Tumgik
#permintaan pertemanan
abidahsy · 7 months
Text
Perasaan yang Cepat Sekali Berubah
Sebenarnya kami sudah saling tahu apa bahasa cinta masing-masing. Aku menghindari berkata-kata yang berlebihan dengan maksud menjaga agar perasaan -yang belum pada waktunya- tidak tumbuh lebih cepat. Tapi, saat kejadian berlaku sebaliknya, aku lebih merasa tersinggung alih-alih tidak merasakan apa-apa.
Jadi ceritanya, 'pengorbanan' yang selalu kulakukan setiap mengobrol melalui telepon dengan Si Beruntung adalah aku memberikan telingaku untuk mendengarnya bercerita berjam-jam. Tanpa sering menyela atau bertanya sesuka hati, khasku saat berdiskusi dengan orang lain. Entah mengapa aku kesulitan untuk melakukan dua hal tersebut pada orang ini. Dugaanku, karena aku tidak terlalu penasaran dengan hal-hal yang dia ceritakan, biasa-biasa saja.
Bagiku, waktu adalah bahasa cinta. Memberikan waktu pada seseorang artinya aku menghormati dan menghargainya. Tidak melulu karena aku jatuh hati.
Tapi ternyata, perasaan yang tenang bagai air yang dalam itu seketika beriak.
Hari ini, di saat aku minta waktunya 'hanya' untuk membalas pesan, ternyata dia tidak memberikannya sedermawan aku memberikan waktuku. Transaksional memang, tapi begitulah aku memperlakukannya sejauh ini. Alih-alih merasa tenang karena (kupikir dengan begitu) aku bisa menjaga perasaan, aku malah lebih merasa terganggu, tersinggung, dan anehnya, penasaran.
Si Beruntung ini memang berbeda dan tidak mudah ditebak.
Sejak awal, di saat yang lain lebih banyak minder dan mundur teratur karena merasa aku sulit untuk diraih dan berat untuk diimbangi. Orang ini malah bilang bahwa aku masih punya banyak potensi. Kapasitas yang kugunakan selama ini baru 15-20% saja, masih banyak kesempatan untuk dibentuk.
Sebenarnya aku cukup kaget mendengarnya. Jadi, selama 28 tahun aku hidup -banting tulang, jatuh bangun, ambisius- untuk menjadi diriku yang sekarang, ternyata itu belum ada apa-apanya?
Di sisi lain, aku merasa tertantang. Perasaan yang cukup unik seperti layaknya adonan tanah liat yang masih punya banyak peluang untuk melakukan transformasi, menjadi apapun itu.
Parahnya lagi, dia hari ini bilang padaku bahwa aku orangnya lugu.
Makin (kesal) penasaran aku dibuatnya.
"Kalau dek abidah yang saya lihat masih lugu dalam beberapa hal, jadi mungkin harus ada komunikasi intens" begitu katanya saat aku bertanya apa ada kekurangan diri ini yang mungkin akan sulit dia toleransi.
"Lugu dalam artian fleksibilitas komunikasi dan juga pemahaman-pemahaman yang sifatnya belum dikuasai," begitu tambahnya. Bukannya membuat aku paham, jawabannya malah menambah rasa penasaranku.
Tapi, dengan menyebalkannya, saat aku tanya beberapa pertanyaan yang lebih rinci terkait hal tersebut, dia malah menghilang dan bilang kalau sedang menyambi pekerjaan lain. Tidak seperti dia biasanya yang selalu cepat tanggap membalas setiap pesan.
Tidak hanya itu, aku yang tadi siang mencoba mencari tahu tentang dirinya melalui sebuah akun sosial media dengan mengirimkan permintaan pertemanan, ternyata tidak serta-merta dia terima, sampai detik ini.
Aku pikir karena dia tidak aktif menggunakan sosial media itu, jadi aku tidak begitu ambil pusing. Nyatanya, malam hari saat aku menulis tulisan ini, aku malah menemukan namanya dari ratusan viewer story-ku. Dalam arti kata lain, dia 'memata-matai'-ku tapi menolak untuk aku 'mata-matai'.
Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Apa sih yang dia mau? Apa alasannya tidak menerima permintaan pertemananku?
Karena tumpukkan rasa penasaran (kesal) itu, hari ini aku bertransformasi menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya. Semoga besok aku sudah kembali lagi seperti sediakala.
7 notes · View notes
andromedanisa · 2 years
Text
Tidak perlu menjauh dariku. Sebab aku tak akan lagi meminta ketulusan darimu. Pergilah jika itu memang inginmu. Sebab memaksakan berjalan bersama hanya akan saling menyakiti satu sama lain pada akhirnya.
Luka tetaplah luka. Permintaan maaf adalah penawarnya. Sebuah goresan sampai kapanpun akan tetap membekas sekalipun telah bersepakat untuk saling memaafkan. Tidak ada pertemanan yang tanpa diuji bukan? Jadi, bila pada akhirnya hati kita tak lagi beriringan bersama. Semoga masih ada saling doa untuk kebaikan diantara kita semua.
132 notes · View notes
gadiskaktus · 19 days
Text
Tumblr media
Kangen mendaki lagi, Mei atau juni setelah ini bisa solo hiking mungkin, atau sama kamu saja ya mas(wkwkwkw) halu. Pengen punya lengkap kaya gini tapi saat ini cuma bisa ambil dari Foto pinterest dulu ( haha).
Cerita dikit lewat tumbrl,
Pengen mendaki tapi sudah ga punya temen yang bisa diajak. Satu per satu menjauh eh bukan tepat nya, udah saling jauh, eh gimana sih (wwkkw)
Emang bener kan? pertemanan itu ada masanya?
Cerita dikit aku punya teman, kita sudah temenan dari 2019 eeh atau sebelum itu kaya nya. Tapi di tahun ini 2024bener bener rasanya, huaaaahh, pengen teriak, temen itu 100% berubah. Walau kemarin cuman masalah kecil atau sepele buat ku, ternyata buat temenku itu suatu yang besar( aku ga sadar pas kejadian efeknya sampai memutus pertemanan).
Baiklah disini aku mulai intropeksi diri, dibagian mana kesalahan aku yang paling fatal, oh iya," bisa jadi aku terlalu ego, membuat keputusan wakti itu tergesa gesa, saat mau rapat kurang 1 jam, aku batalkan karena cuaca buruk, hujan lebat, angin badai, sampai air air diinfokan meluap hingga beberapa jalan macet dan banjir, dengan alasan keselamatan teman teman, aku putuskan untuk diundur hari selanjutnya."
