan yang membuatku terpuruk seperti ini, saat ini.
Kekhawatirannya berlanjut hingga sisa hari ini, dan aku juga yakin dia memikirkannya hingga dunia mimpi. Sama seperti bapak mengira aku memikirkan terlalu dalam keterpurukanku.
Dan disaat ini aku sangat sedih , bukan karena keterpurukanku. Tapi karena mereka tidak membiarkanku berada dalam masa-masa dimana terkadang aku ingin dipercayai akan sebesar apapun bedan maupun badaiku, aku yakin aku bisa melewatinya.
Saat ini aku merasa apa yang ku lakukan terasa menyedihkan. Tetapi saat aku berhasil menemukan jalan di menit kemudian aku kembali ditarik dalam kesedihanku saat melihat mereka.
Dan hari ini benar-benar sangat panjang.
2 notes · View notes
abidahsy · 3 months
Text
Januari: Menjadi Baru dan Lebih Menghargai Waktu
Di awal tahun 2024 ini, aku dedikasikan diriku untuk belajar beberapa hal yang baru. Kegiatanku sejak pagi hingga malam adalah mempelajari empat hal baru yang berbeda.
Pertama, kelas tentang pra-nikah. Kedua, program persiapan kerja bersama kementrian. Ketiga adalah pengurusan izin sebuah perusahaan jasa keuangan. Keempat, kursus tentang data analytics. Bahkan aku juga sempat mengikuti kelas dance dan berenang. Sebenarnya poin kedua dan ketiga adalah pekerjaan paruh waktu, jadi aku menghitungnya sebagai 'belajar' tapi dibayar. Aku menganggap kantor adalah sekolah karena selalu ada hal baru yang bisa dipelajari, akan ada ujian yang menyertai, dan 'hadiah' atas kelulusan dari ujian tersebut.
Selain belajar, aku juga mengajar. Tidak formal seperti menjadi guru di sekolah, tapi lebih ke dosen praktisi dan mentor di sebuah program kepemimpinan atau beasiswa. Menariknya, bertemu dengan para mahasiswa yang semangat mencari ilmu selalu memberikan energi tersendiri sekaligus pengingat bahwa sejatinya manusia harus terus belajar.
Secara garis besar aku melihat dunia ini sebagai sekolah. Entah itu sekolah yang benar-benar sekolah dalam artian harfiah atau sekolah dalam arti kiasan. Aku menganggap orang-orang di sekitarku adalah guru. Entah itu guru sungguhan dalam bentuk guru/dosen di kelas, instruktur kursus, mentor, atau sesederhana diri sendiri di masa lalu yang menjadi guru kehidupan. Yang mengajariku makna sabar dan syukur dalam bertumbuh.
Seorang bijak mengatakan bahwa jangan membandingkan diri dengan orang lain, tapi bandingkan diri dengan diri sendiri di masa lalu. Kamu adalah kamu, dan lihatlah sudah sejauh mana kamu bertumbuh. Syukuri itu dan lanjutkan perjalanan dengan sabar yang lebih banyak dan tak berujung.
Menjadi lebih baik dari hari kemarin adalah suatu hal yang wajib bukan? Karena kalau hari ini sama seperti kemarin artinya merugi dan kalau lebih buruk artinya celaka.
Jika kita diberikan satu hari saja waktu untuk hidup, itu tandanya Allah memberikan 24 jam kesempatan tambahan untuk melakukan kebaikan, 1440 menit untuk bertaubat, atau 86.400 detik untuk bersyukur dan bertasbih pada-Nya. Sebelum maut datang dan segalanya tidak lagi bisa dicatat dan diperhitungkan dalam buku amalan.
Sangat benar firman Allah tentang waktu. Manusia memang merugi karena seringkali terperdaya dan luput untuk mensyukuri nikmat waktu yang dia terima dengan serta-merta setiap harinya.
Jadi, mengisi waktu dengan hal-hal bermanfaat (beramal shalih) disertai iman dalam hati adalah bentuk menghargai dan bersyukur atas waktu yang Allah berikan. Menjadi baru dengan terus belajar, menuntut ilmu, dan memperbaiki diri adalah beberapa bentuk pembuktiannya karena Allah mencintai dan akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
Mengutip kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah, "Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil".
Teruslah bersemangat belajar dan menjadi baru dengan lebih menghargai waktu, Bid!
