Tumgik
#tadabbur
edgarhamas · 7 months
Text
Emang Boleh Sepeka Itu?
(Tadabbur Surat At Taubah 40)
@edgarhamas
Salah satu momen yang barangkali akan meruntuhkan 'sok kuatnya' kita, adalah ketika seseorang tanpa ada angin dan badai tiba-tiba bertanya, "kamu lagi nggak baik-baik aja ya?"
Kita seperti dibaca olehnya, tepat di halaman terpenting; saat orang-orang sama sekali tak peduli.
Ketika yang lain membaca kita sebagai orang kuat dan tangguh, selalu tersenyum dan teguh padahal di dalamnya terseok-seok; lalu kita terbaca bahwa kita tak baik-baik saja.
Saya pun pernah akhirnya menangis sesenggukan karena pertanyaan sederhana itu, "kamu ga baik-baik aja ya?"
Seseorang yang mampu membaca kita, biasanya ia pun pernah melalui badai hidup yang sama, cobaan yang sama bahkan lebih berat.
Maka ia melihat cukup dari menunduk lesunya kita, atau dari helaan napas yang berat sambil duduk terkulai di kursi. Dari mata sayu yang kurang tidur itu.
Dan kau tahu? Ada kisah manusia paling tajam kepekaannya pada seseorang terabadikan dalam Al Qur'an. Di saat harus melakukan misi berat antara hidup dan mati, dikejar oleh pembunuh dengan janji upah sangat tinggi.
Kalimat itu terucap di gelap gua nan sempit, "jangan bersedih..."
Ialah baginda Rasulullah. Gua Tsur nan sempit dan gelap itu beliau jadikan tempat bersembunyi bersama sahabatnya, Abu Bakr.
Padahal beliau sendiri sedang terancam, tegang dalam kejaran musuh. Tapi beliau tenangkan Abu Bakr, "Jangan engkau bersedih, sungguh Allah bersama kita.” (QS At Taubah 40)
Bagaimana rasanya menjadi Abu Bakr dalam situasi itu?
Bisa saja Rasul tak berkata apa-apa, tak melakukan dan menasihati apa-apa. Tapi, Rasul tenangkan sahabatnya; karena Rasul peduli. Beliau peduli pada keadaan orang lain bahkan di saat paling berat. Shalallahu alaihi wasallam.
Jika bertemu orang yang mampu membaca bahwa dirimu sedang tak baik-baik saja saat yang lain tak peduli, pasti kau akan mengenangnya dalam memori teristimewa.
Dan, begitulah Abu Bakr menjadi perisai dan pembela Rasul paling perkasa. Karena Rasul peduli pada sahabat-sahabatnya.
"Kala itu Rasul sedang berhadapan pada tugas besar bernama hijrah yang dirongrong kaum musyrikin" kata Syaikh Abdullah Balqasim, "tapi, beliau tidak lupa untuk menghibur sahabatnya yang bersedih. Maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak peduli pada sahabat kita."
masyaAllah!
Aku tahu kita seringkali tak baik-baik saja. Kamu bisa saja tak peduli, bisa saja tak pakai hati, karena kamu sendiri sudah remuk redam.
Tapi percayalah, salah satu hal yang kau butuhkan untuk mengobati kusamnya hidup itu adalah peduli. Dunia sudah kejam, kita jangan ikut-ikutan.
572 notes · View notes
suhyla · 1 month
Text
At the height of his calamity, after losing two more sons upon the already painful loss of Yusuf, Yaqoub makes a conscious decision to exercise patience. Not just any patience, but beautiful patience. A patience that made him expect only the best from Allah. A patience that made him say, perhaps such a painful calamity is happening so that Allah can reunite me with all my sons. Perhaps behind this tragedy is what I have longed for all these years. Perhaps this is the beginning of my relief. Allah is the Most Knowing, the Wise. This cannot be happening without a purpose.