Dari itu ternyata bisa membuat salah satu teman begitu marah, kecewa dengan diriku, dia sampai mengundurkan diri dari organisasi, menutup akses komunikasi, yang biasanya komunikasi setiap hari, bahas kerjaan, jodoh, keluh kesah bareng, mau main bareng, sampai kita saving buat backpaker barengan semua cling.... ga ada bekas, ga ada say hei lagi, gara gara satu kesalahan yang aku putuskan kemarin (ini menurutku). Okaylah, setelah menyadari, aku mencoba membuka komunikasi, aku meminta maaf, aku coba telfon (sempat bikin stress, karena temenku silent treatment) tidak ada respon. Baiklah upaya terakhir, datangi rumah nya.
Okay, hari minggu habis kajian, datanglah ke rumah temanku, dijalan sudah mikir," kalau ditolak gimana, kalau ga sambut gimana," Sampailah di rumahnya, sedikit kaget temanku, okay kita mulai berpelukan, tanya kabar puasa masing masing, lalu ngobrol A sampai Z, walau obrolan nya sama sekali ga menyinggung perihal rapat tempo lalu, tapi dalam obrolan kita sama sekali tidak ada nyawanya, kosong, beda banget waktu sebelum kejadian itu, canggung banget rasanya.
Okay, udah lama ngobrol akhirnya pamitan, dan sebelum pulang, aku bilang ke temanku,"Kita ada rencana buka puasa 1 organisasi." Sudah aku spill dulu tempat dan waktu, tapi kata temenku jauh. Jadi aku urungkan niatku mengajaknya. Okay kita pamitan, sedikit lega sudah ketemu.
Pas hari H acara buka bersama, salah satu temenku, menambahkan 1 orang lagi yang pesan, dan bilang yang datang itu teman ku tadi, bahagia dong, tapi ga percaya juga awalnya. Dan Alhamdulillah nya, beneran dia datang dong ikut gabung acara buka bersama nya. Aku peluk temenku yang mengajak dia, ngucapin terima kasih, karena aku sudah terlalu takut untuk wa dan mengajak (takut penolakan atau tidak direspon). Semua sudah kumpul dan momen bener bener komplit semua bisa datang. Tapi lagi lagi, beda banget, masih canggung rasanya, entah aku yang merasa sendiri, pusing sih memahami perasaanku sendiri ( hahahaha)
Sudah selesai acara nya, kembali ga pertemanan kita seperti awal? aku harap bisa mencairkan dan melembutkan hati temenku, tetapi ternyata ga demikian. Ga ada perubahan, pikirku," oh...memang bener bener sudah ga mau memperpanjang pertemanan, ya sudahlah."
Sudah ikhtiar sejauh ini. Baiklah, semoga dia mau memaafkan ku dengan ikhlas hingga tidak memberatkan ku di akherat kelak.
Untuk teman ku, mungkin kamu ga akan bakal baca ini, karena kamu tidak tau akun tumbrl ku, dan aku ga mau yang kenal aku tau akun ku (wkwk) isinya ngeluh mulu soalny.
Tapi sekali lagi semoga Allah menyampaikan permohonan maaf ku kepadamu ya, jika sebesar dan sefatal itu kesalahan ku, di bulan syawal ini izinkan aku melangitkan doa kepada Rabbku lagi, semoga dirimu menerima permintaan maaf sahabatmu ini.
Ada saatnya kita memang harus berhenti.
5 notes · View notes
narashit · 1 year
Text
Laki-Laki itu Bajingan
Mataku cuma dua dan mereka nyaris kewalahan buat meladeni daftar tonton di dalam batok kepalaku. Ini salah satu tangkapan layar judul film yang baru sempat kutonton belakangan.¹ Jika mesti kusimpulkan, selain apa-apa yang tak perlu kubahas di sini, film itu ingin bilang kalau laki-laki bisa sangat jahat dan patut dibenamkan kepalanya ke rawa-rawa sebab mereka tahu betul apa yang mereka lakukan.
Aku akan menceritakan sebuah dosa dan lubang gelap yang sebelumnya kututup rapat-rapat. Ini tentang orang yang sangat kusayang. Ia mengenal kekasihnya dengan baik. Ia menganggap dirinya mengenal kekasihnya sebagai laki-laki baik. Pekerja keras, tampak gemar beribadah, kerap membagikan ayat-ayat suci nan indah penuh arti, dan tidak mabuk-mabukan. Dengan kata lain, laki-laki itu 180 derajat berkebalikan denganku.
Laki-laki itu seperti harapan berjalan. Sosok nyaris sempurna buat dijadikan teman menyusuri lorong gelap penuh jebakan dan tahi bernama kehidupan. Singkatnya, mari kita sepakati kalau nyaris perempuan mana pun akan menerima bujuk rayunya dengan dada lapang.
Waktu terus berjalan dan kehidupan dua sejoli itu dilimpahi kesenangan sampai tendangan pertama mendarat tepat di tulang kering perempuan itu. Waktu terus berjalam dan kehidupan asmara perempuan itu kembali baik sebelum cekikan pertama menyesakkan leher mungilnya. Waktu berjalan kembali dan perempuan itu menerima permintaan maaf laki-laki itu sampai kemudian perempuan itu mendapati rahasia menyakitkan dan bertingkat-tingkat tentang laki-laki itu. Lagi-lagi waktu terus berjalan dan perempuan itu dipaksa menggugurkan kandungannya.
Aku melihat sendiri bagaimana ia menangis sambil menahan sakit "isi perutmu seperti di-blender." Bagaimana ia berusaha mengatasi pikirannya sendiri di tengah pikiran tentang orang tua, lingkungan, pertemanan, atau apa pun, yang pada saat tertentu bisa membuatmu gila. Tanpa kita menyenggol kesediaannya melakukan cabang olahraga ngentot pun, memaksakan sesuatu yang risikonya hidup-mati, dan nyaris ia tanggung sendiri, kepada orang lain cukup untuk membuatmu dijadikan bantalan rel kereta.
Menulis ulang sebagian kecil ingatannya saja seperti menaruh sekat di jalur pernapasanku. Jantungku berdebar-debar. Napasku sesak. Dan aku ingin memukul kepala orang dua kali.
