Tumgik
#isi kepala
jeritmalam · 2 months
Text
Kepribadian ganda, terkadang bercanda seringnya berdusta, bersemayam dalam tubuh pemuda penuh luka, termasak oleh panasnya jiwa, membakar nurani yang berdoa, air mata bernanah, iman tak bernyawa.
-jeritmalam x mtsny
7 notes · View notes
creativemuslim · 9 months
Text
Begitu lucunya ya kita—manusia. Seringkali disibukkan dengan isi kepalanya sendiri, sibuk menggeledah kemungkinan-kemungkinan pada hal-hal yang sebenarnya belum pasti terjadi.
Pikiran kita terbang ke sana kemari, menggumamkan gumaman "kalau nanti" yang seakan-akan skenario itu pasti akan dialami. Padahal yang dipikirkan itu pun belum sama sekali terjadi. Aneh sekali.
Lalu kita kesal, marah, bingung, lelah hanya karena membayangkan hasil fantasi skenario pikiran yang kita buat-buat. Lucu. Mau sampai kapan sebenarnya kita, membiarkan pikiran kita disibukkan oleh kekhawatiran?
Mau sampai kapan sebenanya kita, membiarkan pikiran kita diramaikan oleh ketakutan?
Mau sampai kapan sebenarnya kita, membiarkan pikiran kita dijejali oleh rasa keputus asaan?
Dan mau sampai kapan sebenarnya kita, melupakan Allah yang dengan kemahaanNya mudah sekali memberikan ketenangan? Mengatur kepastian. Memberikan jawaban.
Sibuk sekali ya kita menyusahkan diri. Padahal tak pernah-pernah Allah suruh kita mengurusnya sendiri.
Berhentilah membuat banyak rekaan kejadian di kepala. Bukan sebuah tugas untuk kita meraba-raba kepastianNya. Karena sejatinya kita tak mungkin bisa mengatur kejadian di masa depan.
Maka, hiduplah di atas keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana. Sebaik-baik yang menetapkan ketetapan. Dan segala apa yang ditetapkanNya adalah hal yang terbaik untuk kita dapatkan.
565 notes · View notes
ibnufir · 7 months
Text
Apa aku nyerah aja?
Ternyata kepala kita bising banget yah. Cuma dari luarnya aja kelihatan tenang. Padahal isinya berisik, rame banget.
Kadang sampe bikin lelah. Semenakutkan itu, menemui diri sendiri.
Mungkin kalau dibolehin berteriak dan engga bikin malu. Ingin sekali rasanya berteriak sekencang-kencangnya.
Sepertinya puas memaki diri sendiri. Rasanya lega nyalahin diri sendiri.
Salah siapa udah bikin sedih. Salah siapa engga ngambil tanggung jawab. Salah siapa ngelewatin banyak kesempatan gitu aja.
Salah diri sendiri bukan?
Jadi kalau sekarang khawatir, sekarang takut menjalani berikutnya. Itu salah siapa? Salah orang lain?
Gimana, udah capek kan?
Kita gak bisa apa-apa. Engga lantas selesai juga cesmasnya dengan mengutuk diri sendiri.
Iya.....tetep bakalan capek. Kita bakal kewalahan mengendalikan pikiran kita sendiri.
Karana kita sudah terlalu terbiasa menghindar. Kita sudah terbiasa pergi cari pengalihan di luar.
Padahal ujungnya sama. Kita balik lagi ke semula. Ke sebuah ruangan kotak, berhadapan tembok dengan tembok.
Di kamar kita, beserta isi kepala yang bising dan berantakan.
Kita memang terlalu sulit untuk mengurainya gitu aja.
Tapi setidaknya, kita tau kan pikiran yang ramai itu letaknya di mana aja?
Seperti isi kamar ini, yang berantakan.
Barangkali kita hanya perlu mengenalinya satu persatu.
Kecemasan, ketakutan, dan penyesalan-penyesalan itu ke mana seharusnya di kembalikan.
Engga usah dilawan yah, cukup kenali aja dulu.
Atau kalau emang rasanya udah engga kuat banget, boleh kok minta bantuan orang lain buat beresin.