6 notes · View notes
mahfuzhah · 2 years
Text
Mengenal
Mengenal ia yang bukan seperti kebanyakan perempuan, mungkin akan membuatmu berpikir ulang apakah ingin lanjut mengenal atau berhenti sejak awal. 
Mengenal ia yang bukan seperti kebanyakan perempuan, mungkin akan menuntunmu melihat caranya berpikir memandang hidup yang jauh kedepan. 
Mengenal ia yang bukan seperti kebanyakan perempuan, mungkin akan membuatmu bertanya dalam hati tentang sejauh mana kamu bisa menyeimbangkan jika bersamanya. 
Mengenal ia yang bukan seperti kebanyakan perempuan, yang menjadikan tulisan dan kata-kata adalah bagian tak terpisahkan, yang bahasanya setinggi langit bahkan kiasan, mungkin akan membuatmu lebih berusaha dibanding yang lain. Tapi ia percaya, suatu saat nanti kamu dan dia bahkan bisa bicara hanya dengan tatapan mata.
Mengenal ia yang bukan seperti kebanyakan perempuan, mungkin kamu akan menyaksikan dan mendengar tanggapan tak biasa dari orang-orang tentangnya. Karena tidak semua orang mudah memahami jalan pikirannya yang tidak biasa. Tapi tenang saja, kamu tidak perlu khawatir karena tajamnya pendapat orang di luar sana. Ia takkan peduli, apalagi menanggapi yang bukan siapa-siapa baginya. 
Mengenalnya berarti menyadari bahwa ia yang paling mengenal dirinya. Mengenalnya berarti mengenal seluruh cita-cita dan impiannya. Mengenalnya berarti kamu siap melihat berbagai sisi dari dirinya, secara tulisan ataupun pertemuan. Mengenalnya berarti menyadari bahwa ia tak butuh pengakuan banyak orang. Mengenalnya berarti memahami bahwa ia adalah pendukung utama untuk dirinya sendiri.
Mengenalnya berarti menyadari bahwa kamu bukanlah yang pertama. Mengenalnya adalah kata kerja yang tak ada habisnya, bahkan untuk dirinya sendiri. Mengenalnya berarti kamu bukan seperti kebanyakan orang. Mengenalnya lebih jauh berarti ia juga ingin mengenalmu.
Selamat saling mengenal.
45 notes · View notes
Text
“Sepotong Senja Untuk Pacarku” karya Seno Gumira Ajidarma
Cerita pendek “Sepotong Senja Untuk Pacarku” karya Seno Gumira Ajidarma mengisahkan tentang seorang lelaki yang berjuang untuk mendapatkan sepotong senja untuk kekasihnya, Alina. Cerita ini menggambarkan betapa besar cinta lelaki tersebut pada Alina dan betapa ia rela melakukan apa saja demi membahagiakan kekasihnya.
Cerita ini memiliki alur maju dan terdiri dari tiga bagian: pengenalan tokoh, konflik, dan penyelesaian. Pengenalan tokoh dimulai dengan penggambaran hubungan antara tokoh utama dan Alina sebagai sepasang kekasih. Konflik muncul ketika tokoh utama berusaha mendapatkan sepotong senja untuk Alina dan harus menghindari kejaran polisi. Penyelesaian terjadi ketika tokoh utama berhasil menemukan cara untuk mengganti senja asli dengan senja yang ia bawa dari gorong-gorong.
Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah cinta. Cerita ini menggambarkan betapa kuatnya cinta lelaki tersebut pada Alina dan betapa ia rela melakukan apa saja demi membahagiakan kekasihnya. Selain itu, cerita ini juga menunjukkan bahwa cinta tidak selalu mudah dan kadang-kadang memerlukan pengorbanan.
Latar tempat dalam cerita ini meliputi pantai, jalan raya, gorong-gorong, dan kota. Latar waktu terdiri dari sore hari dan malam hari. Latar sosial dalam cerita ini menunjukkan kehidupan memprihatinkan orang pinggiran khususnya para gelandangan dan anak-anak terlantar yang hidup di bawah gorong-gorong.
Seno Gumira Ajidarma menggunakan bahasa yang indah dan puitis dalam cerita ini. Ia juga menggunakan gaya bahasa kiasan untuk memperkuat pesan ceritanya. Cerita pendek “Sepotong Senja Untuk Pacarku” karya Seno Gumira Ajidarma adalah sebuah karya sastra yang indah dan menyentuh hati.
2 notes · View notes