Kepada laki-laki, menganggap perempuan semacam benda yang bisa dipilih dan dibuang seenak jidat hanya akan menjadikanmu seorang monster. Berpikir laki-laki lebih baik dalam segala hal dan karena itu perempuan mesti menuruti apa yang dikatakan laki-laki hanya akan membuatmu tampak seperti tong sampah. Keliru menganggap perasaan sayang kepada perempuan sebagai takut adalah kesalahanmu nomor tiga.
Satu hal yang perlu kau ingat, perempuan punya kekuatan yang kapan pun dapat mempecundangimu. Dan meskipun sering kau remehkan dan kau jadikan bahan olok-olok, seorang banci bisa jauh lebih baik dalam memperlakukan perempuan. Itulah kenapa Naruto bilang laki-laki yang memperlakukan perempuan dengan buruk lebih jelek dari sampah.
#30haribercerita #30hbcscreenshot #30hbc2318
1. Judul film: She Said - Maria Schrader (2022).
23 notes · View notes
gadis-rahasia · 11 months
Text
Ini adalah usahaku, dengan tidak mengikuti mu di Instagram dan tidak menerima permintaan pertemanan mu di Facebook.
Lagipula aku tidak terlalu putus asa, sehingga harus membiarkan kehidupan percintaan yang singkat ini terisi hanya tentang mu.
Aku harus ingat, aku belum sempat menjalin hubungan dengan siapapun bertahun-tahun hanya karena terus memikirkan tingkah mu di masa lalu.
@gadis-rahasia
5 notes · View notes
pergimelaut · 1 year
Text
xvi. mantra.
pada akhir tahun 2018, ketika sahabatku meninggal, aku merasa takut kehilangan & takut sendirian. dampaknya melebar hingga aku mendefinisikan sebuah hubungan sebagai relasi transaksional---kalau aku suka kamu, maka kamu sebaiknya juga suka denganku. kalau aku pengin ketemu kamu, maka kamu sebaiknya juga pengin ketemu aku. saat itu aku begitu "tenggelam" hingga nggak bisa menyuarakan kebutuhanku dengan baik. bahkan, aku nggak tahu kalau saat itu aku butuh pertolongan. aku hanya punya L dan kuhujani dia dengan permintaan-permintaan untuk memvalidasiku---aku ingin dia bilang bahwa dia kangen aku, bahwa dia pengin ketemu aku, bahwa ada hal-hal yang ingin dia bagi hanya denganku. itu nggak sehat.
pada suatu pertemuan di tahun 2019, aku pernah kangen dengan L dan menyuarakannya. lalu kutanya, "apakah kamu kangen aku?" dan dia bertanya balik, "apakah aku harus?" aku nggak tahu bagaimana proses berpikir L hingga bisa menimpali dengan balasan demikian, tapi satu hal yang pasti, pada saat aku pertama kali mendengarnya 2019 lalu, aku nggak mau tahu bagaimana proses berpikirnya---aku terlalu kaget.
dengan sombongnya, aku berpikir ia nggak akan bisa menyakitiku. tapi ternyata, nggak ada hal-hal yang ingin dia bagi hanya denganku, dia nggak pengin ketemu aku, dan dia nggak kangen aku. aku merasa nggak dihargai dan seketika semua perasaan hormat yang kutinggikan atasnya hilang. malam itu aku dipaksa menerima kenyataan, menghadapi bahwa inilah kebodohannya. kebodohanku, di mana minggu-minggu kuhabiskan untuk berputar-putar & berjuang sendirian & merindukannya. maka, kuputuskan untuk melupakannya, menghilang darinya, nggak lagi merepotkannya. bertahun-tahun.
aku hilang.
lalu, datanglah akhir 2022.
aku bertemu teman kuliahku. kami bertukar kabar, dan ia berbagi mengenai hubungan pertemanan yang ia jalin dengan teman-temannya. salah satu prinsip yang ia sampaikan kepadaku adalah, bahwasanya, ia selalu takkan pernah keberatan menjadi pihak yang menghubungi duluan, mengajak ketemu, meminta maaf, memperjelas maksud dari kesalahpahaman. ia terus-menerus bercerita dan, entah bagaimana, ceritanya punya kekuatan untuk membuatku dibayangi oleh keputusan-keputusan cepat …
& yang membuatku tampak konyol.
rasanya, perasaan buruk merayapi kedua kakiku. aku tiba-tiba jadi sangat kangen sama L dan kewarasan (& juga ketenangan) mengambil alih. aku berpikir: "aku mau ketemu kamu, aku kangen kamu, & ada hal-hal yang ingin kubagi hanya padamu. aku nggak papa apabila kamu nggak kangen aku, atau aku yang harus terus menginisiasi pertemuan kita karena kamu nggak akan pernah melakukannya. ya, itu nggak papa. aku senang dengan bertemu kamu, dan karena aku mau melakukan hal yang menyenangkan buatku, aku mau mewujudkannya demi kesenanganku!" dan, wow, kenapa mantra itu nggak pernah lekat di kepalaku sebelumnya?
sebetulnya, mantra itu baru kuciptakan sepanjang 2020, 2021, 2022 … tahun-tahun ketika aku menyingkirkan L dari hari-hariku. mantra itu adalah: kalau dengan kangen padamu membuatku senang, maka aku akan kangen padamu---semudah itu, kan, harusnya. sebab, kalau aku terus-menerus minta validasi dari orang lain, itu nggak ada dalam kendaliku, dan aku mempersulit diriku untuk bahagia. :D
maka, malam ini aku bertemu L. aku menemaninya makan es krim, dia menemaniku makan malam & buka puasa, dan kami bareng-bareng makan kentang sambil melipat-lipat perahu kertas. kami tukar kabar. dia membuatku ketawa. aku mendengarkan cerita-ceritanya tentang orang-orang di sekitarnya---yang memang jumlahnya banyak. ia punya banyak teman dan orang-orang yang berharga baginya, dan prinsip pertemanan di antara kami memang begitu berbeda. padahal aku sudah disadari oleh kenyataan itu JAUH bertahun lalu ketika kami SMA; aku hanya menolak melihatnya saja. kami berpisah dalam perjalanan pulang, dan ketika aku berhenti di tengah jalan, aku menerima pesan darinya dan tersenyum. aku merasa senang, dan bersyukur.
tuhan, terima kasih atas kesempatan bagiku untuk menjalin kembali pertemanan kami. aku nggak akan mau lagi hilang darinya.