—ibnufir
297 notes · View notes
jejaringbiru · 5 months
Text
Tumblr media
Seringkali kita belajar pada hal-hal yang sebenarnya kita sudah mengetahuinya. Tanpa belajar dari seorang gurupun ilmu itu tersebar dimana-dimana. Bahkan terkadang kita meremehkan. Mengapa saya harus memperhatikan saat pembelajaran dikelas sedangkan di internet pengetahuan tersebut dapat dengan mudah ditemukan.
Sebenarnya bukan itu esensi dari belajar. Jika belajar hanya untuk menumbuhkan pengetahuan saja, tak perlu ada sentuhan seorang guru. Belajar saja kita di dunia maya karna pengetahuan ada dimana-mana. Esensi dari ilmu adalah adab. Menghargai mereka yang menyampaikan meskipun mungkin saja membosankan. Tulus mencurahkan waktu untuk belajar, mengalahkan ego sendiri bahwa diri lebih baik dari yang lain. Juga upaya mencintai orang yang berilmu.
Guru adalah pelita. Seburuk apapun mereka pasti ada cahaya yang dibawa. Darinya kita belajar ketulusan meskipun seringkali kita acuhkan. Kadang kita hanya menyerap pengetahuan bukan kebaikan. Seringkali pula kita hanya fokus mengasah isi kepala bukan merawat hati agar tetap tumbuh baiknya. Bagaimana mungkin ilmu itu menyerap ke hati seorang pembelajar sedangkan pada gurunya saja "kurang ajar".
Ketahuilah bahwa ilmu itu melahirkan adab yang baik, bukan kata yang menghardik. Ketahuilah pula keridhoan seorang guru ialah menghasilkan keberkahan ilmu. Tandanya apa? Ia berguna bagi orang disekelilingnya, tutur katanya terjaga dan ia menghargai sesama dengan tindakan bukan sekedar perkataan. Bahkan seringkali tanda keberkahan ilmu adalah ketenangan hati dan jiwa bukan pada riuhnya isi kepala. Keberkahan ilmu itu bukan pada besaran nilai IPK, bukan pula pada luasnya pengetahuan, atau prestasi yang membanggakan. Jikapun itu ada pada diri kita, anggap saja itu bonus. Jangan jumawa apalagi sampai melupakan jasa-jasa mereka. Barangkali sukses yang kita nikmati hari ini adalah bagian dari doa-doa panjang mereka.
✍🏻 : @yurikoprastiyo 🎨 : @padangboelan
191 notes · View notes
langitawaan · 1 year
Text
154.
Untuk dia yang kan ku temui di sebalik pekatnya langit.
Semakin bertambahnya usia, aku semakin mengerti bahwa menemukan seseorang yang mampu menyederhanakan berisiknya isi kepala dan bertukar pikiran rasanya menyenangkan.
Dia tidak harus menanggapi semua ratapanku. Lisannnya tidak perlu mengeluarkan kalimat motivasi. Diam dan fokusnya dalam mendengarkan sudah membuatku paham jika hidup tidak boleh semenyedihkan itu.
Semakin menua, rasa sakit, trauma, kecewa yang terpahat menjadikanku semakin mengerti ke arah mana seharusnya bahagiaku bermuara.
Hidup bukanlah perbandingan. Mereka yang terlihat "selalu bahagia" sebab aku hanya tidak tahu rasa sakit seperti apa yang sudah mereka lalui hingga akhirnya bisa sebahagia itu dalam menikmati hidup sekarang.
Aku masih harus belajar lagi, lagi, dan lagi perihal makna cukup dan rasa syukur pada apapun hasil yang bisa ku genggam dalam dekap.
Nanti, jika telah ada yang bisa membuat rasa syukurku terus bertambah, mau mendukungku bertumbuh dan mengingatkan tentang makna cukup ku pastikan dia orangnya.
Sebab aku tidak sedang mencari yang sempurna. Cukup dia yang mampu membuatku tenang bagaimana pun semesta memperlakukan.
Hujan, 22.46 | 21 April 2023.
365 notes · View notes
ceritajihan · 9 months
Text
Tumblr media
Jika ada yang bertanya mengapa harus menulis, maka jawaban sederhana nya mengapa tidak menulis?.
Isi kepala yang berisik, dan mulut yang kesusahan untuk bercerita pada orang lain yang membuat jari jemari menari di barisan huruf-huruf acak yang minta di mengerti.