It does not befit a servant of Allah to know the vastness of His mercy and assume that anything other than tremendous good awaits in the most seemingly tragic moments. Allah does everything for a reason. But we need to practice beautiful patience. We need to assume only the best of Allah because whoever knows Allah knows that He is the Most Merciful. So surely, every pain will be followed with great relief. Every sadness only exists because an even greater happiness will come out of it. Everything we go through is to prepare us for the good that will inevitably come. It is part of the process. When you know Allah, you hear patience knowing that what is to come out of your calamity is greater than anything you could dream of.
Yaqoub was so sure of Allah’s mercy that he not only expected only good from Allah, but he told his sons to go look for Yusuf, whom he lost decades ago. The sons were focused on the brothers they just lost. Imagine their incredulity when Yaqoub tells them to look for Yusuf and his brothers. Not just the brothers in Egypt. They did not take him seriously.
But what followed Yaqoub’s great expectations of Allah and his certainty in Allah’s mercy? Allah soon gave him glad tidings of Yusuf not only being alive and a Prophet, but becoming the Aziz of Egypt. His son, who was overpowered by his brothers, has been given power over a kingdom by Allah. His son whom he lost in the most heart-wrenching way was under Allah’s care and achieved even more than he would have had he remained in his father’s arms. Every little detail was accounted for. Every harm was followed by an even greater reward. Every pain was followed by an even greater happiness. The generosity of Allah was manifest. Allah gave Yaqoub more than he expected of Him.
instagram
57 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
“Kemudian, apa alasamu untuk menikahi anak putriku Nak?”
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu.
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena.
Aku menegakkan punggungku, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
Disituasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada disituasi itu? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul? Sepertinya banyak hal didalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya.
Aku berhenti sejenak, menghidup nafas cukup dalam dan melepaskannya dengan perlahan. Pikiranku menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu. Aku menyelam kedalam diriku dengan serius, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Ayah.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi
Jadi maksud saya seperti ini, Ayah. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada isteri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu dikantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang salihah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat.
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu shalat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajjudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur diatas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan.
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan salihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasanku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat di kelas tentang teori psikologi ketika S1 ada gunanya juga hari ini.
173 notes · View notes
notetaeker · 22 days
Text
Yesterday after fasting I felt really horrible/sick so I'm not fasting today and I started my morning today very depressed and heartbroken that my body wasn't taking it well. I decided to go thru the the fasting ayahs from surah baqara (You know the 'fasting has been prescribed for you as it has been prescribed for those before yaou so that you may attain taqwa etc) because that's where Allah says you don't need to fast if you're sick.
And subhanallah right after that part, the next sentence is literally 'Allah wants ease for you, Allah doesn't want you to be in difficulty' and it literally brought tears to my eyes. Truly Allah really knows what's in our hearts, and that not being able to fast would make us (me) feel so incredibly sad and like a failure and needlessly guilty. And because Allah knows how we think he reminded us immediately that going thru the fast even though it's difficult because of sickness is not what he wants from us. I feel so seen and comforted. Crazy how I have read this ayah for years since I was a kid and it really hit for me today.
20 notes · View notes
petrichorsff · 23 days
Text
Obat overthinking
manusia, mungkin tak pernah asing dan jauh dari rasa kekhawatiran tinggi, juga overthinking yg bisa dibilang jadi makanan sehari². seolah² hidup di penuhi dengan ketidaktenangan, takut berlebihan, dan rasa kalut tak karuan. sampai brusaha cari solusi sana sini tapi yang ada mungkin masih belum bisa pulih diobati.
