Tumgik
#30harimenulissuratcinta
ruang-bising · 10 months
Text
Tumblr media Tumblr media
"Seutuhnya, Seluruhnya."
Aku adalah orang asing yang tidak sengaja datang ke ceritamu, dalam sub-bab datang dan pergi mungkin.
Oleh karena itu, dengan peranku yang cukup singkat ini, aku ingin melakukan hal-hal sederhana yang dapat mendatangkan kebaikan untukmu.
Aku adalah orang asing, sebutlah aku pujangga bising. Berkelana kesana-kemari, demi mendapat validasi dari kepala sendiri. beruntungnya kamu dicintai seorang pujangga, kata mereka. "Sebab bersama atau tidak nantinya kedepan, kau akan terus hidup di dalam aksaranya."
tadinya, kupikir, berteman dengan kesendirian adalah hal yang menyenangkan. Aku takut ketika sosok itu datang. lebih tepatnya aku terlalu fokus mencari yang tepat. Padahal, mungkin, bisa saja yang tepat hanyalah tokoh fiksi di novel maupun film.
Diantara pengelanaan yang melelahkan, kutemukan keberanian diriku yang dulu, aku mengakuinya lagi. Setelah takdir memainkan peran antagonisnya, merenggut semua hal tentangmu. Belakangan, baru kusadari, ternyata semua kembali di waktu yang tepat. Dan waktu yang tepat adalah kumpulan dari pilihan dan takdir yang bersamaan. Tidak seratus persen kerja alam. Dan aku merasa kalau aku mencintai orang baik sepertimu.
Kamu adalah sosok yang mengantarkanku kepada banyak kebaikan. Mungkin itulah alasanku tetap mencintaimu. aku dibuat sadar olehmu kalau mencintai adalah proses yang amat panjang dan melelahkan, tapi ketika kita mencintai dengan benar, kita bisa menemukan diri kita sendiri, sebab itulah aku menjadi lebih mencintai diri sendiri.
Kamu juga sosok yang membuatku bangga sekaligus insecure dengan diri sendiri. Apa aku cukup baik? Apa aku pantas? Apakah Aku tidak membebanimu? Apa aku sosok yang mudah dicintai olehmu? Apa fungsiku di hidupmu? Dan banyak pertanyaan lain yang justru pada ujungnya adalah usahaku menjadi sosok yang lebih baik. Terlalu banyak hal yang membuatmu spesial, dan pantas untuk aku cintai.
jika kamu bertanya "lebih memilih dicintai atau mencintai?" Jelas aku akan memilih 'mencintai', mencintai segala hal tentangmu, mencintai tingkah lucumu. mencintai caramu hidup. mencintai selera makanmu yang aneh. mencintai caramu menggunakan tissue. mencintai caramu berpikir kritis. mencintai hidung mancungmu. dan mencintai semua hal yang takkan habis jika kutuliskan. Meskipun aku bisa saja memaksa diriku menulis tentangmu, sampai kelak salah satu patah antara hati dan jari.
Kelak, jika nanti ada waktu, marilah kita duduk di selasar panjang toko buku terbesar di kota kita. Akan kugunakan waktuku yang sedikit ini untuk mencintaimu satu-satunya, kucintai kamu dengan segala dan segilanya. Aku ingin melihatmu sehat dan baik-baik saja sembari memanggil namamu yang indah itu.
Kelak, jika nanti ada waktu, akan kugunakan peranku yang sebentar ini untuk menyayangimu satu-satunya. Aku akan membawamu ke tempat-tempat indah yang kuketahui, aku akan bercerita untukmu; tentang mengapa senja hanya sebentar, tentang mengapa hujan tidak merata di kota kita, tentang janji-janji politikus negeri para bedebah, atau tentang rahasia Tuhan yang kupelajari.
