Tumgik
#amalan baik
Text
Gemar Sedekah Setiap Hari, Pahala besar Menanti
Tumblr media
Sedekah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, berbeda dengan zakat yang waktunya sudah ditentukan dalam islam yakni di bulan Ramadan. Tidak ada batasan sampai kapan kita harus bersedekah, atau harus berupa apa kita bersedekah karena cukup dengan niat ikhlas membantu karena Allah maka Dia akan memberi pahala yang besar terutama apabila tidak menunda-nunda untuk melakukannya.
Bersedekah merupakan hal baik yang harus segera dilakukan ketika sudah terbesit di hati niat untuk melakukannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah SAW ketika ada seseorang bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” Lalu beliau menjawab, “Bersedekahlah selama kamu masih sehat, bakhil (suka harta), takut miskin, dan masih berkeinginan untuk kaya. Dan, janganlah kamu menunda-nunda sehingga apabila nyawa sudah sampai di tenggorokan maka kamu baru berkata, ‘Untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian’, padahal harta itu sudah menjadi hak si Fulan (ahli warisnya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sudah jelas bahwa hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah di atas menegaskan kepada kita untuk menyegerakan sesuatu yang baik seperti sedekah. Sebelum ajal menjemput, lakukanlah segala macam yang mendatangkan pahala dengan tidak menunda-nundanya, sebab syaitan akan dengan mudah membelokkan niat manusia untuk melakukan kebaikan dan akan mengarahkannya pada keburukan.
Adapun waktu yang paling baik untuk bersedekah dan akan mendatangkan pahala yang besar adalah ketika badan masih sehat, artinya selagi badan kita diberi kesehatan oleh Allah SWT bersedekahlah baik dengan harta maupun dengan tenaga. Tidak ada batasan untuk itu.
Baca juga:
Kedua, saat krisis atau bencana alam. Sekarang ini banyak sekali bencana yang datang menimpa beberapa daerah di Indonesia, contohnya bencana gempa bumi di Cianjur yang menewaskan ratusan orang dan ratusan orang lainnya dalam kondisi terluka parah. Di saat seperti itu, mereka kehilangan harta bendanya, tempat tinggalnya bahkan keluarganya. Oleh karena itu, penting untuk kita memperhatikan mereka dengan jalan bersedekah melalui donasi dan menyalurkan berbagai bantuan yang dapat mendukung kehidupan mereka di dalam kondisi yang memprihatinkan.
Ketiga, pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah SWT melebihi amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah). Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud, No. 2438)
Keempat, bulan Ramadan. Waktu terbaik lainnya untuk bersedekah ada di bulan yang penuh rahmat dan salah satu bulan yang dianjurkan untuk mengerjakan ibadah puasa bagi umat muslim di seluruh dunia, yaitu bulan Ramadan. Dengan memperbanyak bersedekah, besar pula pahalanya sebab di bulan ini, Allah akan melipatgandakan pahala dari segala macam kebaikan yang hamba-Nya lakukan.
Kelima, pada hari Jumat. Hari yang paling baik di antara hari-hari lainnya, dan akan Allah berikan pahala paling baik juga bagi seorang muslim yang bersedekah di hari Jumat. Sabda Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat, padanya Adam diciptakan, dimasukkan ke surga dan juga dikeluarkan darinya serta kiamat tidak akan terjadi melainkan pada hari Jumat.” (HR. Muslim, No. 585)
Keenam, pada saat gerhana matahari atau bulan. Di waktu ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan sejajarnya orbit bumi, bulan dan matahari atau sebaliknya. Pada momen ini manfaatkan dengan bersedekah untuk orang-orang yang membutuhkan.
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah.” (HR. Muslim, No. 901).
Banyak sekali pahala yang akan kita dapat apabila kita berbagi dengan sesama. Selain itu, manfaat yang kita rasakan juga tidak sedikit, dengan bersedekah akan datang beribu-ribu kebaikan setelahnya. Karena disimpan tidak kaya, dibagi tidak miskin.
1 note · View note
pendongeng · 1 year
Text
Konsep Hitungan Allah
Aku baru aja nemu hadits yang indah
أَنفق يا ابن آدم أُنفق عليك
"Berinfaqlah wahai bani adam, niscaya Aku akan berinfaq kepadamu"
Kata "anfiq" yang diikuti "unfiq", Allah... indah nian ketika kita mengerti konsep hitungan nikmat Allah. Berilah, tolonglah, kasihanilah, nanti kamu akan Aku, Allah sendiri yang balas memberi, menolong, dan menyayangimu.