teringat sebuah kisah, dan mari belajar dari kisah tersebut, kisah nabi yang namanya disebut paling banyak dalam Al-Quran. iya, nabi Musa. ketika ia dihadapkan dengan musuhnya firaun, pemimpin Mesir di kala itu yang masyhur dengan kecongkakannya, tidak adil, kufur, dan amat kejam kala itu, nabi Musa dan kaumnya memutuskan untuk meninggalkan Mesir, kemudian mengetahui akan pergerakan kaum nabi Musa tersebut, firaun beserta kaumnya mengejar dan pada keesokan paginya, akhirnya firaun berhasil melihat kaum nabi Musa begitupula sebaliknya. spontan pengikut nabi Musa panik, mereka mengira bahwa rombongan firaun akan berhasil menangkap mereka, terlebih ketika pergerakan mereka harus terhenti karena Laut Merah tepat di hadapan. disaat genting dan mencekam, segala hal mampu membuat orang takut berlebih bahkan mungkin nyaris putus asa. namun indahnya, kisah nabi Musa yang dengan tenang dan penuh keyakinan menjawab keresahan kaumnya
قال كلا إن معي ربي سيهدين :
“sekali kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Allaah bersamaku dan Ia akan memberiku petunjuk"
seketika ketenangan hadir dan keyakinan kembali mengisi hati mereka, kemudian Allaah beri wahyu kepadanya untuk mengetukkan tongkatnya, dan terbelah lah laut Merah itu. kemudian Allah selamatkan nabi Musa beserta kaumnya dan Allaah tenggelamkan firaun dan para pengikutnya.
begitulah ketika Allaah berkehendak, ketika manusia mampu menaruh harapannya yang begitu tinggi, hati yang begitu tenang dan keyakinan yang begitu kuat akan pertolongan Allaah, maka mudah bagi Allaah untuk mengubah semua apa yang tak bisa dicapai logika dan akal manusia. maka jangan pernah tanya bagaimana caranya Allaah akan bantu kita, sebab itu kendali yang Kuasa, tapi bagaimana kita menaruh penuh harapan, keyakinan, bahwa Allaah tak pernah lengah atas hambaNya.
alaa inna nashrallaahi qarib.
📍030424
14 notes · View notes
aksarahumaira · 1 month
Text
Belum Pernah Kecewa dalam Berdoa kepadaMu
Ramadhan Day 8
Tumblr media
17 notes · View notes
diksi-faa · 1 month
Text
Butuh Kekuatan
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (Al-Fatihah:5)
Semakin dewasa, jiwa dan ruh kita semakin rapuh jua lemah jika tak ada kekuatan dan keyakinan spiritual yang meyakinkannya untuk terus kuat. Doa lah yang berperan sebagai media utama menjadi sebuah pegangan agar manusia tetap kuat. Karena doa adalah salah satu cara bagaimana bisa kita berkomunikasi dengan Rabb. Jika kita berdoa dengan yakin, naluri jiwa kita akan menjadi kuat tanpa kita sadari.
Kenapa harus kuat ? Karena ternyata semakin bertambah angka di usia kita, akan mempengaruhi kualitas dan level hidup yang dihadapi sehingga butuh kuat.
Berbicara bertambah usia, tradisi manusia juga tak lain tak bukan adalah mendoakan. Sungguh doa adalah hal paling romantis yang pernah ada. Orang-orang sekitar menuturkan berbagai doa baik kepada kita, pun kita mengaminkan segalanya. Dan benar-benar meminta Allah untuk mengijabah semua doa-doa dari orang baik itu.
Memasuki angka 23. Perlahan aku merangkum, mengutip, tiap untaian doa-doa manis sebagai perayaan manis yang dihaturkan kepadaku pada hari lahirku. Terima kasih. Hanya Allah yang dapat membalas semua kebaikanmu✨
Doa-doa ku masih sama dengan doa-doa tahun lalu, syukur atas nikmat hidup dan segalanya pada Rabbku, doa untuk orang tuaku tercinta, keluargaku, sahabat dan teman. Dan doaku untuk diriku sendiri, semoga mendewasa lebih baik lagi.
Namun aku menyadari satu hal. Semakin bertambahnya angka, semakin haru dan mengutamakan syukur syukur dan syukur. Mensyukuri apa yang ada, dan mencintai setiap yang ada. Bukan mencari yang tidak ada dan menjadi kecewa. Pun harus lebih banyak menyemai prasangka-prasangka baik terhadap setiap titik perjuangan yang dilalui.
