Tumgik
#meniup
tegarrahmat · 2 years
Text
Tumblr media
0 notes
Text
Distributor Pompa Dosing Cibinong 0821-3004-0533
Tumblr media
0 notes
kaktus-tajam · 3 months
Text
Baca linimasa akhir-akhir ini aku teringat seorang Ibu bidan yang enggan keluar di jam kerja untuk sekadar ‘cari hiburan’ dan makan-makan.
Kok ga ikutan pergi, Bu?
Wah dok, saya ngga enak hati, rasanya jadi korupsi waktu. Saya di poli aja nyicil kerjaan lain.
Sebagai ASN beliau sehati-hati itu dalam menggunakan jam kerjanya. MasyaAllah menampar aku sekali.
Aku membatin: Masih ada ya model orang-orang berintegritas demikian, di saat arus sekitarnya mungkin berbuat sebaliknya.
Allah seakan mengingatkan aku kisah ini..
Suatu ketika, khalifah kaum Muslimin di zaman itu harus menyelesaikan tugas di ruang kerjanya hingga larut malam. Tiba-tiba, putranya mengetuk pintu ruangan dan meminta izin masuk. Ia pun mempersilakannya untuk mendekat.
“Ada apa putraku datang ke sini? Apa untuk urusan keluarga kita atau negara?”
“Urusan keluarga, Ayah”
Kontan saja sang pemimpin meniup lampu penerang di atas mejanya, sehingga seisi ruangan gelap gulita.
“Mengapa Ayah melakukan ini?” tanya putranya itu keheranan.
“Anakku, lampu itu ayah pakai untuk bekerja sebagai pejabat negara. Minta untuk menghidupkan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita,” ujarnya.
Siapa beliau? Beliau adalah khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Ya Allah karuniakan pemimpin amanah dan adil untuk ummat ini.
Dan untuk ibu bidan.. terima kasih. Semoga Allah jaga ya Bu, semoga istiqamah. Sehat-sehat sekeluarga. Aamiin.
-h.a.
127 notes · View notes
ciaokhou · 6 months
Text
Ingat kisah Nabi Ibrahim AS yang dibakar dengan kejamnya oleh Raja Namrud?
Saat api itu membakar, ada side story tentang seekor Cicak dan Burung Pipit yang menjadi pelajaran untuk kita. Cicak yang dengan mulut kecilnya berusaha meniup api agar api itu semakin membesar. Sedangkan burung Pipit yang dengan paruh kecilnya meneteskan air membantu memadamkan api. Si Pipit lalu ditanya oleh Cicak yang terheran-heran melihat tingkahnya:
"Apakah engkau yakin bahwa dirimu dapat memadamkan api sebesar itu? Apakah air yang kau teteskan dari paruhmu tidak sia-sia? Engkau hanya mempersulit dirimu sendiri!"
Burung Pipit menjawab:
"Aku tahu air ini tidak akan memadamkan api sebesar itu. Tapi setidaknya, aku punya alasan di hadapan Rabbku kelak, di posisi siapa aku berdiri"
Maka hari ini, saat kita diperlihatkan besarnya kedzaliman zionis Israel yang tidak hentinya menyerang saudara-saudara kita di Palestina, jangan takut akan kecilnya konstribusimu. Apapun bentuknya itu; ikut aksi, lewat status WA, foto profil semangka, boikot produk pro Zionis, atau donasi yang tidak seberapa, percayalah semua itu berarti. Semua itu adalah cara kita menunjukkan, di posisi mana kita berdiri dan sisi mana yang kita bela.
Seperti kata Bu Retno lewat pidatonya di rapat darurat PBB kemarin; use your heart for justice and humanity. Kita ga perlu jadi orang besar hanya untuk memperlihatkan dukungan kita. Jadilah diri kita sendiri yang seorang anak, seorang kakak, seorang Ibu, seorang Ayah. Jadilah manusia. Bahkan kalau dukungan itu hanya selewat doa, maka biarlah Allah catat hal itu sebagai bentuk loyalitas kita pada apa yang selayaknya kita bela.
Birruh Biddam Nafdika yaa Aqsa! 🇵🇸
41 notes · View notes
mfaizs · 4 months
Text
(2/365)
Menata Niat
Di zaman yang serba digital ini betapa tidak mudah menata niat. Betapa mudah mungkin amal-amal kita kebaikannya hangus begitu saja ketika ada sedikit saja niat yang salah.
Aku masih ingat beberapa kali dalam pesantren subuh, kajian selasa malam, juga halaqah bainal isyaain, guru kami Ustadz Afri sering mengingatkan kami terkait hal ini.
Sebuah nasihat yang pernah disampaikan Imam Abdullah bin Alawy Al Haddad sebagaimana dikutip oleh salah satu murid beliau, Syaikh Ahmas bin Abdul Karim Assyajjar bahwa kadar pahala kita sesuai kadar niay dan tujuan kita dalam beramal, bukan berdasarkan kadar amal kita.
Seandainya amal kita ditentukan oleh kadar amal, sudah tentu kita tidak apa-apanya dengan para malaikat Allah yang sejak awal diciptakan tanpa henti bersujud bertasbih memuji asmaNya hingga hari akhir nanti.
Dikisahkan dalam Kitab Ad-Dawah An Nahdliyah, bahwa dahulu, seekor katak tertatih tatih membawa air untuk memadamkan api yang berkobar yang membakar Sang Kholilullah Nabi Ibrahim, yang tentu saja akhirnya sia-sia. Tapi Allah mencatat niat baik tersebut hingga syariat melarang membunuh katak hingga saat ini. Pun demikian sebaliknya cicak yang justru meniup api kobaran Nabi Ibrahim dengan harapan api membesar, yang juga tentu saja sia-sia. Tapi niat buruknya tercatat di sisiNya hingga menjadi syariat anjuran untuk membunuh cicak, bahkan 100 kebaikan bagi yang membunuhnya dalam sekali pukulan.
Lebih jauh lagi jika kita mengambil hikmah, karena satu niat dari nenek moyang cicak dan katak, maka itu berpengaruh kepada anak cucunya. Demikian pun barangkali dengan kita, betapa kita tidak tahu jika niat kebaikan atau keburukan yang kita lakukan dampaknya bisa jauh hingga ke anak dan keturunan kita kelak.
Semoga kita selalu diberikan kekuatan dan keteguhan untuk senantiasa menjaga niat. Niat melakukan segala sesuatu karenaNya, agar segala sesuatu akan senantiasa bernilai ibadah di sisiNya.
#30haribercerita #30hbc2402
instagram
22 notes · View notes
atifadhilah · 3 months
Text
BACAAN DZIKIR PETANG
*أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ*
*A'uudzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiim*
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.