Aku selalu ingat sama satu kebiasaan orang tuaku yang tidak pernah mereka tinggali kecuali karena lupa yang tidak disengaja. Mereka setiap habis shalat subuh selalu menyisihkan sedikit uang untuk ditaruh toples. Toples itu bertulis "infaq". Dan jika ada yang datang meminta bantuan, maka uang di dalam situ yang akan dikeluarkan tanpa meminta untuk orang itu mengembalikan.
Bahkan permah, nominal uang infaq yang terkumpul itu jauh lebih besar dari nominal uang yang mereka miliki. Dengan keikhlasannya mereka tidak berani untuk sekalipun memakai uang tersebut, kecuali benar-benar untuk dikeluarkan kepada yang lebih berhak.
Salah satu cara indah, yang tanpa sengaja ditiru oleh anaknya. Kami anaknya, mengerti sekali betapa sebetulnya mereka juga butuh, tapi mereka meyakini bahwa harta yang mereka miliki bukan sepenuhnya milik mereka.
Satu hal yang pengen aku sampaikan, bahwa sekalipun harta itu sementara di tangan mereka, tapi Allah dengan murah hati memberi lebih. Memberi rasa tenang, damai, sehat, dan yang paling penting adalah rasa merasa cukup.
Semoga Allah meridhoi orang tua kami
6 notes · View notes
hidayatuna · 1 year
Text
Ragam Ide Praktik Baik di Bulan Ramadan
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Beberapa waktu lalu, saat sedang melakukan PM Talk di live Instagram Komunitas Puan Menulis tentang artikel saya yang sebelumnya dimuat oleh Mubadalah yang berjudul “Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui”, ada pertanyaan yang menurut saya perlu untuk dijadikan ulasan tersendiri yaitu amalan atau aktivitas apa yang bisa dilakukan oleh ibu hamil dan menyusui…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
prawitamutia · 2 months
Text
akhlak yang baik
beruntung sekali ya orang-orang yang memiliki akhlak yang baik. kalau dipikir-pikir, amalan yang paling ringan dan mudah adalah memiliki akhlak yang baik. maksudnya, apa yang dipikirkan, diucapkan, dilakukan, semuanya adalah hal baik yang bernilai pahala. bahkan, saat diam pun, pahala auto mengalir karena banyaknya jejak amalan baik yang sudah ditinggalkan.
betapa beruntungnya seseorang yang jika ditanya amalan utamanya apa dia bisa menjawab "akhlak yang baik". akhlak yang baik itu membuat semua ibadah berkali lipat nilainya.
ringan dan mudah jika sudah sampai pada titik itu. akan tetapi, menuju ke sananya mungkin perlu jungkir balik. seperti merawat padi yang meninggi, gulma harus dicabuti, hama harus dibasmi. sekali ada godaan untuk berbuat tidak baik, suara itu harus langsung ditebas.
akhlak yang baik itu, dari mana kita bisa memulainya? mungkin, dari penghayatan. bagaimana kita menghayati setiap yang kita pikirkan, ucapkan, lakukan. kita menghayati wudhu kita, sholat kita, puasa kita, zakat kita, dzikir kita, mengajinya kita, itikaf kita, umroh kita (aamiiin). kita menghayati makanan yang kita makan, rezeki yang kita terima dan keluarkan, apa dan bagaimana kita berbicara kepada orang lain, perbuatan yang kita lakukan.
Ramadan ini, ayo jadikan menghayati setiap amalan sebagai ibadah andalan. semoga, Ramadan nanti meninggalkan kita dalam keadaan keimanan yang paling tebal, akhlak yang paling baik.
prompt 2.
apa ibadah andalanmu pada Ramadan ini?
187 notes · View notes
kang-islah · 3 months
Text
Menjaganya
Bagaimana cara menjaga seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Sedangkan kita tidak tahu siapa dia, yang mungkin entah berantah belum kenal sama sekali orangnya, atau juga mungkin ternyata orang itu ada disekitar kita — orang yang telah lama mengenal kita. Jangan-jangan, orang yang akan kita cintai nanti bukan orang yang baik, yang tidak bisa menjaga ucapannya, yang senang berkhianat, yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Bagaimana mungkin orang seperti itu bisa menjaga pasangannya? Sedangkan diri sendiri saja tidak ia jaga.
Bagaimana cara menjaga seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Disuatu sisi kita berusaha mati-matian untuk menjaga diri dan hati, menjaga pergaulan dengan lawan jenis, menjaga pemahaman baik yang kita pegang teguh, juga menjaga amalan-amalan rutin yang Nabi Muhammad ajarkan. Jangan-jangan, seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti malah asyik main perempuan, yang asyik berjudi, yang enggan shalat, yang tidak mengaji, yang tidak patuh pada orang tuanya. Bagaimana mungkin orang seperti itu bisa menjaga kita? Sedangkan, ketaatan pada agamanya tidak Ia jaga. Bagaimana mungkin bisa bersamanya ke surga, sedangkan amalannya malah lebih dekat ke neraka.