Kelak, jikapun pada akhirnya ternyata waktuku sedikit saja, izinkan aku melihatmu sekali lagi. Memeluk dan menatap matamu sepanjang hari. izinkan aku mengambil lebih banyak gambarmu. izinkan aku melihatmu dengan rasa yang sama utuhnya sesaat setelah kuputuskan akan mencintaimu pertama kali, saat aku menyadari dan mensyukuri keberadaanmu di bumi ini. Sebab karena itulah kau akan hidup lebih lama dalam ingatanku di waktuku yang sebentar ini.
Izinkan aku mencintaimu,
sebentar,
sedikit,
seremeh, dunia.
Seutuh-utuhnya.
61 notes · View notes
dioramadilla · 1 year
Text
SETELAH BANYAK MENERIMA.
Sudah
Sudahi semua bicara
Kuingin segera berdua
Dan pagi menjelang melahirkan mentari
Pagi dan sudah
Sudahi semua prasangka
Dunia berputarlah saja
Rekam peristiwa yang takkan terulangi
Pagi dan sudah
Sudahi malam yang duka
Dunia kau kan baik saja
Hujan akan tiba melahirkan pelangi
Belajar memahami masa depan
Tak kah yang disimpan akan tenang
Melahirkan semua nada indah
Mencoba menjadi bahagiamu sendiri
Sudah
lupakan semua derita
Doa semesta mencairkan
Luka akan hilang perlahan terobati
Belajar memahami masa depan
Tak kah yang disimpan akan tenang
Melahirkan semua nada indah
Mencoba menjadi bahagiamu sendiri
(Lirik Sudah oleh Ardhito Pramono)
Rasanya ucapan terima kasih tidaklah cukup untuk diucapkan.
Terima kasih kepada Allah Swt.
Terima kasih kepada Bapak Ibu.
Terima kasih kepada sahabat terbaik saya. Kepada Nisa yang jauh di Kudus, kepada Kak Dani yang jauh sekali di Makassar. Kepada teman-teman lain, Jazakumulloh.
Terima kasih kepada orang-orang baik di pengabdian. Ini terlalu cringe, tapi saya belajar banyak di sini. Kemampuan agama saya terlalu zero rasanya ketika di hadapan kalian. Terima kasih sudah mengajari. Akan ada satu tulisan untuk mengenang pengabdian ini, Insya Allah.
Terima kasih kepada guru-guru saya. Barangkali saya usahakan mengingat bapak-ibu dengan gaya 'rusuh' ala saya. Bapak-ibu pasti sudah tidak kaget, bukan? Semoga balasan baik selalu Allah berikan.
Terima kasih kepada seseorang yang undur diri dengan baik-baik. Kebaikan anda banyak sekali, semoga kesehatan melimpahi.
Terima kasih kepada seseorang yang sabar menerima, menunggu balasan yang kadang ogah-ogahan dikirimkan. Selain doa, saya berharap akan lebih banyak memberi segala hal baik.
Terima kasih kepada teman belajar saya. Teman diskusi yang tak jarang menjadi teman berdebat.
Terima kasih kepada musisi favorit saya, Tulus. Januari-Mei tahun lalu, album Manusia adalah bunyi yang saya dengar hampir saban hari.
Terima kasih kepada seluruh orang baik yang saya temui di tahun lalu.
Terima kasih juga kepada diri sendiri. Sudah menjadi teman berjuang yang baik. Sudah kuat diajak mukbang makanan pedas meski berakhir bolak-balik kamar mandi. Terima kasih masih berkenan diajak menghafal banyak hal.
Bismillah. Tahun ini resolusinya singkat. Semoga semakin kuat ibadah, berkah, bahagia dan rejeki mudah.
2 notes · View notes
taradupont · 1 year
Text
rama, aku sudah nggak ngambekan lagi. aku gapernah membiarkan orang menunggu kabarku.
Aku berharap, jika waktu bisa kuulang, akan kuperlakukan kau sebaik mungkin.
rama, aku tak lagi visioner, idealis, dan menuntut sempurna kisah kasihku. aku bahkan kini belajar untuk gapapa jika kisah yang kujalani tak berakhir di ikatan penuh keseriusan itu.