➡ *1. Membaca Ayat Kursi (1x)*
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِ ذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ ۚ وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
*AYAT KURSI*
*allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā`, wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm.*
“Allah tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang (berada) dihadapan mereka, dan dibelakang mereka dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari Ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” (Al-Baqarah: 255) [1]
➡ *2. Membaca Surat Al-Ikhlas (3x)*
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah (Rabb) yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. [2]
➡ *3. Membaca Surat Al-Falaq (3x)*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ,مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ
Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya) dan dari kejahatan orang yang dengki
apabila ia dengki. [3]
➡ *4. Membaca Surat An-Naas (3x)*
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan (Ilah) manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada-dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.”
[4]
➡ *5. Membaca (1x)* :
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَـٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَـٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
*Amsainaa wa amsal mulku lillaah, wal hamdulillaah, laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa 'alaa kulli syai-in qodiir. Robbi as-aluka khoiro maa fii haadzihil-lailati wa khoiro maa ba'dahaa, wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzihil-lailati wa syarri maa ba'dahaa, robbi a'uudzu bika minal kasali wa suu-il kibar, robbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin-naari wa 'adzaabin fil qobr.*
Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Bagi-Nya kerajaan dan bagiNya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Hai Tuhan, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung keDibac dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejekelekan di hari tua. Wahai Tuhan, aku berlindung kepadamu dari siksaan di Neraka dan kubur. [5]
➡ *6. Membaca (1x)* :
اَللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
*Allaahumma bika amsainaa, wa bika ash-bahnaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu, wa ilaikal mashiir.*
Ya Allah, dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu sore, dan dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepadaMu tempat kembali (bagi semua makhluk).
[6]
➡ *7. Membaca Sayyidul Istighfar (1x)*
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
*Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u laka bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.*
“Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau, Engkau-lah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.” [7]
➡ *8. Membaca (3x)* :
اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ،
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
*Allahumma "afini fii badanii .Allahumma 'afini fii sam'ii, Allahumma a"finii fii basharii, Laa ilaaha illa anta. Allahuma inni A'udzu bika minal kufri wal faqri, Allahuma inni a'udzubika min 'Adzabil qabri, Laa ilaaha illa anta*
“Ya Allah, selamatkanlah tubuhku (dari penyakit dan dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.” [8]
➡ *9. Membaca (1x)* :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
*Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahumah fadni min bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ughtala min tahtii.*
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tentramkan-lah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi).”
[9]
➡ *10. Membaca (1x)* :
اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
*Allahumma ‘aalimal ghoybi wasy syahaadah faathiros samaawaati wal ardh. Robba kulli syai-in wa maliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta. A’udzu bika min syarri nafsii wa min syarrisy syaythooni wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘alaa nafsii suu-an aw ajurruhu ilaa muslim.*
“Ya Allah Yang Mahamengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb atas segala sesuatu dan Yang Merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, syaitan dan ajakannya menyekutukan Allah (aku berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan atas diriku atau mendorong seorang muslim kepadanya.” [10]
➡ *11. Membaca (3x)* :
بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
*Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.*
“Dengan Menyebut Nama Allah, yang dengan Nama-Nya tidak ada satupun yang membahayakan, baik di bumi maupun dilangit. Dia-lah Yang Mahamendengar dan Maha mengetahui.” [11]
➡ *12. Membaca (3x)* :
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
*Rodhiitu billaahi robbaa wa bil-islaami diinaa, wa bi-muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyya.*
“Aku rela (ridha) Allah sebagai Rabb-ku (untukku dan orang lain), Islam sebagai agamaku dan Muhammad صلي الله عليه وسلم sebagai Nabiku (yang diutus oleh Allah).” [12]
➡ *13. Membaca (1x)* :
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
*Yaa Hayyu Yaa Qoyyum, bi-rohmatika as-taghiits, wa ash-lih lii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin*
“Wahai Rabb Yang Mahahidup, Wahai Rabb Yang Mahaberdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala keadaan dan urusanku dan jangan Engkau serahkan kepadaku meski sekejap mata sekalipun (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” [13]
➡ *14. Membaca (1x)* :
أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ، وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
*Amsainaa 'alaa fithrotil islaam, wa 'alaa kalimatil ikhlaash, wa 'alaa diini nabiyyinaa muhammadin shollallaahu 'alaihi wa sallam, wa 'alaa millati abiinaa ibroohiim, haniifan musliman wa maa kaana minal musyrikiin.*
Di waktu sore kami berada di atas fitrah Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kami Muhammad, dan agama ayah kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik. [14]
➡ *15. Membaca (1x atau 10x atau 100x)* :
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.
*Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.*
“Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” [15],[16],[17]
➡ *16. Membaca (100x)* :
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
*Subhanallah wa bi-hamdih.*
“Mahasuci Allah, aku memuji-Nya.” [18]
➡ *17. Membaca (3x)* :
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
*A'uudzu bi kalimaatillaahit-taammaati min syarri maa khalaq.*
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya. [19]
_____
_Fote Note:_
[1] Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca ayat ini ketika pagi hari, maka ia dilindungi dari (gangguan) jin hingga sore hari. Dan barangsiapa mengucapkannya ketika sore hari, maka ia dilindungi dari (gangguan) jin hingga pagi hari.” (HR. Al-Hakim (1/562), Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib (1/418, no. 662), shahih).
[2] HR. Abu Dawud (no. 5082), an-Nasa-i (VIII/250) dan at-Tirmidzi (no. 3575), Ahmad (V/312), Shahiih at-Tirmidzi (no. 2829), Tuhfatul Ahwadzi (no. 3646), Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib (1/411, no. 649), hasan shahih.
[3] Ibid.
[4] “Barangsiapa membaca tiga surat tersebut setiap pagi dan sore hari, maka (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu”. Yakni mencegahnya dari berbagai kejahatan. HR. Abu Dawud (no. 5082), Shahiih Abu Dawud (no. 4241), Annasa-i (VIII 250) dan At-Tirmizi (no. 3575), At-Tarmidzi berkata “Hadits ini hasan shahih”. Ahmad (V/312), dari Abdullah bin Khubaib radhiyallahu ‘anhu. Shahiih at-Tirmidzi (no. 2829), Tuhfatul Ahwadzi (no. 3646), Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib (1/411 no. 649), hasan shahih.
[5] HR. Muslim (no. 2723), Abu Dawud (no. 5071), dan at-Tirmidzi (3390), shahih dari Abdullah Ibnu Mas’ud.
[6] HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1199, lafazh ini adalah lafazh al-Bukhari, at-Tirmidzi no. 3391, Abu Dawud no. 5068, Ahmad 11/354, Ibnu Majah no. 3868, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Shahiih al-Adabil no. 911, shahih. Lihat pula Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 262.
[7] “Barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu pagi lalu ia meninggal sebelum masuk waktu sore, maka ia termasuk ahli Surga. Dan barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu sore lalu ia meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk ahli Surga.” (HR. Al-Bukhari no. 6306, 6323, Ahmad IV/122-125, an-Nasa-i VIII/279-280) dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu.