Bagaimana cara menjaga seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Saat ini kita selalu berusaha untuk menghindari dari hubungan-hubungan yang tidak baik. Menjaga pandangan dan perkataan, menjaga aurat dan perasaan. Jangan-jangan yang menjadi jodoh kita malah menjalin hubungan yang tidak semestinya, yang pacaran, yang senang berzina, yang mengobral kata-kata cinta kepada sesorang yang bukan siapa-siapanya, yang senang jalan-jalan berduaan tanpa ada malunya, yang telponan dan chat yang tiada hentinya. Bagaimana mana mungkin orang seperti itu bisa menjaga hati kita? Sedangkan, sebelum halal saja sudah berani macam-macam. Walaupun sudah menikah nanti, sangat potensial untuk mengulangi hal yang sama dengan orang lain tanpa sepengetahuan kita.
Dunia selalu memberikan gambaran yang berbeda dari anganku, dari harapanku, dari agama yang diyakiniku. Aku takut dengan semuanya. Takut akan pengkhianatan, takut tidak bertanggung jawab, dan takut akan orang-orang yang tidak berlaku baik dalam hidupku nantinya.
Bagaimana cara menjaga seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Dan kini, aku lebih memilih dengan cara mendoakannya, tidak lelah dan tiada henti menjaga diri dan hati. Sebab Allah-lah yang berjanji.
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). (QS. An-Nur :26)
Dengan ayat ini, semoga kekhawatiranku mereda. Aamiin.
Kang Islah I Ditulis Tahun 2019
163 notes · View notes
yunusaziz · 1 year
Text
Pesan Abi,
"Kalau nggak lagi ada udzur syar'i, jangan pernah tinggalkan sholat rawatib. Salah satu hikmah dari menaruh perhatian pada amalan sunnah itu agar kita lebih bertanggungjawab dan perhatian betul pada amalan wajib. Kalau untuk hal yang terlihat 'sepele' atau 'kecil' juga diperhatikan, insyaallah urusan yang besar akan lebih teratur dan terkelola dengan baik."
475 notes · View notes
langitawaan · 7 months
Text
176.
Allah Maha Baik. Dulu waktu masih sendiri banyak hal yang pengen banget aku lakukan tapi terpaksa harus ku lupakan karena satu dan lain hal. Garis besarnya karena izin bepergian jauh tanpa mahrom yang tidak ku dapatkan dari Ayah.
Sekarang, aku tinggal ngomong sama beliau walau bukan saat itu juga ia wujudkan tapi selalu diusahakan biar akunya senang.
Kadang masih suka nangis. Amalan apa yang aku lakukan sampai Allah kirim dia buat aku? Sosok yang baik dan pengertiannya luar biasa.
Ternyata penantianku lebih lama dari teman-teman karena Allah memang sudah mempersiapkan seseorang yang aku butuhkan. Allah tahu aku butuh teman hidup yang seperti apa.
Jangan ragu sama Allah. Allah selalu kasih yang terbaik untuk kita. Kitanya saja yang kadang tidak bisa sabar dan sering ngeluh bahkan mendikte Allah padahal kita ini siapa? Cuma hamba-Nya yang bahkan tubuh ini sendiri pun akan Dia ambil jika sudah tiba waktunya.
Kita ini bukan apa-apa tanpa Allah. Lagi, lagi terima kasih Allah.
Rumah, 19.49 | 06 Oktober 2023.
177 notes · View notes
dardawirdhaa · 26 days
Text
Kebaikan itu: mendahulukan taat lalu nafsu mengikutinya seakan-akan keduanya bukan hal yang berbeda 🍂
Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata, “Jika seseorang tiba pada waktu paginya, hawa nafsu dan amalannya akan berkumpul; apabila amalannya mengikuti hawa nafsunya, harinya adalah hari yang buruk. Akan tetapi, jika hawa nafsunya mengikuti amalan (baiknya), harinya adalah hari yang baik.”
(Shifatush Shafwah, hlm. 177)
146 notes · View notes
aksarahumaira · 1 month
Text
Bagaimana Kalau Jodoh Itu...
Tumblr media
Bagaimana kalau jodoh itu bernama ajal? Bagaimana kalau Allah takdirkan lebih dulu berpulang ke kampung akhirat, bukanlah bertemu pasangan di dunia? Aku bertanya-tanya, bagaimana jika ia datang lebih cepat?