Reminder untuk diriku
Mendewasa itu keharusan. Dan fase ini akan selalu menjadi pelajaran. Jangan lupa meminta petunjuk dan menghamba menjadi sebaik-baik hamba pada Rabbul'alamiin, agar mendapat petujuk jalan yang lurus.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus" (Al-fatihah:6)
Terima kasih narablog menjadi perayaan manis untuk hari lahirku kali ini. Tak perlu mencari yang kurang, dgn semua yang ada aku bahagia
~Faa
#tautannarablog6 #edisikaget #day13
8 notes · View notes
lightup0nlight · 4 months
Text
Tumblr media
I want to share a beneficial tadabbur that our teacher taught us. Allah subhanahu wa ta'ala says:
🌺 ❛Verily, he (i.e. shaytan) has no power over those who believe, and put their trust only in their Rabb. His (shaytan’s) power is only over those who obey and follow him, and those who join partners with Him (Allah).❜ 【Surah an-Nahl 16:99-100】
In these aayat, Allah says that shaytan actually has zero power over us, and that the only people he has control of are those who obey and follow his ways.
Meaning, his tricks are weak. Shaytan cannot force us to do an evil act, he can only whisper suggestions (waswas) to us. Allah says in another aayah:
🌺 ❛And shaytan will say when the matter has been decided: Verily, Allah promised you a promise of truth. And I too promised you, but I betrayed you. I had no authority over you except that I called you, so you responded to me. So blame me not, but blame yourselves…❜ 【Surah Ibrahim 14:22】
So how can someone be under the influence of shaytan, when his plots and tricks are themselves weak to begin with?
Because those who let themselves be overpowered by the weak tricks of shaytan have actually allowed themselves to be even weaker than that. Subhana Allah. How the heart stirred hearing those words.
So I remind myself and then others: — we are not strong when we are rebellious to our parents, — we are not strong when we are being a nuisance to our community, — we are not strong nor cool when we curse or use a bad language, — we are not strong when we look down and feel superior over others.
Because, while we may look strong, we’re actually very weak for falling into the deceptive ploys of shaytan. So do not allow shaytan to dictate what “strength” is.
May Allah forgive us. We seek refuge with Allah from the accursed shaytan.
Your sister in Deen, Aida Msr ©
11 notes · View notes
mashriqiyyah · 7 months
Text
Tumblr media
Whenever your life goes a bit out of balance or you are approaching a new major stage in your life, shut yourself from the world completely and spend some time alone reflecting and re-organizing your plans, goals, thoughts, and priorities, while seeking help from Allah.
This is a technique that Prophets, the companions, and scholars have done in the past extensively (called Khulwah خلوة), and is one of the techniques recommended in many self help books today. Try it!
--Dr. Waleed Hakeem
11 notes · View notes
hanannasyita · 2 months
Text
#14
Pernah tidak merasa berada di titik tersulit dalam hidup? Bingung dengan solusi dari permasalahan yang sedang terjadi, yang dirasakan hanya ingin menyerah dan menangis. Seolah menjadi jiwa yang paling berat beban hidupnya.
Memang begitu seorang manusia, hidupnya ada saja rasa takut yang menyelimuti, kekhawatiran menghantui terhadap masa depan atau untuk segala urusan yang memang belum tampak kejelasannya. Kemudian muncul perasaan sedih, saat yang diharapkan tdk berbuah menjadi nyata dan luka berhasil menyayat hati.
Padahal, sekarang ini kondisi mu tetap baik-baik saja bukan? Masih dengan mudah menghirup lega udara segar, menikmati lezatnya makanan yang terhidang, dan beraktifitas tanpa menyisakan rasa takut di tiap detik menitnya.
Dari satu titik permasalahan berat dlm hidup yang pernah hadir, ternyata masih begitu banyak ruang-ruang nikmat dariNya yang sering terabaikan oleh pendengaran, penglihatan dan juga hati kita. Seolah-olah semuanya padam dan gelap. Tidak menyisakan kesempatan untuk kita mengucap syukur atas kebaikanNya yang tidak pernah pamrih.
Dengan Rahman dan Rahimnya Allah, Ia jadikan bumi ini bukan hanya sebagai tempat ujian dan kesulitan. Namun tempat untuk kita tinggal dan hidup, yang segalanya telah terjaminkan dengan baik. Urusan rezeki finansial, keluarga, pasangan, pendidikan, anak dan keturunan. Tidak ada satupun yang luput dari pengaturan dan pengawasanNya.