[8] HR. Al-Bukhari dalam Shahiib al-Adabil Mufrad no. 701, Abu Dawud no. 5090, Ahmad V/42, hasan. Lihat Shahiih Al-Adabil Mufrad no.539
[9] HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1200, Abu Dawud no. 5074, An-Nasa-i VIII / 282, Ibnu Majah no. 3871, al-Hakim 1/517-518, dan lainnya dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhumaa. Lihat Shahiih al-Adabul Mufrad no. 912, shahih
[10] Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda kepada Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه “Ucapkanlah pagi dan petang dan apabila engkau hendak tidur.” HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad 1202, at-Tirmidzi no.3392 dan Abu Daud no. 5067,Lihat Shahih At- Tirmidzi no. 2798, Shahiih al-Adabil Mufrad no. 914, shahih. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 2753
[11] “Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakan dirinya.” HR. At-Tirmidzi no. 3388, Abu Dawud no. 5088,Ibnu Majah no. 3869, al-Hakim 1/514, Dan Ahmad no. 446 dan 474, Tahqiq Ahmad Syakir. Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih Ibni Majah no. 3120, al-Hakim 1/513, Shahiih al-Adabil Mufrad no. 513, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/413 no. 655, sanad-nya shahih.
[12] “Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore, maka Allah memberikan keridhaan-Nya kepadanya pada hari Kiamat.” HR. Ahmad IV/337, Abu Dawud no. 5072, at-Tirmidzi no. 3389, Ibnu Majah no. 3870, an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 4 dan Ibnus Sunni no. 68, dishahihkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/518 dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi, hasan. Lihat Shahiih At Targhiib wat Tarhiib I/415 no. 657, Shahiih At Targhiib wat Tarhiib al-Waabilish Shayyib hal. 170, Zaadul Ma’aad II/372, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 2686.
[13] HR. An-Nasa'i dalam Sunan al-Kubro, Al-Hakim dalam al-Mustadzrak, Al-Baihaqi dalam Asma wa shifat dan dishahihkan Al Albani dalam Silsilah as-Shahihah no. 227).
[14] HR. Ahmad 3/406-407, 5/123. Lihat juga Shahihul Jami' 4/290. Ibnus Sunni juga meriwayatkannya di 'Amalul Yaum wal Lailah no. 34.
[15] HR. Abu Dawud no. 5077, Ibnu Majah no. 3867, dari Ab ‘Ayyasy Azzurraqy radhiyallahu ‘anhu, Shahiih Jaami’ish Shaghiir no. 6418, Misykaatul Mashaabiih no. 2395, Shahiih at-Targhiib 1/414 no. 656, shahih.
[16] HR. An-Nasa-i dalam 'Amalul wal Lailah (no. 24), Ahmad (V/420), dari Abu Ayyun al-Anshari. Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah (no. 113 dan 114) dan Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib (I/416, no. 660), shahih.
[17] “Barangsiapa membacanya sebanyak 100x dalam sehari, maka baginya (pahala) seperti memerdekakan sepuluh budak, ditulis seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, mendapat perlindungan dari syaitan pada hari itu hingga sore hari. Tidaklah seseorang itu dapat mendatangkan yang lebih baik dari apa yang dibawanya kecuali ia melakukan lebih banyak lagi dari itu.” HR. Al-Bukhari no. 3293 dan 6403, Muslim IV/2071 no. 2691 (28), at-Tirmidzi no. 3468, Ibnu Majah no. 3798, dari Sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه. Penjelasan: Dalam riwayat an-Nasa-i (‘Amalul Yaum wal Lailah no. 580) dan Ibnus Sunni no. 75 dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dengan lafadz: “Barangsiapa membaca 100x pada pagi hari dan 100x pada sore Hari.”… Jadi, dzikir ini dibaca 100x diwaktu pagi dan 100x diwaktu sore. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 2762
[18] HR. Muslim no. 2691 dan no. 2692, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Syarah Muslim XVII / 17-18, Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib 1/413 no. 653. Jumlah yang terbanyak dari dzikir-dzikir Nabi adalah seratus diwaktu pagi dan seratus diwaktu sore. Adapun riwayat yang menyebutkan sampai seribu adalah munkar, karena haditsnya dha’if. (Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha-’iifah no. 5296).
[19] HR. Ahmad 2/290, An-Nasa'i dalam 'Amalul Yaum wal Lailah, no. 590 dan Ibnu Sunni no. 68. Lihat Shahih At-Tirmidzi 3/187, Shahih Ibnu Majah 2/266 dan Tuhfatul Akhyar, hal. 45.
-------------------
Dinukil dari buku Doa Dan Wirid halaman 133- 155 yang disusun oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafii.
16 notes · View notes
Text
Sudikah tuan menjadi bunga tidurku malam ini? Karena semesta sedang bersuka ria menyambut kepergianmu.
Sudikah tuan menjadi bunga tidurku malam ini? Sudah ku genggam sebilah pisau agar saat kau terlelap dapat ku tancapkan langsung.
Sudikah tuan menjadi bunga tidurku malam ini? Agar saat kau memasukinya dapat ku hajar wajahmu dan mungkin... kupatahkan tulang tulangmu.
Sudikah tuan menjadi bunga tidurku malam ini? Aku sudah menyiapkan ruangan kedap suara khusus untukmu,dan ku siapkan pula satu tangki berisi bensin dan satu kotak korek api, aku ingin meniup lilin tanda selamat tinggal.
3 notes · View notes
makarimanaily · 4 months
Text
2023 recap versi nai
tahun ini menurut saya nggak banyak progress maju, karena lihat saja, kantor literatur masih gitu-gitu keneh, masih belum ada progress sejak awal tahun 2023 hahahah. kami masih mengumpulkan dana dari proyek-proyek yang kami kerjakan. ngereyeh, nyicil dikit-dikit, gamau lewat jalur instan. karena balik lagi ke prinsip keluarga kami, nggak mau bikin beban yang sebetulnya bisa banget nggak dipilih.
bulan januari tahun lalu, kami kayaknya lagi bakar-bakar sate di rumah kami bareng aki, nenek, mang jaja dan emak serta anak-anak. terus bulan februari, ulang tahun saya, dirayain pake acara makan-makan tapi aki dan nenek tetap keukeuh itu adalah perayaan pernikahan aki nenek wkwkwk, semua perayaan selalu dalam rangka merayakan ultah pernikahan aki nenek haduh hahahah
bulan maret? ada apa yaa? lupaaa, flaatttt.
untuk bulan april banyak jalan-jalannya, mulai dari ngajakin ajeng ke mixue karena dia pengen bgt, dipapanas sodara sebelah hahaha, terus renang bareng bersama keluarga, termasuk bareng atenya aal serta keanu dan satria. tak hanya itu, kami pun sering makan di luar, jarang masak, karena maunya instan. soalnya, banyak proyek nulis, capek duluan sehingga tak ada lagi tenaga untuk memasak. oh iya bulan ini ultah suami, jadi saya ngadoin tas eiger impiannya, beliyo seneng bgtttt jadi saya pun ikutan senengggg.