Bagaimana kalau perbekalan ini belum lah cukup? Bekal yang begitu sedikit ini, apakah Allah mampukan mengundang rahmat dan ridhoNya untuk jadi salah satu penghuni surga-Nya? Dosa yang menggunung.. Amanah yang belum tertunaikan.. Permohonan maaf yang belum terucap.. Mungkin juga, cita-cita yang harus dibiarkan diam dalam angan.
Sebelum 'jodoh' itu datang, semogalah kita memastikan kondisi terbaik, entah amalan ataukah keimanan. Semasa ia belum datang, semoga Allah mampukan kita jadi sebaik-baik hamba dengan sebaik-baik amalan. Hingga bertemu denganNya jadi pertemuan yang membahagiakan.
Bagaimana kalau jodoh itu... adalah pertemuan dengan Nya?
_________
Tulisan ini, mungkin mengganti Ramadhan Day 9, ditulis ketika rasanya sedih sekali beberapa hari ini tidak bisa memaksimalkan interaksi dengan Quran karena sakit. Sepele sekali, radang. Tapi membuat nikmat mengejar ibadah di bulan Ramadhan terasa tercabut begitu saja. Ternyata memang, kesehatan sekecil apapun harus dilingkupi penuh rasa syukur.
Menulis tentang "ajal", tentunya membuat terasa takut bagi seorang hamba yang penuh akan dosa. Topik yang seringnya kita hindari, termasuk saya. Tapi bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling sering mengingat kematian? :')
Semoga Ramadhan ini, bukan hanya bertambah pahala, tapi bertambah juga keimanan-keimanan di hati kita.
Depok, 21 Maret 2024, 1.30 dini hari.
82 notes · View notes
andromedanisa · 9 months
Text
Dimudahkan dan memudahkan.
Apa bedanya dimudahkan dan memudahkan? Tentu jelas keduanya atas pertolongan Allaah. Baik dimudahkan ataupun memudahkan semuanya atas izin Allaah. Dimudahkan berarti segala urusannya Allaah selesaikan dengan mudah dan lancar tanpa hambatan. Sementara memudahkan, Allaah gerakkan hati seseorang untuk menyelesaikan dan melancarkan segala sesuatunya menjadi mudah dan ringan.
Kalau hanya mengandalakn diri sendiri tentu tidak akan mampu, bukan? Kalau hanya mengandalkan manusia, manusia tempatnya salah dan kecewa, bukan? Maka yang membuat semuanya terasa mudah, lancar dan sempurna adalah salah satu pertolongan Allaah yang terkadang seringkali kita lupakan.
Barangkali kita lupa untuk memohon pertolongan untuk memulai sesuatu. Barangkali kita lupa untuk meminta pertolongan ditengah kesulitan, yang diingat hanya manusia. Menghubungi si A, si B , si C yang belum jelas akan menyelesaikan itu semua. Dan barangkali ketika selesai semuanya kita lupa meminta pertolongan agar apapun nantinya tetap baik-baik saja.
Kalau kita mendapatkan diri dimudahkan Allaah untuk melakukan kebaikan, maka sungguh itu adalah karunia yang tidak semua orang mendapatkannya. Dan kala kita memudahkan seseorang untuk meringankan bebannya atau permasalahan yang sedang dihadapinya, maka sungguh itu juga karunia yang tidak semua orang memiliki kesempatan baik itu.
Orang-orang yang kulihat sering dimudahkan Allaah dalam hidupnya adalah mereka yang seringkali memudahkan urusan orang lain. Tidak pernah mempersulit jika berurusan dengannya, sehingga hidupnya selalu dimudahkan Allaah. Orang yang dimudahkan hidupnya bukan berarti tidak pernah mengalami ujian berat atau kesulitan, ya. Justru barangkali karena beratnya ujian yang pernah mereka lalui, dan sedihnya ketika menemukan tidak ada yang meringankan bebannya. Mereka adalah orang yang paling keras ingin memudahkan urusan orang lain. Ingin membantu orang lain sebisa yang mereka mampu sekalipun itu kecil menurut pandangan dunia.
Namun bukankah tidak ada yang kecil dalam pandangan akhirat? Allaah mebalas setiap kebaikan, sekalipun itu kebaikan kecil kan ya? Sekalipun hanya senyum yang terlihat remeh bagi sebagian orang hari ini.
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“. HR at-Tirmidzi (no. 1956)
Karena memang senyum yang hangar Dan tulus, akan sampai pada setiap jiwa yang didalamnya masih ada kebaikan.