Aku berharap, jika waktu itu bisa kuulang, akan kuperlakukan kau, sebaik mungkin. Tak menuntutmu (meski tersirat) agar terus berproses dan belajar jadi orang yang lebih baik. untukmu, untukku, atau untuk jadi ayah yang baik bagi anak-anakmu kelak.
rama, aku sekarang lebih banyak mengalah. seperti lagu bleeding love milik jesse mccartney, aku tak pernah begitu perduli pendapat orang, aku memilih untuk percaya dengan kisah yang kupunya, sekalipun untuk percaya, aku harus terluka.
Aku berharap, jika waktu bisa kuulang, aku bakal banyak mengalah untukmu. Tak akan kubiarkan kau meminta maaf berulang, menyapaku lewat cerita sehari-harimu sekalipun tak pernah kubalas.
rama, aku masih jadi orang yang suka menangis ketika dibentak, tapi aku tak lagi membebankan kesedihanku pada orang lain. aku cuma perlu bercerita sebagai informasi, agar siapapun memahami, dan bukan berarti lukaku menjadi tanggung jawabnya. sebab benar katamu, "lukamu, tanggung jawabmu sendiri".
Jika waktu bisa kuulang, akan kutarik kalimatku bahwa kau sama saja seperti mereka yang membuatku menanggung kesedihan sejak kecil.
rama, jatuh cinta sebenarnya hanya untuk orang-orang yang selesai dengan dirinya. kita dulu begitu muda. mungkin juga dulu salahku, yang masih terluka, tapi sudah berani jatuh cinta. sehingga bahagiaku selalu kusandarkan pada keberadaanmu. aku sekarang ga gitu kok. semoga kelak, kita dibersamakan dengan dia yang juga sudah selesai dengan dirinya ya.
jika waktu bisa kuulang, akan kuperlakukan kau sebaik mungkin. maafkan aku yang dlu ckup sering membuatmu kewalahan, susah menurut, ketika kau meminta izin untuk pergi.
oiya, aku di sini sungguh baik-baik saja. masih suka sakit perut, padahal makanku cukup sering dan tidak telat. aneh ya? kamu di sana, juga semoga baik selalu. meski kita tak lagi jalan beriringan, tapi kau tau, doaku akan selalu tulus untukmu.
jika waktu bisa kuulang.. tidak. aku nggak mau hidup dalam penyesalan. aku sungguh sudah selesai dan cukup. perandaian ini bukan berarti aku punya harapan miliki waktu yang bisa kurasakan lagi, melainkan permohonan maaf karena banyak dari diriku yang menyebalkan.
Ah. Selamat meneruskan hidup dan cita-cita,
tanpa aku, di sisimu.
Mari menemukan kebahagiaan yang lain, mari tidak saling terluka.