bulan mei, suami sering bolak-balik ke jakarta, nyelesein proyek bikin profil perusahaan. jadi saya sering ditinggal sama anak-anak. bulan ini juga satu rumah waktu itu sakit semua, gemeteran berasa mau meningggoyyyy :(((, jadi aku dan suami saling menopang menahan sakit sambil ngeladein anak-anak.
bulan mei pun kami otw ke blora, dalam rangka pernikahan adik bungsu saya. di blora kami melakukan banyak hal termasuk ke pantai, makan-makan makanan khas blora, serta muterin blora dalam rangka nostalgia emaknya. heheheh.
bulan juni, kami akhirnya bisa beli interior-interior dan furniture buat kantor, suami seneng banget sampe ngerakit-rakit sendiri desain-desainnya hahahah.
bulan juli pasang pintu-pintu besi ke tukang las sodara kami sendiri. alhamdulilah sesuai keinginan meskipun yaaaa, ada salah ukur juga sananya. untung saja ditungguin, kalau nggak wah, bahaya.
di bulan juli ini pula bapak sedang berjuang melawan rasa sakitnya, sampai harus dioperasi dan akhirnya bapak sudah diambil sama Allah. kalau ditanya, bulan paling berat di tahun 2023, jawabannya ya bulan ini.
agustus, akhirnya kami memutuskan tinggal di blora selama hampir sebulan buat nemenin mami alias ibuk alias mamaahhh. kami pun merayakan ulang tahun aal di sana dengan membagikan nasi rocket serta mengundang sodara dan tetangga untuk meniup lilin serta mendoakan banyak kebaikan untuk aal.
september alhamdulillah buku biografi pak jamel, eks Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tapanuli Utara, Sumatera Utara (Sumut), selesai tuntas setelah perjalanan setahun menulis hahahahah, bangga banget bisa menulis buku biografi tokoh hebat seperti pak Jamel, baik bgtttttt orangnyaaaaaa.
oktober ulang tahun dek il, bagi-bagi minuman dan makanan ke tetangga + saudara. duh, nggak kerasa banget di bulan ini dek il sudah setahun, sekarang sudah setahun dua bulan.
november lupaaa ada kejadian apa, cuma november ini kami sedang down-down-nya. masalah penerbitan, masalah anak-anak yang bantuin serta masalah keuangan. kayaknya bulan november jadi evaluasi diri buat saya dan suami, jadi titip balik kami agar tidak sembarangan menghamburkan uang. sejak bulan ini kami membenahi keuangan dengan rajin mencatat dan memanage-nya. di bulan ini pun kami, terutama saya, punya kesadaran untuk mau bersuara secara jelas kepada orang lain dan lawan bisnis, jangan ga enakan mentang-mentang "dulur".
desember, akhirnya kami mulai ngerjain kantor lagi, nyicil lagi. sekarang masih prrogresss. semoga di tahun depan kantor kami jadi. aamiinnnn. jangan lupa selalu evaluasi langkah supaya tidak salah arah. bismillah, melangkah. sangat antusias menyambut 2024 karena banyak resolusi yang ingin dicapai. Allahumma yaaAllah, lindungi kami dan anak keturunan kami di masa depan, abadan abadaaaaaaa.
6 notes · View notes
terlindas · 7 months
Text
Selamat Ulang Tahun!
"Selamat ulang tahun!" Ucapku seraya menyodorkan lilin yang sudah menyala di atas kue mangkuk. Senyumnya merekah, menunjukkan kedua lesung pipinya yang dalam.
"Jangan lupa berdoa sebelum ditiup apinya.." ia hanya mengangguk mantap dan memejamkan matanya, tak lama ia meniup lilin hingga padam. Belakangan ini memang hanya diamnya yang jadi temanku.
"Kamu berdoa apa, Chris?"
Ia mengusap kepalaku pelan, didekapnya aku dalam peluknya yang hangat. Ah, no words can describe how much i miss this feeling. Kami berpelukan sangat lama, saling menukar rindu dalam diam.
Tak lama setelah jam dinding berdentang menunjukkan pukul 01.00, ia melepas pelukan kami. Matanya sembab dan hidungnya merah. Chris menyingkirkan tangannya dari kepalaku dan perlahan melangkah mundur.
"Aku berdoa supaya kamu bisa kuat berdiri tanpa aku." TItahnya sambil meninggalkanku malam itu sendirian.
3 notes · View notes
riaafifah · 1 year
Photo
Tumblr media
Dibunuh Waktu Habis-habisan Sepuluh. Sejujurnya aku tak begitu ingat, berapa jumlah lilin yang ada di atas kue ulang tahunku ketika itu. Karena mengabadikan momen masih belum ada di genggaman semua orang seperti sekarang. Satu yang jelas terekam di ingatan, ulang tahunku yang harusnya dirayakan di tanggal tujuh, tapi dipaksa dirayakan di tanggal sembilan. Meski awalnya merajuk dan bertanya-tanya kenapa, toh aku si kecil itu pada akhirnya tetap saja merasa senang. Delapan belas. Kali ini aku ingat betul angka lilin yang ada di atas kue ulang tahunku hari itu. Dan kali ini benar di tanggal tujuh, bukan lagi sembilan. Bahagia sekali rasanya, sebelum akhirnya menghadapi kenyataan tertolak masuk universitas jalur SNMPTN. Belajar mati-matian siang malam mencoba SBMPTN, yang memang diterima, tapi di jurusan yang sama sekali aku tidak kenal. Menuju dua puluh tujuh. Mungkin tidak akan ada lilin di atas kue ulang tahun, sama seperti bertahun-tahun yang sudah. Hidupku sudah cukup rumit untuk sekedar menundukan kepala dan berdoa sebelum meniup lilin. Biar saja semua berjalan seapa-adanya yang Tuhan inginkan. Aku ikut. Malang, 26 november 2022 https://www.instagram.com/p/CoXWil5BGGE/?igshid=NGJjMDIxMWI=
12 notes · View notes
selirchu · 11 months
Text
- Layu, Mekar -
BingQiu AU by @thisvenerable
"Hei, apa kamu sudah dengar soal Qingqiu-gege?"
Bisik-bisik yang tumpang tindih tidak menambah ramai aula dengan tirai-tirai berwarna emas yang menjuntai. Sebuah dupa yang wangi menyeruak dalam ruangan itu, membuat siapapun yang masuk merasa mabuk. Para pemuda dengan pakaian indah berwarna duduk saling bercengkrama sambil menyesap teh sesekali dari dalam cangkir yang berada dalam genggaman jemari ramping mereka.
"Qingqiu-gege? Ada apa dengannya?" Pria yang satu ikut mengobrol dalam keramaian.