Dimudahkan ataupun memudahkan, jangan lupa untuk selalu meminta pertolongan Allaah, ya. Sebab pada akhirnya setiap kebaikan itu akan kembali kepada diri sendiri dalam bentuk kebaikan yang berlipat-lipat. Ketika dimudahkan jangan pernah merasa diri paling baik, paling disayang Allaah, paling amalan diterima. Ataupun sebaliknya, memudahkan urusan orang lain apapun itu bukan berarti kita dibodohi, akan sangat capek, dan dirugikan.
وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699).
Sekali lagi, aku seringkali melihat Orang-orang yang sering dimudahkan Allaah dalam hidupnya adalah mereka yang seringkali memudahkan urusan orang lain. Tidak pernah mempersulit jika berurusan dengannya, sehingga hidupnya selalu dimudahkan Allaah.
Teringat nasihat seorang teman beberapa tahun lalu,
"aku, Nis. Kalau mengalami kesulitan yang kayak nggak ada solusinya. Biasanya aku akan cari seseorang yang ingin ku bantu, entah hanya mendengarkan curhatan, atau memberikan sesuatu yang dibutuhkan selama aku mampu, atau memberikan jajan atau mungkin beberapa kebutuhan bagi orang-orang yang sedang membutuhkan. Nggak tahu kenapa ya, tiba-tiba aja masalah aku itu ada solusi jalan keluarnya. Yang sampai sekarang ini akupun tak paham. Namun ini yang ku yakini, bahwasanya Allaah nanti yang akan membantu permasalahanku."
Masya Allaah, janji Allaah itu benar. Janji Allaah itu pasti. Tidak akan pernah Allaah menghianati apa-apanyang telah Allaah janjikan. Maka seperti itulah keyakinan kita yang perlu kita yakini lekat-lekat. Allaah pasti menolong, Allaah pasti akan bantu. Gimana caranya? Ya itu bukan ranah kita buat mikir gimana caranya. Yang penting jangan lepas untuk meminta pertolongan Allaah Dan berbuat baik dimanapun berada.
204 notes · View notes
lacikata · 4 months
Text
Lillahi Ta’ala.
Diketahui bahwa ikhlas karena-Nya merupakan salah satu syarat diterimanya amalan seorang hamba. Namun, menjaganya untuk senantiasa ikhlas bukanlah perkara yang mudah. Sebagaimana dikatakan Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, “Aku tidak pernah menghadapi yang paling berat seperti menghadapi niatku.”
Seperti iman yang selalu berubah-ubah (naik, turun); niat pun demikian. Pagi bisa ikhlas, siangan dikit bisa jadi riya’. Hari ini tulus, besoknya diungkit-ungkit. Oleh sebab itu, dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullah, “Yang penting bukan masalah beramalnya, namun menjaga amal itu sendiri dari hal-hal yang senantiasa bisa merusaknya.”
Sebab mau sebanyak apa pun, selelah apa pun dalam beramal saleh tidak akan diterima jika tidak terpenuhi salah satu dari kedua syaratnya. Dan salah satu dari penyebab rusaknya keikhlasan adalah riya’.
Para salaf pun telah memberikan teladannya, di mana mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan amal salehnya. Mengapa? Sebab ketika tampak dapat memicu tingginya spekulasi sehingga mudah terkena riya’.
Seperti Ibnul Mubarak rahimahullah yang mengenakan penutup wajah ketika berjihad agar tidak diketahui oleh orang lain. Ini pun yang diterapkan oleh mujahidin di Palestina, Hamas di antaranya yang merupakan perintah dari Syekh Ahmad Yassin rahimahullah, “Kamu tutup wajahmu sehingga ketika kamu berjihad benar-benar lillah (karena Allah Subhanahu Wata’ala).”
Beliau sebagai pendiri Hamas juga menaruh perhatiannya hingga mencakup perihal penampilan yang bertujuan untuk memupuk keikhlasan mujahidin. Begitu pun dengan salah satu sosok yang dikenal sebagai Abu Ubaidah hafidzahullah, yang diketahui dari beliau hanyalah nama (samaran) dan statusnya sebagai juru bicara.
Salah satu pelajaran yang bisa diambil adalah untuk menjaga keikhlasan. Popularitas bisa menjadi bencana bagi mereka yang bermental lemah, sebab ia bisa betul-betul memperdaya minimal akan menimbulkan riya’ pada dirinya.
Sebagaimana yang juga betul-betul diterapkan oleh para salaf, mereka bersusah payah untuk menyembunyikan amal salehnya. Mereka bahagia ketika amal saleh atau identitasnya tidak diketahui, sehingga hal itu tidak menimbulkan spekulasi yang bisa mencoreng keikhlasan mereka.
Ini pun yang termaktub di QS. Al-Baqarah: 271, “Jika kamu menampakkan sedekah(mu) maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.”