1 note · View note
rarabidja · 2 years
Text
Hari #4 "Renungan Jasa Boga" @fiersabesari
Hari #4 “Renungan Jasa Boga” @fiersabesari
Lambae1, Bang… Hari selasa pertama di bulan februari adalah hari #30HariMenulisSuratCinta dengan tema khusus, khusus selebtwit. Aku mana tahu siapa-siapa saja yang dapat disebut selebtwit? Tunggu, aku bahkan tidak mengerti selebtwit itu apa. Ng…yang terlintas kilas, selebtwit memiliki banyak followers—followers dengan skala following 1:1000 followers? Begitukah? Punya banyak followers pastinya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
senandungrasa · 3 years
Text
hahaha, kangen
Dear Musical,
Pernah nggak sih kamu kangen seseorang? Mungkin spontan kamu akan bilang, "ya, pernah lah. Semua manusia di bumi pasti pernah berada di fase itu." hahaha, iya juga sih. Aneh banget sih pake nanyain pertanyaan kek gitu, wkwkwk
Biasanya kalau kamu kangen seseorang kamu bakalan ngapain? Telepon dia? Chat dia? Atau langsung ketemu aja dan langsung ungkapin? Waduh, kalau kek gini sih harus ngumpulin nyali dan keberanian pasti. Yakannn... hm, tapi nggak semua orang bisa seberani itu sih. Bahkan kebanyakan orang lebih memilih memendam dari pada mengungkapkan. Ya, tentu alasannya berbeda-beda pasti. Ada yang takut nggak di respon, ada yang takut sih dia bisa risih, dan berbagai macam alasan lainnya. Kalau kamu lebih milih opsi mana nii? Langsung di ungkapin aja atau di pendam sambil nunggu waktu yang tepat buat berani ketemu langsung dan bilang kangen? Kali ini aku akan menerka saja, mungkin kamu akan lebih milih opsi pertama. *ceritanya aku sok tahu, wkwkwk~
Pasti spontan kamu akan mengajukan pertanyaan yang sama. Kalau aku sih lebih milih atau lebih tepatnya opsi kedua, yaitu memendam. Duh, kalau aku bilang alasannya nggak berani pasti akan terdengar sangat klise. Jadi aku ganti aja dengan, "aku takut ganggu kamu kalau aku jujur." Itu aja alasannya kali ya. Gimana? Bisa di terima kan alasannya? Anggap aja bisa~
Ya, begitulah keadaan yang sedang aku alami sekarang. Kangen kamu. Kangen dengerin kamu berbagi cerita, kangen dengan blabbering kamu, dan semua tentangmu. Aku kangen. Selalu.
Andai saja rasa kangen ini bisa tersampaikan padamu. Jikalau aku punya keberanian sekarang aku bakalan ngecht kamu dan langsung to the point aja mau bilang rindu, nggak usah pake basa-basi segala. Tenang, aku nggak bakalan minta tanggung jawab atas rinduku, bukan. Bukan seperti itu. Cuma sekadar kamu tahu aja. Itu pun sudah cukup. Mampu membuatku lega. Tepatnya lebih tenang sih. Itu masih perandaian. Bahkan nyaliku saja menciut. Wkwkwk~
Takut buat kamu risih, takut ganggu kamu, takut kamu menjauh, dan masih banyak rasa takut lainnya yang hinggap di hatiku. Makannya aku lebih milih pendam semuanya karena perasaanku lebih memilih tersesat dari pada terlihat~ semoga suatu saat nanti kamu bisa tahu perlihal perasaanku. Tak perlu kau balas, aku tak akan menuntut banyak kok. Cukup sekadar kamu tahu aja. Tapi, ku mohon di saat waktu tepat itu tiba dan kamu mengetahui perihal perasaanku jangan ubah sikapmu padaku, ya? Kalaupun kamu tak bisa balas, aku tak apa. Toh, itu adalah perihal hatimu, aku pun tak bisa berbuat banyak apalagi memaksa, yang bisa aku lakukan ya nerima aja dengan iklas.
Baik-baik yaa kamu. Jikalau sempat kabarin aku sekali-kali. Kalau nggak sibuk aja. Kangen tahu dengerin kamu cerita. Pokoknya di tunggu~ sekian dulu deh surat kali ini, masih banyak surat yang menantimu depan rumah yang telah ku selipkan dalam kotak pos. Jangan sampai lupa di baca, karena ada banyak perasaan yang telah ku titipkan di setiap kata-kata ini. Selamat membaca isi hatiku~
Tertanda,
Zeana Dineshcara
5 notes · View notes
wanitabulan · 4 years
Text
#30harimenulissuratcinta
Yuk pulang,
Rumah sedang berantakan, butuh kau rapihkan. Ada benda yang sudah tak terpakai lagi, juga memori yang tak ingin diingat lagi.
Aku sudah siapkan kotak kayu, nanti kau simpan disitu. Rumah ini ingin juga kau dengar, dan mendengarkanmu sekali lagi. Pulang ya?