"Ah ... jadi kamu belum dengar. Bulan ini, Qingqiu-gege lagi-lagi tidak mendapat klien. Tidak ada satu tuan pun yang masuk dalam ruangannya. Aiya, kalau ini terus berlanjut, bukankah Qingqiu-ge yang dibanggakan itu akan didepak dari Paviliun ini? Malangnya dia."
"Huh, bukannya malah bagus? Setidaknya saingan kita yang paling berat akan berkurang. Lagipula, siapapun di Paviliun Lotus Emas ini saling bersaing untuk mendapat uang, jadi mengapa harus menaruh kasihan?"
Seorang pemuda dengan jubah merah di pojok ruangan terkekeh mendengar ini. Suaranya pelan, namun entah mengapa seisi aula yang dipenuhi orang itu sontak terdiam seolah mendengar suara dewa. Merasa semua mata tertuju padanya, ia seolah tahu bahwa memang sudah saatnya ia bicara.
Suara baritonnya mengalir dengan santai melalui tenggorokannya, "Bukankah masih ada aku?"
Mereka langsung menggigil saat mendengarnya berbicara. Salah seorang dari mereka langsung menjawab sambil terbata, "B-Bing ..."
"Bing apa bing? Masih bicara dan tidak bekerja? Bersihkan pantat kalian dan cobalah lebih baik, bocah tolol."
Kerumunan itu buru-buru berpencar setelah meletakkan gelas di atas meja. Ketika keramaian bubar, hanya keheningan yang tersisa. Suara angin berhembus meniup tirai tipis transparan menemani aula yang kini lenggang. Seorang pria dengan jubah hijau berjalan keluar dari balik pilar sambil menutupi wajahnya dengan kipas bambu, seolah jijik dengan tempat itu.
"Haruskah aku berterima kasih atas pembelaanmu?" Suaranya halus dan terdengar sopan, namun nada dalam bicaranya terasa tajam dan ketus.
"Memangnya aku terlihat sedang membantumu? Aku hanya bermain-main dengan para bocah tolol yang bahkan tidak mampu menyeka ingus. Jangan menganggap tinggi dirimu."
Shen Qingqiu, yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan menutup kipas yang menghalangi separuh wajahnya. Rautnya terlihat dingin, namun hal itu nyatanya malah menambah sentuhan yang memperindah parasnya. Netra hitamnya menatap Luo Binghe yang tengah duduk bersandar di dekat pilar sambil meminum arak. Sejumput rasa kesal terlihat di antara kedua alis hitamnya.
Tidak tahan melihat kesembronoan Luo Binghe yang tidak ada anggun-anggunnya, Shen Qingqiu berbalik untuk pergi. Tepat sebelum ia pergi, ia mendengar Luo Binghe berkata dengan nada mengejek: "Shen Qingqiu, bekerjalah lebih keras, ah!~"
Shen Qingqiu mendengus. Bukankah kamu yang membuat aku ini tidak punya kerjaan? Dasar anjing serakah, semoga kamu membusuk di neraka!
Luo Binghe tahu, lelaki itu pasti kesal. Jadi, ia menenggak semakin banyak arak untuk menemani waktu istirahatnya yang sedikit. Di tengah tiup semilir angin yang menerpa tubuhnya, juga matahari terbenam yang menandakan malam akan tiba. Sekali lagi, Paviliun Lotus Emas akan dipenuhi pria hidung belang, para lelaki dan tuan muda dari keluarga bangsawan, atau anak pedagang kaya raya yang hanya tahu caranya menghabiskan uang. Itulah, waktu mereka bekerja.
Hari ini pun, Shen Qingqiu hanya duduk di depan meja di kamarnya. Dupa sudah habis; ia hanya diam sambil membaca buku. Lentera dan lilin yang dinyalakan di dalam kamarnya sudah cukup untuk membantunya membaca. Ia tahu pasti, tidak akan ada yang mengetuk pintu kamarnya. Semenjak Luo Binghe datang tiga bulan yang lalu, semua kliennya sudah diambil. Ia tidak lagi perlu bermain musik atau menuang teh untuk lelaki hidung belang yang datang mengunjungi keindahan nomor satu Paviliun Lotus Emas. Tidak ada cukup uang untuk bulan depan, jadi, Shen Qingqiu hanya berharap agar Mama pemilik paviliun berbelas kasih melihat kerja kerasnya di masa lalu dan tidak menendangnya keluar.
Tepat saat hari hampir pagi, Shen Qingqiu yang tertidur setelah terlalu lama membaca buku terbangun karena seseorang membuka pintunya. Bicara hal buruk, maka itulah yang akan terjadi padamu. Hari ini adalah hari pertama bulan tujuh. Mama Paviliun Lotus Emas dengan bedak putih yang menutupi seluruh wajahnya seperti tepung menutupi adonan menatap dingin pada mantan kebanggaan rumah hiburan itu.
Shen Qingqiu yang baru terbangun sontak memasang senyum paling lembut yang bisa ia beri, dan mempersilakan orang itu untuk duduk.
"Mama, ada yang bisa Qingqiu bantu? Mengapa Mama datang kemari pagi-pagi sekali?"
Shen Qingqiu ingin menuangkan teh, namun dihentikan dan dengan dingin, lawan bicaranya menjawab. "Shen-er, kurasa umurmu sudah cukup tua untuk berada di Paviliun ini. Lihatlah, bukankah semua pria di sini pada akhirnya adalah bunga segar yang siap dipetik? Lalu apakah kamu ini? Kamu perlahan mulai layu. Aku tentunya tidak mampu membiayai hidupmu di sini secara cuma-cuma, jadi—"
"Aiyo, pagi-pagi ada keramaian apa ini?"
Mama Paviliun Lotus Emas menoleh, hampir saja ia berucap kasar pada orang yang sembarangan masuk dan memotong pembicaraannya. Lelaki hidung belang mana yang sedemikian tidak bisa menahan diri dan masuk ke kamar yang tutup? Dasar sialan. Tapi, saat melihat sosok berjubah merah dengan tanda merah yang khas di dahinya, si Mama terdiam dan beralih tersenyum pada pria berambut ikal di ambang pintu.
"Luo-er! Aiya, apakah kamu sudah istirahat? Pergilah makan beberapa sarapan di dapur, ada roti manis dan susu kedelai segar. Mama sedang mengurus beberapa hal dengan Shen-ge ini, jangan ganggu kami dulu, bagaimana?"
Mendengar ini, bukannya Luo Binghe mundur, ia malah masuk lalu menutup pintu kertas di belakangnya. Setelahnya, ia duduk di antara mereka berdua seolah ia memang diundang ke sana sebelumnya. Shen Qingqiu menatap tajam pria yang masih tersenyum santai itu. Ia tidak mengatakan apapun, suasana pun mendadak senyap karenanya.
"Luo-er ..."