Keikhlasan adalah jiwa setiap ibadah serta amal saleh dan dengan menyembunyikannya akan menumbuhkan keikhlasan itu sendiri, sebaliknya ketika amal saleh itu sengaja agar terlihat, diketahui, didengar oleh orang lain terdapat dua kemungkinan, bisa baik dan buruk.
Baiknya, apabila tidak disertai riya’ dapat memotivasi orang lain, sehingga ia akan memperoleh pahala serupa pahala orang lain yang melakukannya (HR. Muslim). Buruknya, jika tidak bisa menghindari perasaan riya’ justru akan menimbulkan bumerang bagi diri sendiri.
Dan inilah lagi-lagi sebuah pelajaran dari para ulama, mereka yang ilmunya lebih tinggi, amalnya lebih hebat, lebih memilih menyembunyikan sebab mereka pun lebih paham betapa lemahnya manusia, mudahnya tergelincir dan itulah yang lebih baik sebagaimana telah Allah Subhanahu Wata’ala terangkan di dalam Alquran.
Seyogianya, meski gempuran zaman yang sekarang ini menggoda manusia untuk berlomba-lomba menjadi konsumen popularitas dengan pamer sana, pamer sini; mengikuti syariat lebih utama dan lebih baik akibatnya.
Dan ketika seseorang sengaja memamerkan amal-amal salehnya, bisa jadi salah satu tujuannya agar mendapat pengakuan dari orang lain, di mana hal itu bisa memicu kekaguman dari orang lain yang akan memenuhi syahwatnya.
Inilah yang dikatakan oleh Ibnul Atsir rahimahullah sebagai as syahwah al khaffiyah atau syahwat yang tersembunyi, seperti orang yang lapar melihat makanan kemudian dirinya bersyahwat, begitu pula dengan orang yang ingin dipuji dan gila pujian merupakan salah satu penyakit yang perlu dilawan, sebab ia bisa merusak keikhlasan.
Telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa kelak ada 3 golongan orang yang beramal saleh namun mereka justru masuk neraka. Mengapa? Sebab mereka beramal bukan karena-Nya melainkan tersimpan ingin diakui (riya’) di dalam hatinya.
Siapa mereka? Mereka adalah orang yang syahid di jalan Allah Subhanahu Wata’ala, orang yang menuntut ilmu kemudian mengajarkannya, orang yang dilapangkan rezeki serta harta bendanya. Dan telah dikabarkan pula dalam Alquran bagi mereka yang beramal saleh dengan tujuan mencari kedudukan di hati manusia agar disanjung, dihormati, disegani maka ia akan dapatkan hal itu.
Sebagaimana 3 golongan yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, mereka yang mengaku berperang semata-mata karena-Nya, namun ternyata berdusta sebab ia berperang agar dikatakan seorang yang gagah berani dan memang telah ia dapatkan hal itu. Demikianlah, yang telah dikatakan tentang dirinya.
Mereka yang menuntut ilmu kemudian mengajarkannya hanyalah karena-Nya, namun ternyata berdusta sebab ia menuntut ilmu agar dikatakan seorang alim (yang berilmu) dan memang telah ia dapatkan hal itu. Demikianlah, yang telah dikatakan tentang dirinya.
Juga mereka yang tidak pernah meninggalkan sedekah dan infak pada jalan yang dicintai-Nya, namun ternyata berdusta sebab ia berbuat demikian agar dikatakan seorang dermawan dan mereka pun memang telah mendapatkan hal itu. Demikianlah, yang telah dikatakan tentang dirinya (HR. Muslim).
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasaannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS. Hud: 15)
Namun, tidak dengan akhirat, “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri.” (QS. Al-Qasas: 83)
Bagi mereka yang beramal dengan tujuan mencari kedudukan di hati manusia agar dikagumi, memperoleh banyak pemirsa di setiap unggahan, sebagainya, mereka akan dapatkan hal itu di dunia, namun surga tidak akan ia dapatkan, sebab Allah Subhanahu Wata’ala telah berfirman surga hanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak ingin menyombongkan diri (tidak mencari kedudukan di hati manusia) melainkan mereka yang mencari kedudukan; di sisi Rabbnya. Begitu pula dengan yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka neraka baginya, bagi mereka yang beramal saleh bukan karena-Nya.
Itulah balasan terhadap apa yang mereka telah kerjakan dan tidak ada sesuatu pun dari manusia yang tersembunyi bagi Allah Subhanahu Wata’ala.
Semoga menjadi renungan dan evaluasi (terkhusus untuk diri sendiri). Wallahu waliyyut taufiq.
Waspada riya’ terselubung – Ustaz Firanda Andirja hafidzahullah.