Merasa bahagia, jatuh cinta, patah hati, kembali di kecewakan, dan segala letupan-letupan perasaan itu akan menjadi kembang api bila nanti di baca kembali.
Yaa kamu memang sekuat itu, kamu mulai menyadari banyak hal setelah semua terjadi dengan semestinya, berterimakasih pada diri mu sendiri sebab di bagian bab paling kelam kemarin kamu tidak memilih berhenti.
@ceritajihan
Luwuk Banggai, 10-08-23
174 notes · View notes
mudabercerita · 4 months
Text
Ingin sekali rasanya menuangkan segala yang ada dalam wadah bernama kepala. Bertukar isi dengan makhluk Tuhan lainnya dari jenis manusia yang sedikit berbeda. Namun apa daya. Wadah dengan corak serupa, sulit sekali menemukannya. Sedang corak berbeda, sulit sekali menerimanya.
-Adzkia N
Banjarmasin, 9 Januari 2024 pukul 20.59 WITA.
63 notes · View notes
aksarahumaira · 2 months
Text
Kita Bukanlah Perencana Terbaik
Tumblr media
Sebagai manusia, nyatanya kita bukanlah perencana terbaik dalam hidup. Terkadang kita membuat peta masa depan, membuat seakan-akan semua harus berjalan sesuai rencana. Membuat keputusan bahwa ekspektasi harus sejalan dengan realita. Hingga tak jarang dijatuhkan oleh angan-angan yang bersarang di kepala.
Benar ya, hal paling menakutkan sekaligus paling indah dari masa depan adalah ketidakpastiannya. Ada banyak kemungkinan bahagia, juga tak sedikit kemungkinan bertemu kesedihan di depan mata. Dan kita tidak bisa memilih satu diantara keduanya.
Betapa banyak hal terjadi di luar kendali kita, tugas kita bukankah hanya berusaha dan berserah kepadaNya?. Katanya, betapapun kegagalan pernah kita pijak, sejatinya ia bukan benar-benar gagal, hanya saja belum waktunya. Entah mulai kembali dengan bekal yang lebih banyak, atau memulai hal baru yang tak kalah membahagiakan. Memilih keduanya tentu jauh lebih baik daripada terus meratap.
Aku memahami, bahwa perjuangan itu menempuh perjalanan yang jauh, tak jarang membuat ragu. Kita bahkan sulit membedakan mana keinginan, mana impian. Diantara banyaknya ketidakpastian akan masa depan, teruslah melangkah. Mungkin tujuanmu akan sampai, mungkin ia tinggal sehasta, mungkin tak jauh di depan mata.
*sesungguhnya, orang yang paling harus sering di nasihati adalah ia yang menuangkan isi kepalanya pada tulisan :")
Tumblr media
Contoh ekspektasi tidak sesuai realita hari ini. Gapapa yuk coba lagi 🙂
Depok, 22 Februari 2024 / 23.03
48 notes · View notes
jeritmalam · 1 month
Text
"Imaji bersanding dengan erat jerat genggaman tanganmu, puisi pun tak sirna meski tubuhku merana."
jeritmalam x mtsny
5 notes · View notes
pengelanakisah · 4 months
Text
Semakin kamu membohongi perasaan terhadap seseorang, semakin sering ia datang mengendap-endap menelusuri isi kepala dan hatimu - Pilar
55 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Karir Akhirat
Kelak kau akan tahu,
Bahwa menjadi seorang ibu adalah pekerjaan yang setiap detiknya mengalirkan pahala. Setiap lelahnya akan diganjarkan surga. Hingga pekerjaan ini begitu dibanggakan dihadapan para penduduk langit.
Kelak kau akan paham,
Tiap tetes peluh keringat yang luruh dalam ragamu karena seharian menemani anak-anak adalah tabungan kebaikan demi kebaikan yang akan terus bertambah bahkan hingga kau tak lagi menjejaki dunia ini.
Kelak kau akan mengerti,
Kesabaranmu dalam berbakti pada seorang lelaki, menerima kekurangannya, menghargai setiap pemberiannya, melayani dan selalu ada mendampinginya dikala senang maupun susah adalah sebuah bentuk pengorbanan yang akan melahirkan keberkahan.