Tumblr media
4 notes · View notes
amatsalma · 2 years
Text
aku cuma mau jadi telinga yang dengerin kamu marah nangis ketawa tanpa menghakimi atau menuntut apa-apa walau tahu sebenarnya itu tidak pernah cukup untuk bikin kamu bahagia tapi kalau bisa aku juga mau jadi salah satu alasan agar kamu tetap ingin lanjutkan hidup di dunia dengan segala liku kejamnya karena meski kamu tak lagi percaya apa-apa kau tetap harus yakini aku tidak akan ke mana-mana dan mari kita cari tahu bersama setiap jawaban dari ratus juta pertanyaan dan permintaan yang sudah sekian lama kau pendam lalu sekarang mari kita rayakan pertemanan kita dengan sederhana lewat doa-doa seperti biasa juga air mata bahagia karena diizinkan tuhan untuk pernah menjadi bagian penting dari masing-masing hidup kita yang berawal asing dan semoga kita satu sama lain tak mengenal akhir.
2 notes · View notes
ruanguntukku · 2 years
Text
Tentang sebuah kejujuran
Dalam dunia kepenulisan.
Ada banyak hal yang masih mengganjal dalam diri dan tak bisa terelakkan oleh hati mereka, orang-orang yang menyembunyikan kebenaran.
Tentang suara hati kecil mereka yang menyadari bahwa mereka salah. Itu adalah sebuah keniscayaan, JIKA hati mereka belum terkunci dari kebenaran.
Tentang sebuah kejujuran paling mendalam perihal ALASAN, kenapa ia memilih hari dan jam itu untuk memposting tulisanku dengan membubuhkan nama akunnya. Yang mana semua orang otomatis akan mengira bahwa itu adalah tulisannya.
Pun tentang kejujuran terkait judul yang ia bubuhkan. Dari mana itu berasal? Sedangkan hati kecilnya tau bahwa sedari awal tulisanku tak pernah kuberikan judul. Meskipun pencurian ide sangat sulit dibuktikan dan dengan mudahnya si pencuri berkilah, tapi satu hal.
Hatinya tak pernah bisa berbohong dari mana judul itu berasal. Sebagaimana hatinya tak bisa berbohong tentang alasan kenapa ia memilih tanggal dan jam itu untuk memposting tulisanku.
Jika hanya masalah tulisan, sangat mudah bagi Allah menggantinya dengan yang jauh lebih baik. Tapi, yang paling menyesakkan bukan perihal itu. Melainkan perihal kepercayaan dan terlihat jelas bahwa ada upaya memanfaatkan keadaan dengan menggunakan tulisan tersebut.
Jika memang kamu ingin menyebarkannya murni untuk kebaikan dan tanpa niat buruk sedikitpun, maka kamu akan menyebarkannya di hari yang sama dengan permohonan izin yang kamu tanyakan padaku.
Tapi ternyata kamu memiliki rencana yang aku tak mengetahuinya. Bahwa kamu akan menyebarkannya di hari saat kamu menjadi seorang pengisi seminar kepenulisan.
Iri hati? Dengki?
Wallahi, tidak ada sama sekali. Bahkan di hari itu aku pun ikut serta sebagai peserta seminarnya dan sebelumnya kami memiliki hubungan pertemanan yang cukup baik.
Sungguh menggelikan, ketika permohonan maaf itu ada kesan seolah-olah aku mencoba menjebaknya. Seakan-akan aku iri hati padanya.
Aku sama sekali tidak pernah merasa demikian SEDIKIT PUN! Yang membuatku geram ketika aku tau apa yang kutulis dimanfaatkan untuk menaikkan pamornya di mata orang lain. Ketika tulisanku yang sudah cukup lama berada di arsipnya digunakan bukan semata-mata untuk mencari ridho Allah, melainkan untuk kepentingan mengharumkan namanya di mata manusia.
Yang paling membuat sedih, ketika faktanya aku bukanlah satu-satunya korban yang diperlakukan demikian. Dan sama seperti kisahku, ia menganggap semua dengan mudah selesai hanya dengan kata "MAAF".
Ketahuilah...
Menjadi seorang penulis terlebih yang menulis perihal agama, bukanlah ajang untuk menaikkan pamor diri di mata masyarakat. Bukan demi eksistensi diri di dalam jagat maya.
Tapi hanya karena Allah!
Dan proses introspeksi diri, jika memang kamu merasa bersalah tidaklah wajar jika selesai dalam beberapa hari. Melainkan itu sebuah proses yang panjang. Bukan malah sibuk menaikkan eksistensi diri sampai-sampai berani berbicara di depan orang banyak perihal ilmu agama.
Sebuah permintaan maaf ketulusannya akan sampai kepada hati yang menerima. Sesuatu yang tulus dari hati akan sampai pula kepada hati yang menerimanya.
Aku bukanlah orang yang memiliki hati keras bagai batu cadas. Aku ingin kamu benar-benar berintegritas dan jujur dalam menyesali kesalahan.
Ketahuilah, tindakan mencuri atau mengakui karya orang lain adalah sebuah cacat besar bagi seorang penulis.
Bagaimana tidak? Di dalam menulis kita menuangkan apa yang kita yakini, yang kita pikirkan dan kita terapkan sesuai dengan ilmu yang sudah kita pelajari atau sesuai dengan pengalaman yang sudah kita alami.
Lantas bagaimana jadinya jika berisi dusta? Apa yang tertuang di dalamnya bukan murni hasil karya kita tapi dengan bangganya kita membubuhkan nama kita sebagai pembuat karya.
Sekali lagi, tanggung jawab sebagai seorang penulis itu sangat besar. Maka takutlah kamu kepada Allah!!!
Disclaimer, ini adalah tulisan lama yang sudah sangat lama mengendap di arsip. Aku tulis di hari ketika pihak yang aku maksud membagikan klarifikasi dan permohonan maafnya.
Memutuskan memposting ini bukan untuk membuka kembali luka lama. Tapi sebagai bentuk pelajaran, dan ungkapan atas apa yang sebenarnya terjadi yang saat itu tak mampu aku utarakan karena kondisi kesehatan yang semakin menurun kala terkena Covid-19.
Harapanku, jika suatu saat ada di antara mereka yang akhirnya salah paham denganku dan termakan ucapan pihak sana, semoga dengan membaca ini bisa sedikit tercerahkan.