79 notes · View notes
in-syirah · 4 months
Text
Ingin menjadi seperti mereka
Belajar untuk tidak menampakkan amalan di hadapan orang banyak, tidak haus kata-kata pujian dan sanjungan, cukuplah diri kita dikenali dan didoakan oleh para Malaikat-Nya, hingga mengakhiri kehidupan dengan sebaik-baik dan seindah-indahnya cara.
Beberapa hari, ramai kita lihat di sosmed, seorang bapak yang dari tampak wajahnya sudah berusia senja, mengakhiri hidup dalam keadaan sujud, dalam keadaan sedang menjadi imam. Semua orang memimpikan husnul khotimah, seperti yang terjadi pada beliau rahimahullaah.
Kisah lain, dalam waktu yang berdekatan, seorang bapak-bapak (juga) yang meninggal dalam keadaan sedang berdzikir di masjid. Di antara para jamaah, beliau mengakhiri hidupnya dengan cara yang indah. Kita-pun pasti mengharapkan hal serupa.
Ingin rasanya kembali kepada-Nya, saat diri benar-benar punya bekal yang cukup, dan ingin kembali dalam keadaan tenang, dalam keadaan rindu dan tegak di atas ketaatan-Nya. Allaahumma inni As Aluka Husnul Khotimah.
Lantas, untuk waktu-waktu yang kini kita jalani, teruslah pupuk kebaikan, jangan mengejar pujian, belajar melakukan semata-mata untuk mendapat pahala dan rahmat Allaah. Dan dalam hidup yang penuh lika-liku ini, kadang lelah kadang bahagia, semoga kita tetap istiqomah. اَمِين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن
—Mks, 6/366
87 notes · View notes
itansss · 4 months
Text
Mari berserah saja. Semua akan tiba jika sudah kehendak-Nya. Sekarang, lakukan saja yang terbaik. Apapun itu. Pekerjaanmu, pertemananmu, apapun yang bisa menjadi bekalmu kelak. Semoga setiap langkahmu selalu membawa berkah, kebahagiaan, juga amalan baik. Semoga setiap keputusan yang kau ambil selalu membuatmu dekat dengan surga. Yang belum datang, hanya bisa didoakan dan diusahakan. Perkara menentukan datangnya kapan, itu bukan bagianmu.
51 notes · View notes
kayyishwr · 11 months
Text
Tenanglah, hari ini milikmu dan hari esok milik Allah
Karena milikmu maka koreksilah, karena milik Allah pasrahlah
Tenanglah, hari ini milikmu dan hari esok milik Allah
Karena milikmu maka ingat lagi, lebih banyak baik atau buruknya? Karena milik Allah mari berdoa supaya Allah beri kesempatan; melipatgandakan kebaikan atau minimal mengurangi keburukan
Tenanglah, hari ini milikmu dan hari esok milik Allah
Karena milikmu, bersyukurlah Allah masih beri kesempatan untuk melewatinya, dan karena milik Allah mari berharap besok pun masih juga diberi kesempatan
Tenanglah, walau hari ini milikmu dan hari esok milik Allah, sejatinya semua dalam kuasa Allah
Mari menenangkan pikiran, melembutkan hati, dan ridha atas segala yg sudah dan akan terjadi, dengan satu tujuan; keridhaanNya
Adapun hari ini dilalui dengan banyak kelalaian atau bahkan keburukan; semoga Allah ridho dengan taubat, dan istighfar kita
Adapun hari ini dilalui dengan banyak manfaat atau juga kebaikan; semoga Allah ridho dengan amalan kita
Sebagaimana dalam akhir surat Al Fajr; keridhaan diri akan menghadirkan keridhaan ilahi, raadhiyatan mardhiyyah
155 notes · View notes
azurazie · 21 days
Text
SEBENARNYA APA YANG SEDANG KITA RAYAKAN?
Di iringi dengan sahut-sahutan takbir yang menggema, aku merenung. Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan?
Rasanya untuk merayakan menyambut lebaran itu akan lebih bermakna, akan lebih mengena, atau lebih diperuntukkan bagi mereka yang sejak hari pertama hingga akhir Ramadhan konsisten bersungguh-sungguh dalam mengisinya, sepanjang siang dan malam. Mengisi dengan amalan-amalan terbaik. Dalam bilangan-bilangan yang terbanyak. Dengan tingkat kekhusuan yang teruji. Sungguh-sungguh menjalaninya. Sungguh-sungguh dalam mengupayakan keberkahannya. Mengejar keutamaan-keutamaan yang ada pada Ramadhannya.