Perjalananmu sudah jauh, sudah cukup tak mendengar, tidur ya? Kau tampak lelah. Aku takut kau sakit. Ah, atau sekedar jika kau hanya butuh istirahat, aku janji tak akan mengetuk kamarmu.
Hari semakin gelap, kau masih saja tersesat. Kau boleh pulang, jika kau mau. Aku tak memaksa jika kau masih mau terus berlari. Kau tak ingin mandi air hangat? Biar aku siapkan. Nanti dengan air itu, kau bisa membilas tubuh lelahmu.
Aku sudah siapkan buku-buku, semua kesukaanmu. Mungkin kau ingin belajar sesuatu? Atau belajar mengerti dirimu sekali lagi?
Ah, aku banyak cakap. Apa yang bisa aku lakukan untukmu? Semua tampak sia-sia. Rumah ini kosong cukup lama setelah kau melarikan diri. Aku merindukanmu pulang. Mari, ruang tamu sudah kuperbaiki.
Waktu malam, aku tahu kau sering kesakitan. Kau sering tidak bicara, padahal aku selalu mau mendengarkanmu. Kau merasa hidup akan lebih baik tanpamu, tapi aku mau belajar mencintaimu, walau sulit dan rumit.
Ingat ketika tembok-tembok rumah menangis karena kau pukuli? Bukan, mereka menangis karena kau yang muda menyakiti tubuhmu. Jangan lagi ya? Aku menyayangimu.
Obrolan ini sia-sia, kau tetap tak mau mengerti. Kau pintar mendengar dan memeluk. Kau hangat. Namun kau selalu dingin pada rumahmu sendiri. Aku mencintaimu, sekali dan seterusnya.
Kau pulang ya? Ku belikan kau bunga. Iya, aku tahu kau tak suka hadiah, tapi boleh kah aku memberi sesuatu untuk seseorang yang berarti?
Pulang ya?
Seluruh Cinta,
Melinda Risa
Jakarta, 15 April 2020. 02.00 AM
17 notes · View notes
nufoursari · 5 years
Text
Kita Telah Usai
beberapa bagian darimu, masih terlalu pekat, menjadi kenangan. padahal aku sudah tidak memiliki rasa. sudah pula menutupnya tanpa ingin ku buka. aku sudah tak ingin mendefinisikanmu. tak ingin pula peduli padamu. kamu bukan lagi rindu yang aku impikan. bukan pula rindu yang mendekap dalam ingatan. kita telah usai.
14 notes · View notes
mufidahalamri · 5 years
Text
Semoga Kelak
Menjelang hari-hari paling bersejarah dalam hidup kita.
Momen yang insyaAllah akan jadi sekali seumur hidup kita.
Aku berdoa dalam hati
Semoga kelak
Kita menjadi penyejuk hati satu sama lain,
Menjadi pendengar yang baik disaat gundah
Menjadi suporter yang baik disaat jatuh
Menjadi sandaran disaat tangis
Menjadi pemandu disaat hilang arah
Menjadi senyuman pertama disaat bahagia
Dan tetap menjadi kamu yang telah membuatku terpikat.
Kita,
Dua orang yang akan membina hubungan hingga akhir hayat,
Semoga Allah selalu merahmati setiap langkah perjalanan baru dalam kehidupan kita nantinya.
Aamiin ☺
8 notes · View notes
loaandthetwins · 5 years
Text
Bangun Kalian Wahai Hetero!!!
Tumblr media
Surat Cinta Hari Keduapuluhsembilan.
Kepada kalian yang akan beranak pinak menghasilkan keturunan sampai anak cucu. Bangun woy, generasi kalian dalam bahaya.
Aku ingin meminjam kata-kata dari Pepo. "Saya Prihatin". Kenapa muncul kalimat itu, sebab akhir-akhir ini kebebasan berekspresi dan berkesenian semakin dikekang. Seni yang sepatutnya menjadi sarana yang menyalurkan keresahan dan hasrat terpendam telah semakin digiring ke penjara.