Bahwa kebenaran itu akan tetap pada nilainya. Dan semoga menjadi ibrah untuk semua orang yang mengetahui masalahku di masa lalu agar jangan pernah bersikap tidak jujur dan semoga bisa menyikapi permasalahan dengan lebih baik.
Jika ditanya apakah aku sudah bisa memaafkan? Ya, in syaa Allah. Aku memutuskan untuk membebaskan diriku dari rasa marah dan kecewa.
Aku yakin, hakikat diri seseorang akan terbuka suatu hari nanti. Hakikat jujurnya seseorang dan hakikat taubatnya seorang hamba juga akan terbukti seiring dengan waktu yang berjalan. Setiap orang akan menuai apa yang ia tanam. Dan jika suatu saat kebenaran itu terungkap jelas, semoga tulisan ini bisa mewakili tanpa aku harus terseret kembali ke dalamnya.
Luka yang sembuh akan tetap meninggalkan jejak. Dan ini caraku membagikan jejak itu dengan harapan bisa menjadi pelajaran untuk siapa saja yang mampir ke sini. Baarakallahu fiikum.
—SNA, Ruang Untukku
Arsip paling dalam, yang akhirnya aku putuskan untuk dipublikasikan. Semoga bisa menjadi penguat bagi mereka yang juga pernah merasakan dan sedang dalam fase jatuh untuk kembali bangkit. Semoga Allah pulihkan hatimu dan Allah jaga kejujuranmu. Aamiin ❤️
3 notes · View notes
gladiollsusi · 2 years
Text
Di Instagram, ada permintaan pertemanan dari salah satu anak sekolah minggu ku dulu.
Trus, takjub bengong liat ig nya.
UDAH JADI MODEL SEKARANG !
Terakhir aku tinggalin masih kelas 5 atau 6 SD.
Artinya sekarang dia udah masuk SMP.
Duh. Pangling liat nya.
Beberapa postingannya ku lihat, ada yang jadi model untuk gaun nikah. Ada untuk designer lokal.
Duh. Duh.
Mana di setiap postingan, ekspresinya benar benar kayak model profesional.
Lah padahal, tahun 2019 kemarin masih malu malu canggung kalau diajak nyanyi sekolah minggu pakai gerakan.
Memang, anaknya tinggi banget. Paling tinggi diantara temannya.
Duh, seiring berjalannya waktu ada banyak hal yang berubah ya.
1 note · View note
destinyslair · 14 days
Text
The Gate
Tumblr media
Kemarin malam aku sudah memutuskan untuk mulai membuka diri. Menggunakan profil normal di akun instagram untuk memulai pertemanan dengan mereka-mereka yang mengenalku namun tak tahu sisi diriku yang lain.
Awalnya perasaanku begitu membuncah dengan harap. Aku punya perasaan baik soal itu (setidaknya aku berusaha berpikir demikian). Namun seperti yang lalu-lalu, aku berakhir dengan tangis. Aku menangis sambil memeluk miku.
Permintaan pertemanan hanya ditanggapi dengan membiarkanku mengikuti mereka tanpa mereka mau menekan tombol follow pada akunku. Seolah aku yang ingin tahu hidup mereka namun tidak sebaliknya. Ahahaha sungguh ironis bukan?
Maka kulakukan apa yang layak untuk dilakukan: meng-unfollow akun-akun yang sok keren seolah mereka idola dan aku penggemar. Bagiku, hukum pertemanan tidak seperti itu. Jika kamu tak mau berteman denganku, maka aku pun tak ingin berteman denganmu. Jalan masing-masing saja. Toh hidupku memang sepi. Aku akan menghargai siapapun yang memperlakukanku setara dengan mereka: seorang teman.
0 notes
saudarimu · 4 years
Text
Filosofi anak panah
“Semakin panjang rentang busur menarik ancang-ancang maka semakin cepat pula anak panah melesat.”
Beberapa hari lalu sebuah notifikasi muncul di beranda sosial media lamaku. Ketika kubuka ternyata permintaan pertemanan dari teman dekatku di SMP. Teman berbagi tempat duduk. Saling bertukar hadiah untuk jadi benda kenangan. Berbagi rahasia tentang crush di dalam atau luar kelas. Sama-sama berkonflik dan bergunjing. Berjalan menuju masjid di bawah terik matahari siang dan makan berhimpitan di kantin belakang. Sampai tertawa dan menangis bersama.
Notifikasi itu menuntun tanganku berselancar mencari akun teman-teman lamaku yang lain. Satu persatu telah ditemukan. Hingga sebuah grup terbentuk di aplikasi chatku dengan nama yang menurutku terdengar aneh. Masing-masing mengirimkan cerita penuh kerinduan. Saling menertawakan kebodohan dan kekanakan. Ada yang senang mengenang zaman dahulu, tapi adapula yang bersedih karena merasa terlalu jahil.
Ingatan membawaku pada masa ketika pertama kali mengenal dan merasakan emosi negatif bernama insecure. Insecure terjadi ketika seseorang menilai diri sebagai inferior dibandingkan teman lain. Rasa inferior membuat seseorang merasa tidak mampu menghadapi suatu tantangan, di mana tantangan tersebut merupakan standar keberhasilan atau pemenuhan kebutuhan self-esteem dari orang lain atau diri kita sendiri. (Sumber: dosenpsikologi.com)
Mungkin saat itu aku mendefniskan perasaanku dengan kata “malu.” Iya aku mersa sangat malu. Malu dengan diriku sendiri. Malu pada teman-temanku. Malu pada guru-guru pengajarku. Malu sekaligus rasa bersalah teramat sangat pada orangtuaku. Jika melihat dari usiaku saat itu, aku sedang berada pada tahap psikososial industri dan inferioritas menurut Erik Erikson. Anak yang tidak mampu untuk memecahkan masalah, menemukan kesenangan dan kepuasan dari keberhasilan akademik dan tidak mampu mencapai prestasi seperti teman sebaya maka akan merasa inferior. (Sumber: student-activity.binus.ac.id)
Maaf karena terlalu banyak memaparkan teori. Kupikir kisahku akan menjadi tidak terlalu menarik jika kutuliskan kembali. Karena setiap detik adegan tidak mampu terpanggil dengan rinci oleh memoriku. Tapi perasaan itu masih membekas hingga jika aku ingin aku bisa merasakannya sekali lagi.