Maka, akan pas sekali apabila mereka menyambut merayakan lebaran dengan suka cita. Setelah bersusah payah dalam ketaatan, untuk meraih gelar ketakwaan.
Sedangkan kita? Apa yang sejauh ini sudah kita kerjakan? Yang sejauh ini sudah kita upayakan? Yang bisa kita banggakan oleh diri kita sendiri?
Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan? Jangan-jangan kita cenderung sedang merayakan kepergian Ramadhan. Yang selama satu bulan penuh, merasa dipaksa untuk bangun malam, karena diharuskan sahur. Merasa dipaksa untuk menahan lapar dan dahaga, karena diharuskan berpuasa. Merasa dipaksa untuk membuka mushaf Al-Qur'an, karena ada target harian. Dan amalan-amalan ibadah lain yang sifatnya masih harus dipaksa, agar kita lebih rutin untuk mengerjakannya.
Tentang shalat wajib yang masih harus dipaksa untuk berjamaah. Tentang menambah shalat-shalat sunnah yang masih harus dipaksa untuk mengerjakannya. Dan tentang rutinitas ibadah lain selama bulan Ramadhan yang kita kerjakan bukan sekadar memang didasari oleh kebutuhan, tetapi masih sekadar untuk menggugurkan kewajiban.
Maka, rasa-rasanya yang sedang kita rayakan adalah tentang kepergian Ramadhan. Dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Merayakan dengan suka cita karena esok hari sudah kembali bebas melakukan ini itu. Tidak lagi harus berpuasa, tidak lagi harus bangun malam, tidak lagi harus membuka mushaf secara rutin. Naudzubillah..
Atau kita sudah mulai merenungi banyak hal, ternyata tanpa Ramadhan, kualitas ibadah kita bukanlah apa-apa. Kuantitas ibadah kita tidaklah seberapa. Dan mulailah kita merasa berduka, takut setelah kepergiannya tidak adalagi kendali atas perbuatan-perbuatan kita yang suka melampaui batas. Yang banyak lalainya. Yang banyak ditunda-tundanya. Ya, Rabb betapa nestapa rasanya.
Dan mulailah kita berdoa secara sungguh-sungguh, berharap dalam-dalam, semoga masih diberi kesempatan di tahun depan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan. Dengan kesiapan diri yang lebih baik dari tahun ini. Dengan kesehatan yang paripurna, kesempatan yang lebih leluasa. Umur yang barokah dan keluarga besar kita yang masih utuh. Aamiin ya Rabbal'alamin.
@azurazie
37 notes · View notes
yunusaziz · 1 month
Text
Sedikit Pesan Penyemangat! :)
Mungkin diantara sahabat kita sudah berhasil mengkhatamkan bacaan Al-Qur'annya per malam ini, bahkan ada yang lebih, atau mungkin sholat dhuha, bahkan tahajudnya hampir tidak pernah bolong dalam seharipun, maupun wirid-wirid ibadah lainnya yang menoreh capaiannya yang luar biasa.
Melihat yang demikian itu semoga kita tidak justru down, atau pesimis bahkan merasa fatalis dengan apa yang sejauh ini mampu kita upayakan. Optimisme itu harus senantiasa dipupuk di dalam jiwa orang-orang yang beriman. Harus dirawat, dan terus ditanamkan pada tiap-tiap peluang amal.
Tidak apa jika memang capaian kita masih belum optimal, asalkan kita sudah pastikan bahwa tiap peluang amal yang Allah berikan, ada "ahsanu amalan" atau sebaik-baik amal, yang kita terus upayakan. Tidak menyia-nyiakan berlalu begitu saja tanpa perjuangan yang berarti.
Amal baik itu pada akhirnya memang harus diupayakan, adakalanya harus dimulai dengan paksaan, sebab dengan begitulah "budaya diri" akan terbentuk, dan yang harus kita pahami juga, bahwa tiap orang ada 'maqom'-nya (tingkatan hamba di hadapan Allah) masing-masing.
Mungkin masih ada yang berkutat pada memperbaiki amalan-amalan wajibnya, atau sudah mulai next level pada sholat-sholat atau amalan sunnah lainnya, bahkan yang baru mulai mengenal Islam lagi? Ya, setiap orang memiliki fasenya tersendiri.
Maka dari itu, yang terpenting pada tiap fase adalah adanya jiddiyah (kesungguhan) dan at-tafa'ul (sikap optimis) pada tiap-tiap peluang amal yang Allah telah berikan. Tenang saja, saking baiknya Allah, surga-Nya bisa dijemput dengan banyak jalan :)
Jadi terus semangat yah siapapun kamu! Mari menang bersama di Ramadhan kali ini. Bismillah, masih semangat kan? ^^
137 notes · View notes