"Bukankah ini hanya masalah uang? Mama, kamu tahu aku sudah menghasilkan terlalu banyak selama beberapa bulan ini, bukankah aku bisa keluar kapan saja aku mau dengan harta yang kumiliki sekarang?" ucap Luo Binghe sambil menuang teh di atas meja.
Ia melakukannya seolah ia adalah tuan rumah dan kedua manusia di sisinya adalah tamu. Tubuhnya masih berbau arak, membuatnya terlihat agak mabuk dan urakan.
"Apa yang kamu bicarakan ini? Luo-er, bukankah semua pemusik dan teman pria di sini bekerja untuk mencari uang, tidakkah kamu juga?" Maksud dari kalimat ini adalah, Luo Binghe, bukankah kamu terlalu sombong untuk berpikir bahwa kamu memiliki banyak uang?! Walau kamu tidak menjual tubuhmu di sini, tidakkah kamu masih menjual diri dan kemampuanmu untuk mendapat uang? Untuk apa bicara seolah kamu tuan muda dari keluarga bangsawan entah mana?
Mendengar ini, Luo Binghe menyeringai dan melemparkan sebuah cincin dengan batu permata indah di atasnya. Alis Mama itu naik hingga sepuluh senti sedangkan mulutnya ternganga selebar selokan. "Dari mana kamu mendapatkan harta semahal ini? Katakan, harta tuan muda mana yang kamu rampas?"
Masih tersenyum, Luo Binghe meletakkan cangkirnya dan berkata dingin, "Mama, bukankah tugasmu hanya menerima uang dan diam? Pergilah, aku rasa kamu benar-benar memiliki pekerjaan lain sekarang, bukan?"
Mendengar ini, Mama Paviliun Lotus Emas pun buru-buru mengangkat pantatnya sambil terus memegangi cincin permata di ibu jarinya. Luo Binghe keparat kecil itu, hanya karena sedikit uang lebih begitu sombong mengusirnya di tengah diskusi penting! Tapi, siapa peduli? Cincin permata ini jelas lebih berkilau dari harta mana pun. Bahkan jika ia ingin sepuluh Shen Qingqiu agar tetap di Paviliun Lotus Emas pun ia tidak peduli. Tentang bagaimana Luo Binghe mendapatkannya, terserah dengan dia. Yang penting, ia tidak perlu terseret akibat kelakuan preman kecil itu. Jadi, lebih baik ia buru-buru ke toko perhiasan atau toko gadai untuk mengambil beberapa uang dari tangkapan besar ini.
Sementara Mama Paviliun Lotus Emas lari seperti anjing, Luo Binghe dan Shen Qingqiu sedang melaksanakan kontes adu tatap selama hampir satu menit penuh. Akhirnya, Shen Qingqiu dan mulut tajamnya berucap.
"Tidak perlu mengasihani aku. Entah apakah aku akan tidur di jalan malam ini atau besok bukanlah urusanmu."
Luo Binghe bersandar malas dan menjawab, "Begitukah caramu berterima kasih pada dermawanmu?"
Shen Qingqiu membuka kipas lipat dan menutupi wajahnya dengan benda itu, lantas membalas, "Aku tidak pernah meminta bantuanmu."
"Jadi apa Tuan Kebanggaan Paviliun Lotus Emas akan tidur di jalan malam ini, kemudian membiarkan dirinya dimakan sepuluh atau mungkin dua puluh pria gelandangan di pinggir jalan sebelum akhirnya dibunuh?"
Shen Qingqiu mengernyit jijik dan jengkel, "Ucapan kotor macam apa yang kamu katakan itu?"
"Tidakkah para pelangganmu juga berucap mesum seperti itu? Untung saja kebijakan Paviliun ini tidak memperbolehkan mereka berbuat hal-hal yang terlalu intim, kalau tidak, bukankah buah cerimu sudah pecah sejak kamu masih muda?" ucap Luo Binghe santai.
"Menjijikan, tidak bermoral."
"Moral apa yang kamu bicarakan, kamu pun hitungannya menjual diri di sini. Tidak perlu bersikap seperti seorang sarjana dan jual mahal begitu."
Shen Qingqiu yang jengkel akhirnya meledak, "Ya, ya, ya! Aku pada dasarnya memang tidak jauh berbeda dari pelacur. Kalau bukan karena ada kamu, mungkin aku sudah berkali-kali menjual diriku untuk makan! Tapi kamu! Kamu yang membuatku ditendang dari tempat ini dan nyaris melemparkanku ke jalan seperti makanan anjing. Dasar tidak tahu malu, apa kamu begitu bangga setelah mengambil uang milik orang lain?"
Luo Binghe meregangkan tubuhnya. Rambutnya yang ikal jatuh di pundak, sama lesunya dengan postur tubuhnya yang malas. Ia kemudian menjawab dengan santai, "Bukankah kamu sudah layu, makanya tidak ada seorang pun yang ingin bersamamu lagi? Bukankah kamu menganggap dirimu terlalu tinggi?"
Shen Qingqiu menutup kipasnya dan dengan jengkel melemparnya ke arah Luo Binghe. Namun, pria itu dengan santai menangkap benda tersebut. Ia memutar-mutar kipas itu dengan tangannya, lalu menyentuhnya ujungnya dengan jari. "Qingqiu-ah. Kalau begitu, mengapa tidak bekerja untukku saja?"
"Tidak masuk akal. Bicara omong kosong di pagi hari?"
Luo Binghe tersenyum manis hingga kedua matanya membentuk bulan sabit. "Aku serius."
Kipas di tangannya sudah tertutup. Ia mengusap-usap bingkai bambu yang mengilat itu dengan ibu jarinya seolah itu adalah hal lain, sambil berkata ringan, "Lagipula selama ini aku sengaja mencuri semua pelangganmu."
"Hah! Untuk apa mengakuinya sekarang? Menurutmu aku akan peduli?"
Luo Binghe tiba-tiba bangun dan menerjang Shen Qingqiu. Tubuh panasnya menimpa tubuh Shen Qingqiu. Hanya ada selapis pakaian yang memisahkan dada mereka. Shen Qingqiu dapat merasakan dadanya berdebar—entah karena marah atau kaget. Namun, saat matanya menatap wajah Luo Binghe, ia menyadari bahwa pemuda bermarga Luo ini memang sangat tampan. Tidak heran, banyak orang yang pergi ke Paviliun Lotus Emas hanya untuk mencarinya. Sedangkan ia, hanyalah bunga layu yang menunggu untuk dibuang. Ia ingin memalingkan wajahnya karena rasa pahit yang menerkam tenggorokannya.
"Shen Qingqiu, aku tidak suka membayangkanmu menemani lelaki lain dan memberikan senyummu untuk para lelaki bejat yang menjijikan itu."
Shen Qingqiu terpana. Apakah Luo Binghe mabuk? Omong kosong apa yang ia ucpakan? Ia membuat tubuh Shen Qingqiu terasa panas.
Luo Binghe menurunkan wajahnya, mendekati telinga Shen Qingqiu untuk berbisik, "Kamu milikku."