Singkat cerita, tahun pertama di SMP kuhabiskan dengan membuang waktu dan uang. Masih asik berimajinasi dalam dunia fantasi anak-anak. Lalu sebuah kejadian menghantam keras kepalaku. Tahun kedua sekolahku saat itu merolling dan mengurutkan kelas murid berdasakan tingkat kecerdasan mereka. Murid dengan ranking atas di tempatkan di kelas awal. Sementara murid dengan ranking di bawah akan menempati kelas belakang.
Aku di tempatkan di kelas belakang dan rankingku saat itu 22. Insecure mulai merambat menggerogoti jiwaku. Tengkukku selalu memanas mendengar cerita teman-temanku masuk di kelas unggulan karena mereka pintar, sedangkan aku memberi label bodoh pada diriku. Aku benar-benar merasa sangat malu.
Bersyukur di kelas itu aku bertemu dan menjadi akrab dengan teman terbaikku yang tadi kuceritaka di paragraf pertama.
Pernahkah kamu melihat atau bahkan merasakan bahwa orang-orang yang pernah kamu lihat atau bahkan dirimu sendiri mengalami kemunduran itu, lalu tiba-tiba melesat cepat ke depan dan meraih banyak hasil? (Yeni Herlina)
Aku memang mengalami kemunduran. Tetapi kejadian itu membuatku belajar dari anak panah.  Anak panah itu dipasang di dalam busur kemudian busur itu ditarik ke belakang. Semakin jauh tarikan maka semakin jauh pula jarak tempuh anak panah. Tidak lupa ujung anak panah diarahkan tepat pada papan sasaran.
“Semakin panjang rentang busur menarik ancang-ancang maka semakin cepat pula anak panah melesat.”
Segala puji bagi Allah yang mengizinkan aku membalik keadaan. Penutup kisah, aku berhasil menduduki ranking atas bahkan sampai tiga besar. Pencapaian terbaikku di masa sekolah.
Sampai saat ini aku masih selalu berusaha menjadi anak panah dan berusaha menghargai segala usaha yang telah kulakukan.
Untuk kamu, senang sekali bisa mengingat kenangan sekolah yang kulalui dengan bahagia bersamamu. Tentu saja dengan perasaan terima kasih padamu karena telah mendampingi saat diriku “ditarik” ke belakang. Kuharap diriku juga bisa menjadi teman terbaik bagimu. Kuharap aku bisa menjadi perantara dari Allah untuk memberikan pertolongan padamu.
Makassar, 6 Desember 2019
Saudarimu, Delila
0 notes
mysketchsworld · 6 months
Text
Tumblr media
Dia.
Dahulu, kita tidak mengenal satu sama lain. Namun dipertemukan di sebuah acara musik di daerah jakarta. Dimana saat itu aku dan teman²ku mengisi di acara waktu itu. Kita tidak bertegur sapa atau sempat mengobrol, hanya menatap satu sama lain.
Aku tak berani menghampirinya, karena memang dia itu cantik dimata dan batin ku. Satu sisi juga dia teman dari teman ku pada saat itu, ada rasa tidak enak atau segan untuk berkenalan dengan nya karena dia bersama mereka (teman²ku).
Namun suatu hari ada notif muncul di beranda Facebook ku kala itu, dan ternyata dari dia yg mengajukan pertemanan.
Aku langsung terima permintaan itu, lalu mulailah kita saling bertukar cerita satu sama lain.
Tanpa aku sadari ternyata dia juga memendam rasa sama dengan ku yang tak terucap, entah itu gengsi atau apalah sebutannya.
Tapi aku sadar batas ku, dia terlalu canyik lucu dan menggemaskan menurutku. Dan mungkin juga stratanya jauh lebih diatas ku kala itu. Disitu aku merasa malu pada diriku san bertanya.
Apakah aku harus terus maju dengan siap atau tidak nya dengan keadaanku kala itu?
Dan pada akhirnya aku memilih untuk mundur perlahan dan sedikit menghilang dan memendamnya sendirian sampai detik ini, walaupun cahayanya kecil tapi tetap hidup dan ada di batin ku.
- untuk kamu cinta dan sayang ku yg tak pernah terucap, terus lah berjalan, aku tau kamu mampu aku yakin kamu bisa dan meraih apapun yang kamu mau. Aku cuma ingin melihatmu bahagia walau aku tak sempat memilikimu -
DRAP
0 notes
ameliazahara · 7 months
Text
Sosial media
Gue sangat paham bahwa siapa yang diikuti di sosial media menjadi cerminan apa yang disaksikan, diikuti, bahkan menginspirasi harinya. Entah terkadang hanya sebatas sebagai hiburan. Bukan kah dari sana bisa memberi informasi dari diriseseorang? Bahkan selera humornya sampai sebatas apa juga terukur. Walau untuk lebih spesifik dibutuhkan data.
Gue sangat konsen dengan apa yang gue ikuti di sosial media, khususnya IG, FB, Tiktok, tumblr, X apps, FOMO apps, qoura apps, bahkan Linkedin, etc. Kalau dulu gue selalu berusaha untuk jadi yang terdepan atas segala keriuhan media, kini gue lebih membatasinya. Bahkan kini gue hanya fokus pada membangun personal branding, memberi kabar pada lingkungan terdekat, dan meninggalkan jejak bahwa gue pernah menapaki dunia.
Pilah-pilih yang diikuti adalah tentu. Karena semakin kesini semua perihal kualitas bukan kuantitas. Gue akan ikuti akun yang menunjang karir gue sebagai pendidik dan dosen. Gue akan mengikuti akun yang tujuannya mengarahkan pada indikasi keadaan global dengan tidak berlebihan. Dan sebisa mungkin menghindari influencer yang hanya beriklan, menawarkan produk, flexing apapun bentuknya. Gue bahkan tidak mengikuti selebriti di hampir setiap sosial media yang gue punya. Kecuali dalam bentuk dukungan terhadapnya.
Bahkan tiap beberapa waktu sekali gue sering melakukan cek pada akun apa aja yang udah gue ikutin. Apakah masih relevan? Jika sudah tidak relevan dengan yang dibutuhkan maka gue akan hapus dari daftar following. Bahkan jika akun tersebut yang gue butuhkan postingan feednya, makan postingan storinya gue senyapkan. Kendali utuh tentu dapat dikontrol dengan sadar.