Maka seharusnya, bahagianya seorang hamba itu saat tidak lagi mengenal takut dan sedih. Hatinya sepenuhnya percaya bahwa hidup yang sedang dijalani itu tidak pernah bergerak dengan sendirinya, tidak pula digantungkan pada seorang manusia. Hidup seorang manusia itu sudah terjamin siapa penolongNya saat masalah itu hadir. Pengatur takdir hidup yang mungkin saja belum terpikirkan oleh kita. Kemudian Ia melengkapi semua itu dengan kebaikan dan keindahannya yang telah terukur dengan sempurna.
Tapi ternyata, tidak semuanya hadir dengan dengan instan dan sesaat, Allah katakan dalam surat As-Sajdah ayat 4, penciptaan langit dan bumi itu menghabiskan waktu selama 6 masa. Bukan tanda ketidakmampuan Allah menjadikan semua itu "jadi maka jadilah." Melainkan pengajaran dariNya, bahwa segala sesuatu itu berproses termasuk hidup ini. Tumbuhkam sikap tenang, bijaksana dan tidak tergesa-gesa yang harus dibiasakan seorang manusia.
Tugas kita sebagai seorang hamba itu satu, penuhi hak-hak Allah dengan baik dan benar. Tanamkan perasaan yakin dalam diri, hingga nanti di setiap urusan hidup yang dilewati, sudah mudah bagi kita tunduk kepadaNya. Percaya dengan apapun takdir yang diberi atas kuasaNya dan mengembalikan semua itu kepad Allah tanpa prasangka buruk kpdNya.
27/02/2024
6 notes · View notes
edgarhamas · 1 month
Text
"Masa Ini Akan Berlalu..."
Edgar Hamas | @ceritaedgar
Pernah dengar kisah seorang raja yang memiliki cincin bertulis "masa ini akan berlalu?"
Ia kisah singkat, tentang seorang raja bijak yang selalu diingatkan dengan kalimat "masa ini akan berlalu" setiap kali ia mendengar sebuah laporan dari menteri-menterinya.
Ketika ada laporan tentang hal buruk dan itu sampai ke telinga sang raja, ia pun sempat gelisah dan khawatir berlebih. Namun ia melihat cincinnya dan membaca "masa ini akan berlalu."
Gelisahnya hilang. Ia tahu masa buruk tak akan selamanya. Maka ia fokus membenahi masalahnya.
Pun ketika ada kabar gembira yang membuat semua orang bersorak-sorai, sang raja pun kembali menoleh melihat cincinnya, "masa ini akan berlalu."
Tadinya ia senang berlebihan. Namun setelah diingatkan oleh tulisan itu, ia kembali tenang. Ia senang, namun tak terlena dan bereuforia.
Siklus, itu adalah kuncinya. Sang raja jadi bijak karena tahu masa buruk tak akan selamanya. Masa senang pun tak akan berlama-lama. Sebab ia mengerti bahwa hidup berputar.
"Masa ini akan berlalu", kini coba kau renungkan. Jika kau sedang sedih, ketahuilah ia tak akan selamanya.
Pun bagi siapapun yang berbuat zalim. Kau mengira mereka akan di atas selamanya? Mengira bahwa mereka tak terkalahkan?
"Masa ini akan berlalu", yang zalim akan hilang. Yang di bawah akan naik. Yang tenggelam akan timbul. Yang dizalimi akan menang.
Termasuk di Gaza, Palestina.
Semua ada masanya. Semua ada waktunya. Yang sedang naik daun akan ada saatnya hilang. Yang terkenal akan redup. Yang berkuasa akan usai.
Semua yang di bumi itu fana. Akan usai. "...tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal..." (Ar Rahman 27)
234 notes · View notes
suhyla · 1 month
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
It is your actions that make you who you are, and every action is recorded based on your intention. When you see the excellent manner with which Yusuf carried himself despite all the pain he faced at the hands at those closest to him, you appreciate how valuable it is to know that you are dealing with Allah when you deal with His creation. You do good for the sake of Allah, regardless of how others may perceive it, spin it, interpret it, deny it, etc. Regardless of how they respond to it. Regardless of whether no one sees or appreciates it all except Allah.