Ia menggigit telinga Shen Qingqiu, membuatnya terkesiap dan nyaris menjerit kaget. "Aku tidak akan membiarkan seorang pun melirikmu—menyentuhmu."
Ketika Shen Qingqiu merasakan kepalanya kosong dan mengambang, ia merasakan beban di atas tubuhnya menghilang. Saat ia tersadar, Luo Binghe sudah berdiri di ambang pintu, seolah sejak awal, ia tidak pernah menindih Shen Qingqiu di lantai. Shen Qingqiu hampir berpikir bahwa ia berhalusinasi.
Sayangnya Luo Binghe, di ambang pintu, membuka kipas Shen Qingqiu seolah memperjelas bahwa ia tidak berhalusinasi dan berkata, "Ingat ucapanku barusan."
Pintu tertutup. Shen Qingqiu merapikan rambutnya dan duduk termenung sebelum akhirnya meraung, dasar anjing gila?!
Hasilnya, selama tiga bulan setelahnya pun, Shen Qingqiu hanya diam. Makan dan tidur, lalu membaca buku. Tidak ada seorang pun yang datang mengunjungi kamarnya. Sebaliknya, nama Luo Binghe semakin dikenal sebagai "Bunga Lotus Merah", menggantikan "Tuan Lotus Hijau" yang masanya meredup.
Shen Qingqiu, kamu adalah milikku. Punyaku. Aku tidak suka orang lain melihatmu. Jadi, akan kubiarkan mereka melihatku hingga hanya aku yang dapat melihatmu, Lotus Hijau-ku. Tunggu saja. Aku akan membawamu keluar dari tempat ini, lalu setelahnya, aku akan menjadikanmu milikku sepenuhnya. Satu-satunya. Seumur hidupku. Jadi, tunggulah dulu. Jangan mengacau. Jadilah baik. Mengerti?
3 notes · View notes
windsblue · 2 years
Text
penuh pertanyaan dalam benak dan tak henti-hentinya rasa syukur mengalir akan nikmat tuhan yang memberiku jutaan bahagia dalam wujud kamu yang begini indahnya.
aku selalu berharap untuk menjauhkan kamu dari duka dan luka. aku memohon kepada-Nya untuk memberi seluruh cinta yang ada di dunia khusus untukmu saja.
lalu inginku meniup hangat hingga hilang menggigilmu itu. juga inginku mengirim kutipan dan bait penuh harapan juga cinta untuk waktu yang lama.
hari ini penuh dengan semoga, apalagi untukmu yang berharga. doa-doa agar kamu aman dan bahagia.
izinkan aku memelukmu malam ini, mengucapkan terima kasih sembari membelai helai lembut rambutmu; terima kasih sudah bertahan sampai di sini.
katamu di tujuh belas juli pada tahun itu ada satu bintang paling bersinar terang jatuh dengan cantiknya.
pohon rindang yang tertiup hembusan angin malam menjadi jawab bahwa adalah benar katamu itu.
ke dua puluh lima di tujuh belas juli pada tahun ini dan seterusnya; aku harap kamu tau bahwa kamu dicintai sebanyak rinai hujan yang turun menapak tanah lapang penuh rumput, seluruh ruas jarimu menghitung pun tidak akan pernah cukup.
f. july 17, 2021
22 notes · View notes
derstyando · 1 year
Text
1. Refleksi Tahun Lalu
Kala malam pergantian tahun , suasana sangat meriah. Orang-orang berkumpul di suatu tempat untuk merayakan acara pergantian tahun bersama keluarga, kekasih dan sahabat. Mereka saling makan bersama, anak-anak ramai meniup terompet dan bermain kembang api hingga puncaknya pada pukul 23.59, mereka seraya berdoa atau melihat langit untuk menyaksikan ragam warna kembang api yang semarak mewarnai malam pergantian tahun.
Saya, sebagai bagian dari rakyat Indonesia memaknai tahun 2022 sebagai tahun kebangkitan. Pandemi covid-19 membuat kami harus mengurung diri. Kami berusaha menjalani keseharian dengan cara yang terbatas, sehingga segala aspek kehidupan menjadi terganggu.
Dengan bekal optimisme dan disiplin protokol kesehatan dan program vaksinasi, perlahan kehidupan kami menjadi normal. Kami diperkenankan untuk beraktivitas di luar rumah kembali, merasakan lingkungan sekitar, bersilaturahmi dengan orang-orang tersayang dan beribadah dengan baik.
Rasa syukur tak terkira kepada Allah SWT semuanya kembali seperti biasa. Semua hal yang menurut manusia itu tidak bisa, tapi Allah dengan karuniaNya mampu menjawab doa dan ikhtiar baik umatnya. Mari bersyukur dan seraya memohon maaf kepada Allah atas segala perbuatan yang dilakukan.
- 1 Januari 2023 -
7 notes · View notes
farzamani · 1 year
Text
Tepat beberapa menit sebelum matahari terbit, tokoh kita sudah terbangun dari lelapnya. Walaupun masih dibuai rasa kantuk, tokoh kita tetap bangun dan berjalan pelan-pelan menuju dapur kecil di sudut ruangan lantai bawah. Ia menyeduh secangkir kopi instan dan menyalakan microwave untuk menghangatkan makanan yang ia siapkan di malam sebelumnya. Langit di luar jendela terlihat masih gelap, tapi tokoh kita tahu bahwa hari sudah mulai. Ia bisa merasakan detik-detik waktu yang begitu berharga ketika menanti fajar menyingsing. Hari pertama puasa.
Tokoh kita hidup di negeri yang jauh dari rumahnya. Negara yang berbeda sama sekali agama dan budayanya. Ia mengenang hari-hari di kampung halamannya. Kali ini, ia tidak dibersamai teman, keluarga, atau siapa pun yang biasa menemaninya di bulan suci ini. Walaupun begitu, takdirnya untuk menjalani Ramadhan di luar memberi banyak pelajaran berharga. 
Tokoh kita menghabiskan hari pertamanya di kantor kerjanya, membuat program dan membaca artikel-artikel yang sudah lama dia abaikan. Selain bulan Ramadhan, tidak ada lagi hal yang istimewa. Hanya rutinitas yang terus dijalani, plus ibadah-ibadah yang biasa dilakukan selayaknya di bulan itu. Walaupun, sesekali tokoh kita merasa ada yang kurang dalam kehidupannya. Rasa itu selalu menggelayut di benaknya, walau dia tidak bisa sepenuhnya menjelaskan mengapa. 