Seperti gue ke orang-orang, gue jadinya percaya bahwa, apa yang gue ikuti juga akan diperhatikan. Siapa sih yang tidak stalking hidup orang lain saat ini? Siapa juga yang tidak terlibat di sosial media yang bahkan terbuka akses bagi siapa saja. Bahkan kini mengetahui referensi orang sudah sangat mudah. Gue tidak percaya kalau ada orang yang tidak sadar akan keputusan yang diambilnya termasuk memilih-milah apa yang di ‘follow dan menjadi following’ nya.
Gue terbuka untuk siapa saja yang gue kenal di dunia maya atau nyata untuk mengkonfirmas permintaan pertemanan. Bukan sok-seleb. Kadang melelahkan jika melihat dunia yang masih berada di alter-ego semata. Jadinya, bio yang ditampilkan adalah bagian pertimbangan untuk orang yang tidak dikenal di dunia nyata.
Saat ini gue hanya butuh sesuatu yang bisa jadi referensi, karena gue sadar bahwa dalam hidup referensi itu penting. Bahkan gue mensenyapkan setiap IG stori, WA stori, FB stori, segala stori dari orang-orang yang gue kenal, atau akun creator jika itu rasanya menguras energi. Gue tidak perlu tau semuanya. Cukup pada mereka yang juga peduli.
Karena tidak semua orang berniat baik dalam mencerna atau membagikan sajian sosial medianya—ada yang niatnya menyindir, ada yang mengais validasi, dan ada yang berniat memberi ujaran kebencian. Untuk itu gue berusaha meninggalkan jejak baik dan positif yang semoga ada hikmahnya. Gue tidak ingin mereka yang berinvestasi waktu untuk menyaksikan yang gue sajikan tapi tidak memperoleh apapun darinya. Karena niat memberi dan menjadi bermanfaat ini juga lah gue jadi terus berusaha mengembangkan diri dan mencari sesuatu yang baik, yang bisa gue berikan.
Konsen gue sekarang adalah kebermanfaatan dan kesehatan mental. Sudah sejak beberapa tahun belakangan gue mulai mengambil langkah senyap akan hal yang tidak penting bagi diri, sekalipun bersosial media.
0 notes
itsagreyalien · 8 months
Text
R-R
6 September 2023 akan menjadi hari yang aku kenang, karna hari itu aku sungguh sangat senang. Satu minggu yang lalu aku memberanikan diri untuk membalas story, kala dirinya jatuh sakit, aku berkata agar lekas sembuh, aku pikir dia seperti yang lainnya, tidak akan membalas karna aku bukan siapa-siapa.
Namun notifikasi pesan masuk ke ponselku, dia berkata terima kasih, aku senang tak kepalang, merasa menjadi seseorang yang baru menang undian, tak ku balas pesan manisnya, namun aku betul-betul mendoakan dirinya.
tanggal 5 malam dirinya mengunggah video, ketika ia mengisi suatu acara, aku membalas lagi berkata "tidak pernah sesenang ini pula untuk menonton konser yang meriah!" tanpa ada niat dan harap dirinya akan membalas, namun beberapa jam kemudian ponselku menyala, dirinya membalas "seru sekali ya semalam!" tentu kali ini aku membalasnya lagi dan berkata bahwa tidak pernah ada yang lebih meriah daripada malam itu.
Ia tak membaca balasanku, tak apa karna aku juga tak berharap begitu, namun dihari ini, satu hari setelah mengirim balasan tersebut aku melihat dirinya sudah membaca balasanku, ia tak membalas apapun itu, namun yang aku temukan adalah permintaan pertemanan disosial media.
jika kelak dirimu kecewa dan memutuskan untuk tidak lagi berteman denganku disosial media, tidak apa! tapi akan ku ceritakan disini agar kelak nanti aku bisa membacanya kembali dan merasakan eforia malam ini.
0 notes
second-of-hers · 8 months
Text
her new chapter
7 November 1998, pukul 00.30 WIB. saat itu terdengar tangisan bayi dari ruang NICU, dengan nama yang terpampang di papan: Tiara Prameswari. tak pernah tepikirkan bahwa nasib bayi yang lahir dengan berat badan 3,5kg itu berujung sangat menyedihkan. hidup luntang-lantung baginya sudah biasa. dirinya di umur 6 tahun pasti tidak akan kaget kalau pada akhirnya dia yang dewasa akan meninggalkan masa kelamnya dan membuka lembaran baru di kota baru, Surabaya. saat mengetahui bahwa dirinya sudah bisa membuat KTP dan KK sendiri, Tiara, atau yang saat itu memutuskan untuk mengubah namanya menjadi Giastara Ivy, merasa dirinya seperti terlahir kembali. Ia sudah siap sejak lama untuk membuang hidupnya yang buruk dan kacau itu. bahkan tidak terhitung seberapa sering dirinya membenci nama pemberian orang tuanya itu sendiri. 'jelek', katanya. padahal banyak orang memuji namanya yang cantik, indah, dan seakan memang nama itu ada hanya untuknya.
pindah ke Surabaya awalnya memang sulit untuknya, apalagi perubahan bahasa Jawa yang cukup jauh dengan tempat Ia dilahirkan dulu membuatnya sedikit sulit berkomunikasi dengan tetangganya. iya, saat itu Ivy sudah cukup mampu mengontrak di rumah yang cukup padat penduduknya, dikarenakan saat itu Ia tidak kebagian kos-kosan di dekat kampusnya. tak jarang ketika Ivy keluar rumah, Ia mendapati tetangga sekitarnya berkumpul dan mulai bergosip tentangnya ketika Ia melewati mereka. rumah kontrakannya pun juga bisa dibilang telah menjadi basecamp bagi teman-teman kuliahnya. Ivy sendiri tidak masalah, malah berterima kasih karena mereka membawa tawa dan canda yang tidak pernah ada ketika Ia sedang sendirian di rumah itu. namun, mulut tetangga tetaplah mulut tetangga.
masa kontrakannya disana habis bertepatan dengan hari dimana Ia wisuda. karenanya, sehari setelahnya Ivy berpamitan kepada sang empunya rumah dan memutuskan untuk pindah dan tinggal di apartemen tengah kota. lebih baik, baginya. karena spacenya yang tidak terlalu besar namun nyaman ditinggali. oh, kalau ditanya darimana Ia mendapatkan uang untuk membeli apartemen ini, semua hasil dari mencari 'uang ceperan' selama Ia kuliah. mengantongi hasil mengerjakan joki dari klien-kliennya sangat cukup, bahkan masih ada kembalinya untuk membeli unit apartemen miliknya ini.
saat ini, hidupnya sudah jauh lebih baik dan stabil dibandingkan dulu. dia merasa, dewi fortuna hidup dengannya setelah Ia mengganti namanya. bahkan lingkungan kerjanya pun dikelilingi oleh orang-orang baik dan menyenangkan.