You purify your heart of any evil, even if others do not do the same for you. You learn to restrain your tongue, knowing that not everything needs responding to. You learn the value of silence. You learn the strength it takes to smile to those who hurt you and respond to any harm with good, because it isn’t easy. It isn’t easy unless you choose to do it for the sake of Allah.
Yusuf loved his brothers for the sake of Allah. Not for any other reason. If the strength of their bond was dependent on their relationship as brothers, then clearly that was not enough to spare him from their evil. Yusuf’s own kindness and character was also not enough to earn their love. Treating others well when they treat you well means your brotherhood is beneficial to the extent that you gain from it.
But when you love and interact with others for the sake of Allah, you learn to more easily overlook things. You learn to carry yourself with elegance and character. You learn to value your relationship with Allah enough to choose to only act with good. Even in the face of pain and harm. Because at the end of the day, Allah will reward you for all that you choose to forgive for His sake. For every time you restrained yourself for His sake. For every time you decided to share your pain with Him so it did not become the source of anyone else’s pain.
The Quran is full of stories and every detail has layers upon layers of meaning. It’s so beautiful reflecting over the details Allah chooses to include, the way these details are described, and the way they appear in certain surahs vs others. May we always reflect over the Quran 🤍
11 notes · View notes
khoridohidayat · 1 year
Text
Singgah atau Menetap
Banyak orang datang dan pergi. Beberapa bisa masuk ke kehidupanku. Tetapi lebih banyak yang hanya singgah, kemudian kembali ke rutinitas mereka masing-masing. Aku tak mempermasalahkan itu, barangkali aku juga pernah menjadi tamu yang kurang sopan di kehidupan orang lain. Maafkan, jika aku pernah seperti itu.
Tapi aku bersyukur bisa menjalani hidup ini dan bertemu dengan kalian. Dan kabar bahagianya, aku tak mempermasalahkan engkau akan tetap berada di hidupku atau tidak. Karena aku juga tak menggantungkan kebahagiaan kepadamu. Aku, hanya menautkan cinta kepada diriku sendiri.
Selamat berteman denganku, semoga kamu mendapatkan kebaikan dariku.
31 notes · View notes
nakindonesia · 29 days
Text
[MFA2024] Bukan Saat Ini, Tapi Kemudian - Tria Pratiwi
“Mohon izin bapak, kami berangkat!” Sepenggal pesan WhatsApp yang saya kirimkan kepada bapak ketika saya melakukan perjalanan ke luar Pulau Jawa. Semenit kemudian bapak memberikan balasan “Semoga lancar, penuh berkah dan membawa hikmah, ilmu, dan pengalaman yang bermanfaat”. Syahdu sekali pesan yang bapak sampaikan. Doa-doa kebaikan yang membuat hati terenyuh dan kata amin menjadi lebih dalam…
Tumblr media
View On WordPress
3 notes · View notes
banqueet · 10 months
Text
Tali yang Paling Kuat
Sesungguhnya yang membuat kita kecewa adalah harapan kita sendiri. Pada manusia -orang tua, pasangan, anak, teman- juga mungkin pada sekolah, pekerjaan, harta, jabatan, dll yang seringkali tidak sesuai harapan kita. Di saat kita merasa hidup ini begitu menyakitkan, hingga rasanya seperti di ujung jurang, tanpa arah, tanpa hasrat menjalaninya, di saat terjatuh itulah kita memerlukan pegangan. Pegangan yang paling kuat dan tidak akan pernah putus, tempat bergantung satu-satunya, adalah Allah. Selama kita beriman kepada Allah, kita tahu di mana kekuatan tangan kita berpegang, Insya Allah meski dalam gelap dan sunyi sekalipun, kita akan menemukan cahaya..
QS. Al Baqarah: 256-257
".....barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah maka sungguh ia telah berpegang pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Allah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya....."
8 notes · View notes
aksarahumaira · 1 month
Text
Beban Kita Saat Ini
Ramadhan Day 6
Tumblr media
14 notes · View notes