Hingga kau akhirnya menyadari,
Jika pekerjaan menjadi seorang ibu sungguh mulia. Hingga tak ada alasan lagi merasa rendah dan tak berharga hanya karena di dunia tak mendapat sorot tepuk tangan.
Bersabarlah...
Pada hati yang nyaris hancur karena apapun yang dilakukan tak ada ruang untuk dihargai,
Pada raga yang hampir patah karena kepayahan demi kepayahan seperti tak ada ujungnya,
Pada kata yang hampir membakar isi kepala karena umpatan yang tak berdalil,
Bersabarlah...
Dari mimpi-mimpi yang seolah hilang satu per satu,
Dari keinginan yang tak menemui tangga pencapaian,
Dari perhatian dan penghargaan yang tak bersambut,
Justru berbahagialah...
Sebab di akhirat sana, sebuah tempat yang begitu indah siap menyambutmu.
Makassar | 6 Juni 2023
Source: @dianesstari
170 notes · View notes
payungbercerita · 4 months
Text
23 Tahun: Seharusnya aku sudah selesai pada luka itu
Orang-orang yang dulu menyakitiku, mungkin sudah lupa bagaimana sedihku, perihku, serta tangisku pada hari itu. Goresan kecil di tangan dengan sedikit darah, perlawananku, serta kata pembelaan angkuh yang bisa aku keluarkan kala itu mungkin sudah hangus dalam pikiran mereka. Mungkin bisa jadi, jika aku ceritakan bagaimana bencinya aku atas kejadian itu membuat mereka bertanya: Apa benar aku pernah melakukannya?
Seharusnya aku bisa memaklumi perilaku anak kecil yang polos lagi sedang bersemangat untuk menunjukkan kekuatannya. Anak laki-laki yang ingin dilihat, didengar, disegani oleh lingkungan sekitar lantaran banyaknya orang yang melihatnya dengan sebelah mata dan merendahkan kemampuannya. Seharusnya aku bisa memahami bahwa anak laki-laki itu hanya meminta perhatian dan penghormatan meski menggunakan cara yang melukai seseorang.
Tapi nyatanya berdamai dengan masa lalu tidaklah mudah. kenang-kenangan yang aku peroleh dari masa kecil itu membuat pandangan hidup serta rasa-rasa yang hadir tetap berkaitan. Aku tetap terhubung pada masa itu, terutama setiap kali aku mulai percaya pada seorang laki-laki.
Banyak pertanyaan yang memenuhi pikiranku dan berkecamuk begitu kuat. Seringnya berbuah keraguan dan kesedihan serta gelombang yang mempertontonkan bagaimana kejadian masa lalu itu begitu menyakitkan.
Mampukah dia menghargaiku dengan sebaik-baiknya penghargaan? Mampukah dia memahamiku dengan segala bentuk kekurangan serta luka yang terkadang membuatku rapuh? Mampukah dia menahan perkataan kasar serta merendahkan tatkala amarahnya sedang berkecamuk? Mampukah dia tidak menghinaku saat kondisi fisikku tidak mampu memanjakan penglihatannya?
Ya, pertanyaan yang memenuhi isi kepala ini bukan lagi seputar harta dan kecukupan ekonomi. Kekhawatiran terbesar letaknya pada perilaku. Meski aku tahu bahwa luka ini berada pada kendaliku, tapi aku juga terkadang tidak mampu jika terus menerus dihadapkan dengan sinyal-sinyal yang mengingatkanku pada masa itu.
Aku tahu bahwa berdamai dengan masa lalu adalah keharusan. Tapi berdamai bukan berarti melupakan semuanya. Ada sisa rasa yang masih menetap dan membesar tatkala diingatkan kembali. Perihnya, derasnya, sedihnya bukan perkara mudah untuk dihilangkan.
39 notes · View notes
langitawaan · 1 year
Text
161.
Aku pernah merasakan susah tidur. Terjaga hingga tengah malam dengan isi kepala yang sangat kusut dan kekhawatiran perihal pertanyaan kira-kira besok akan bagaimana?
Berusaha mengurai kekusutan namun justru semakin ruwet. Ingin menangis tapi tidak tahu apa yang mau ditangisi. Ingin bercerita tapi tidak tahu harus memulainya dari mana.