══════════════════
halo, dengan cherry (🍒) disini! kedepannya aku akan memakai emoji cherry ketika berbicara sebagai penulis cherry, dan ':' ketika sedang berbincang di luar karakter. Giastara Ivy adalah karakter yang aku buat murni dari kepala penulis sendiri. apabila ada kesamaan nama dan karakter mohon dimaafkan. Giastara Ivy sendiri tercipta menggunakan rupa dari Seo Soojin. aku membuka segala permintaan pertemanan, dan jalinan relasi dengan Ivy. silahkan ketuk DM-nya saja ya untuk berbincang! terima kasih.
0 notes
pergimelaut · 3 months
Text
Apakah Kamu Baik-Baik Saja?
Malam ini, seorang kawan baik menghubungi saya, dan menanyakan apakah saya baik-baik saja. Ia mengatakan dalam pesannya bahwa saya akhir-akhir ini "menghilang"---dari Instagram, terutama. Ya, saya juga menghilang dari Twitter sih, tapi itu sudah sejak dulu sekali. Artinya, bekas-bekas jejak kaki yang bisa terpantau dari profil online saya tuh, ya, hanya Instagram saja. Ia mengirimi pesan itu kepada saya melalui WhatsApp.
Setelah saya menerima pesannya, saya jadi sadar bahwa saya jarang berbagi padanya ... sementara itu, dalam obrolan-obrolan terakhir kami, ia banyak cerita tentang hari-harinya, pekerjaan yang ia lakukan, atau pertemanan yang ia jalin. Padahal, bukan maksud saya menyembunyikan kisah saya darinya. Saya lalu berbagi dengan pesan yang panjaaang sekali, sampai kalau di WhatsApp itu ada tanda "Read more" untuk membaca hingga akhir. Pesannya saya tutup dengan permintaan maaf dan akan berbagi di kemudian hari.
Secara singkat, jawaban dari pesan saya adalah: saya baik-baik saja.
Versi panjangnya ... saya lagi banyak bersyukur. Ada banyak hal yang ingin saya syukuri. Pertama, soal politik. Saya lagi menghindari obrolan soal politik, terutama karena saya sudah menentukan pilihan paslon untuk dipilih, hehe. Pertimbangan ini sudah saya pilih dengan matang dan pembelajaran yang mendalam, jadi saya nggak ingin diganggu dengan tweet atau post yang provokatif dan cari-cari masalah. Itu menguras energi saya karena bikin saya ikut kesal. Maka, saya kabur dari konten berbau politik. Saya sadar saya perlu mensyukuri ini, dan mengakui privilege saya akan betapa mewahnya hal itu, bagi banyak orang yang tidak bisa serta-merta lepas/berjarak darinya.
Kedua, soal waktu luang & pekerjaan. Pekerjaan saya sedang nggak menuntut energi banyak untuk sekarang, terutama di bulan Januari ini. Ini membuat saya bisa mengalokasikan energi di waktu luang saya, seperti jalan-jalan, makan bersama, jajan di kafe, menonton film, dan lainnya. Kaki saya, yang saya ceritakan di post sebelumnya, alhamdulillah sudah sembuh---saya sudah bisa beraktivitas seperti biasa dan mengenakan sepatu lagi. Saya juga sempat batuk & demam karena kehujanan, ini juga sudah sembuh. Makin lama saya makin bisa bercanda sama rekan kerja di kantor, ini lumayanlah ya. Interaksi di kantor pun juga jadi menyenangkan untuk dilalui.
Ketiga, soal perencanaan keuangan. Di bulan Januari ini, atasan saya di tempat kerja menasehati saya tentang pengelolaan keuangan yang perlu saya perbaiki dari cara saya mencatat uang masuk-keluar. Ini saya perbaiki di bulan Januari, dan walaupun bulan Januari belum berakhir, tapi nasehatnya berdampak baik bagi pengeluaran saya yang lebih minim daripada sebelumnya. Ada nasehatnya yang nggak saya ikuti karena saya lebih cocok pakai cara saya yang lama, tapi untuk poin-poin yang bagus bagi saya, akan saya pertahankan untuk bulan berikutnya. Mencatat keuangan itu bikin perasaan saya baik, apalagi mengingat bahwa ini jadi poin perbaikan yang besar banget lompatannya bagi diri saya pribadi.
Keempat, tentang seseorang yang saya sayangi. Saya bingung ceritanya mulai dari mana saking banyaknya yang nggak terceritakan, tapi pada intinya---yang selalu saya ulang terus & nggak bosan mengatakannya---saya bersyukur ia di sini. Kami banyak mengunjungi tempat baru, mencoba aktivitas baru, membicarakan topik-topik baru, dan jadi lebih sering menghabiskan waktu bersama. Kehadirannya selalu saya sebut dalam ungkapan syukur saya. Terima kasih. Semoga kami bertahan lama, sungguh.
Kelima, soal novel saya yang saya mulai November lalu. Sekarang masih periode waktu NaNoFinMo, dan menyambut Februari pun NaNoFinMo akan terus berlanjut. Dalam setiap ilmu yang saya dapatkan, saya selalu punya suatu hal yang perlu ditambah dalam novel saya. Ini bikin seneng banget, karena saya jadi nggak sabar untuk benar-benar merampungkannya. Salah satunya: tempat tinggal Ayudisa semakin jelas titik koordinatnya, ternyata dia warga Gunung Kidul! XD
Sebetulnya, ada banyak hal lainnya yang saya syukuri. Kucing-kucing dan keluarga saya sehat, ada banyak film bagus untuk bisa ditonton pada jam istirahat kantor, ada kalanya saya dapat sponsor makan siang, dan lainnya. Alasan-alasan itu berkelindan mengisi kadar kebahagiaan dalam diri saya, dan itulah kenapa saya dapat menjawab, alhamdulillah, saya baik-baik saja. Semoga hari esok berjalan dengan baik.
1 note · View note