Ketika matahari hampir terbenam, tokoh kita keluar, bergegas untuk pulang dan menyiapkan makan malam. Ia bersepeda tanpa tenaga menuju tempat tinggalnya. Jalanan sudah sepi, hanya lampu jalan dan suara putaran roda yang menemani tiap kayuhnya. Tokoh kita bersepeda dengan pikiran kosong, memercingkan mata, dan sesekali menelan ludah dari mulut kering yang tak terbasuh air seharian. Tokoh kita berusaha menikmati semilir angin malam yang menusuk dan menerpa wajahnya. Gerimis turun, membasahi sekujur tubuh tokoh kita. Ia sesekali meniup telapak tangannya, mencoba menghangatkan tubuh yang mulai merinding.
Setelah makan malam, tokoh kita duduk di sofa kamarnya, menghadap ke luar jendela, berharap bisa menyaksikan aurora yang selalu tertutup awan. Ia menatap langit yang mendung sambil merenung ala Ramadhan. Di balik awan malam, ada bintang-bintang bersinar terang, meskipun tokoh kita tidak bisa melihatnya. Di langit yang dingin itu, bintang tetap memancarkan kehangatan di tengah kegelapan, dan tokoh kita tahu bahwa kehangatan bisa diciptakan.
01:02 Aarhus, 30 Maret 2023
4 notes · View notes
zaahasyim · 2 years
Text
Cicak
Aku lagi baca kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam di buku yang ditulis Ustadz Firanda Andirja, Mendulang Mutiara Faedah dari Kisah Para Nabi dan Rasul. Ada satu catatan kaki menarik tentang cicak. Diceritakan si cicak ini menjadi hewan satu-satunya yang meniup kobaran api yang membakar Nabi Ibrahim agar membesar, sementara hewan-hewan lain berupaya memadamkannya.
Aisyah pernah ditanya tentang tombak yang ada di rumah beliau. Lalu beliau menjawab, "Untuk menombak cicak, karena Nabi mengabarkan kepada kami bahwasanya ketika Nabi Ibrahim dilemparkan di api, seluruh hewan pun berusaha mematikan api, kecuali cicak. Cicak malah meniup-niup api tersebut untuk memperbesar kobarannya. Oleh karena itu Nabi pun memerintahkan kita untuk membunuhnya." (HR. Ahmad)
Terus ada penjelasan dari Ustadz Firanda bahwa alasan sebenarnya Nabi kita memerintahkan membunuh cicak, karena cicak itu tergolong hewan fuwaisiq. Hewan digolongkan fuwaisiq  jika mengganggu dan memudaratkan manusia. Contoh lain dari hewan fuwaisiq adalah tikus, ular, gagak hitam, dll.
Menurut penelitian, rupanya si cicak ini membawa-bawa bakteri E.Coli yang bisa bikin kita sakit perut. Itu juga mengapa kita harus juga menjaga banget makanan dan peralatannya agar jangan sampai deh dijadiin tempat cicak main.
Di akhir catatan kakinya, Ustadz Firanda menuliskan begini. Dan ini merupakan hal yang penting sekali menurut aku.
Alasan utama perintah Rasulullah kepada umatnya untuk membunuh cicak, adalah layaknya hewan-hewan fuwaisiq lainnya, yaitu lantaran tabiatnya yang mengganggu dan membawa kemudaratan bagi manusia. Sedangkan pemberitahuan akan perbuatan cicak terhadap api yang akan membakar Nabi Ibrahim, maka itu adalah kabar pelengkap dan penyemangat saja, dan bukan alasan inti dari perintah membunuh cicak. (Hlm. 232 - 233)
Selanjutnya Ustadz Firanda menuliskan sbb.
Hal ini sangat penting untuk difahami, agar tidak ada yang menyangka bahwa Islam menganggap adanya dosa turunan, oleh karena itu cicak di zaman sekarang dibunuh lantaran perbuatan cicak di zaman Nabi Ibrahim. Wallaahu 'alam. (Hlm. 233)
Oke. Jadi, intinya itu cicak diperintahkan bunuh bukan karena kesalahan cicak di zaman Nabi Ibrahim. Tapi karena si cicak ini tergolong hewan fuwaisiq. Cerita cicak zaman Nabi Ibrahim yang mendukung kezhaliman dengan meniup-niup api itu sebagai tambahan aja. Bahwa moyangnya si cicak pernah berbuat sejelek itu lho.
Mengenai perbuatan moyangnya si cicak ini, aku jadi berpikir. Sebenarnya, apa yang dilakukan si cicak kan cuman hal kecil. Meniup-niup doang kok. Nggak ada pengaruhnya. Apa lah arti tiupan kecil untuk kobaran api sedahsyat itu. Tapi tetap hal demikian terhitung sebagai dukungan.
Wah, pelajaran banget nih agar kita lebih hati-hati. Jangan sampai kita memberi dukungan pada perbuatan salah, meskipun hanya sedikiiiiit. Misal, asal ngasih jempol ke postingan yang mengandung keburukan. Karena satu jempol kita itu tetap berarti dukungan. Wallaahu 'alam.
Za
19 notes · View notes
agummycandy · 10 months
Text
Selamat Ulang Tahun Dina Maulidya
Cintanya Aku ❤️
Hai Din, haha.. Aku tau kamu pasti kaget dan sedikit geli atau mungkin tidak berhenti tertawa ketika menemukan link surat ini. Lucu ya tapi aku harap kamu bakal membacanya sampai selesai..
Hari ini, mungkin sedang mengangkasa banyak doa baik dari orang orang untukmu, mereka sebut ini hari spesialmu dan hari bahagiamu. ku harap hatimu juga akan bahagia saat ini dan seterusnya.
Walaupun aku tau, kau benci Juni kali ini. Kau tak seantusias menanti Juni Juni sebelumnya, tapi tak apa, take your time, Setelah ini percayalah kamu akan bahagia. Bersyukurlah atas segala hal baik yang datang padamu hari ini, membaca doa doa baik yang terus mengalir untukmu hari ini, meniup lilin ulangtahunmu dan berdoa baik untuk untuk dirimu sendiri dan semestamu.
Aku berterimakasih pada rencana rencana Tuhan dan semesta yang telah mengenalkan kita satu sama lain, Aku berterimakasih pada Tuhan karena aku punya seorang dina di hidupku, yang menerima segala kurangku untuk dimaklumi, yang telinganya senantiasa mendengar ceritaku walaupun sudah 1001 kali aku ulang ulang. yang waktunya senantiasa luang buat menemaniku kemanapun. yang jiwanya terus semangat membangun mimpi dan cita cita bersama.
Di hari ulang tahunmu, aku mau kamu tau. Kalau dina hadir di tengah tengah lingkungan kita adalah sebuah anugerah. Semua orang dilingkungan kita menyayangi dina dengan sangat. Jangan pernah menganggap diri tidak berarti ya din. karena kamu bergitu berarti untuk kita semua.
Dina, cintanya oyon.. Ku harap kamu senantiasa sehat, dilapangkan kebahagiaan untukmu, dipeluk banyak hal baik, dan luaskan rasa syukurmu pada semesta.
Selamat ulangtahun dina, Aku menyayangimu ❤️✨🫰🏼
Tumblr media
2 notes · View notes