Hari-hari pada waktu itu terasa sangat gelap, dada begitu sesak serta tetesan airmata yang tiba-tiba jatuh ketika teringat sesuatu hal. Rasanya tidak bisa dijelaskan. Campur-aduk.
Sulit sekali untuk bisa bernafas dengan lega. Tubuh seperti memikul beban berat. Pengap dan sendirian. Banyak tangan yang mengulurkan bantuan tetapi keras menolak.
Melarikan diri adalah senjata utama. Menghilang dari peredaran dan enggan ditemui adalah jurus andalan. Tumblr merupakan tempat persembunyian terbaik kala itu, di sini aku menuliskan semua kesakitan dengan jujur. Kurang lebih, menulis sama dengan menyembuhkan untukku.
Tapi kini, membayangkan lagi keadaanku yang dulu aku tidak sanggup. Jadi, terima kasih duhai diri sudah bertahan. Kamu hebat🌻.
Kantor, 11.15 | 22 Mei 2023.
118 notes · View notes
yunusaziz · 1 year
Text
"When there is no enemy within, the enemy outside can do you no harm."
Kutipan diatas disampaikan seorang pepatah Afrika, kutipan yang pertama kali saya dengar melalui video motivasi dari seseorang yang kala itu berusaha menyemangati saya. Sampai detik ini terasa begitu relate dengan segala pernak-pernik kehidupan—yah setidaknya selepas menginjak usia seperempat abad ini.
Jika dipikir-pikir memang demikian adanya, aku rasa. Kadang kita terlalu takut dengan apa yang ada di diluar sana, padahal musuh yang nyata sudah menghadang di dalam kepala. Menodong dengan senjata berjuluk 'ketakutan' dan 'keraguan'.
Manusia memang kadang ribet dengan asumsi yang dibuatnya. Yang tadinya nggak ada diada-ada, yang tadinya bisa dibuat tidak bisa, akhirnya dia ribut dengan isi kepalanya, dan berujung pada diam tiada arti.
Begini kawan, aku coba katakan sesuatu.
"Ketika kamu percaya pada dirimu, kamu tidak perlu orang lain untuk percaya padamu. Karena orang lain, benar-benar tidak memiliki hak dan kuasa apapun dalam menentukan akan kamu bagaimanakan hidupmu. Hanya kamu yang dapat melakukan itu."
"Tantangan terbesar dan rintangan terbesar yang akan dihadapi manusia adalah soal keraguan mereka terhadap dirinya sendiri, ketakutan mereka sendiri, dan pikiran mereka sendiri. Jika kamu ingin mewujudkan apa yang kamu mau, kamu harus berjuang untuk itu. Kamu harus bertarung dalam pertempuran terbesar dalam hidupmu."
"Atur hidupmu untuk menang!"
Oh aku lupa, ternyata ini pesan dariku untuk diriku. Sial.
121 notes · View notes
nonaabuabu · 2 months
Text
Tak selamanya putih akan tetap putih dan hitam tak selalu hitam. —nonaabuabu
Aku lupa dulu sering sekali mengatakan ini kepada orang-orang, termasuk dia yang meninggalkan banyak bekas di dada.
Aku masih abu-abu, dan ini bukan tentang rindu.
Hai, kamu!
Aku pernah mengira hidupku telah hitam pekat saat kita akhirnya usai. Aku berbohong bahwa aku tak terluka, saat itu aku sebisa mungkin waras di antara jejak rasa bersalah dan penyesalan. Namun aku mulai melihatnya sekarang sebagai pelajaran paling berharga.
Aku sudah tak membencimu, mungkin dulu juga tidak. Aku hanya merasa benci dengan kenyataan yang ada. Aku marah dan tertawa di saat bersamaan.
Entah bagian mana untuk aku jelaskan, tapi begitu lah adanya. Setelah perang batin yang kulalui, aku mengerti garis nasib. Bahwa aku memilih jalan yang buruk untuk memahami isi kepala yang barangkali tak pernah punya muara. Sekarang saat aku menggenggam lebih banyak keberanian untuk menerima kenyataan, aku juga paham, tak ada yang cukup ideal untuk kehidupan.
Juga aku kala itu.
34 notes · View notes
jeritmalam · 2 months
Text
Tak perlu terang, cukup ada dan tak pernah padam.
jeritmalam x mtsny
6 notes · View notes