Aku rindu di masa lalu, saat televisi begitu ramah menyajikan para pria berpakaian wanita, seni lintas gender yang meskipun lebih sering menjadi bahan olok-olokan, namun aku senang sebab keberadaan mereka itu dianggap ada. Sekarang sudah tidak sebab ditakutkan kalau mereka akan merusak moral anak bangsa.
Aku juga merindui iklan sabun yang dengan keindahan wanitanya. Belum lagi menyoal pakaian yang terbuka namun terkesan tidak murahan. Tapi sekarang, seorang ibu yang tidak memiliki televisi di rumahnya bisa membuat petisi menghapuskan iklan dan setelah itu pihak televisi mendapat teguran. Begitu juga dengan blur sana sini yang entah apa gunanya. Padahal di zaman dulu, buku catatan ASI dan perkembangan bayi menampilkan gambar seorang ibu yang yang sedang menyusui anaknya. Dan itu tanpa sensor.
Tak hanya disitu, segala macam tetek bengek aturan menyoal musik diciptakan. Hal yang paling mengejutkan ada larangan beberapa lagu yang tidak boleh diputar karena ada unsur pornografinya. Hah, kenapa unsur seksual yang sangat enak dilakukan menjadi hal yang ditakuti oleh kebanyakan orang. Lagi pula aku tertawa membaca daftar lagu yang dilarang, sedikit sekali, ingin rasangan aku membuat utas yang panjang, memberitahukan lagu-lagu apa saja yang bermakna hubungan seksual kepada mereka. Kasihan sekali, pengetahuan musik mereka jauh lebih sedikit dari pada aku.
Oh iya, peraturan ini dibuat oleh propinsi yang memiliki kampus negeri favorit lagi terbaik yang banyak, daerah inipun juga dekat dengan ibu kota. Panjang pikiranku, apakah di daerah terpencil akan jauh lebih buruk dari propinsi itu atau justru daerah terpencil ini jauh lebih terbuka matanya.
Aku merasa, kita sedang memerankan seekor ikan yang dimasukkan ke dalam panci. Airnya dimasak menggunakan api yang kecil sampai kita tidak tahu bahwa sebenarnya ada api yang memanaskan. Sekian lama air terasa hangat dan justru membuat nyaman. Sampai akhirnya kita lena, apinya diperbesar lalu kita mati dan siap disantap.
Begitu aku menganalogikannya. Kita mungkin bisa menertawakan peraturan yang dibuat, kita masih bisa memilih cara lain untuk mendapatkan aksesnya. Kita masih bisa tertawa sebab kita masih memiliki pilihan.
Bagaimana dengan televisi? Jika mereka melanggar nanti akan mendapat teguran yang berujung kepada tidak mendapatkan hak siar. Mau bagaimana juga para pemilik panggung ini, mau tidak mau harus mengiyakan, tanggung jawab semakin besar jika karyawan hendak dirumahkan.
Proses pemanasan dengan api kecil ini akan terus berjalan karena akan ada orang-orang yang siap sedia menjaga api itu tetap menyala. Proses inipun memakan waktu bertahun-tahun. Saat terbiasa dan nyaman dengan pengebirian cara berekspresi, bisa saja nanti semua bentuk seni adalah tindakan melawan hukum.
Lalu kenapa aku membangunkan pada hetero sexual? Ya karena anak cucu merekalah yang akan mendapati kondisi seperti itu. Sudah banyak sekali contoh dari berbagai berita dari luar negeri. Aku kasihan saja, bisa-bisa saat anak cucu kalian bangun pagi, ideologi negara sudah diganti. Lalu saat mereka bernyanyi, mereka masuk bui.
Wake up hetero. Wake up.
*gambar diambil dari Avogado 6
1 note · View note
heriana13 · 3 years
Photo
Tumblr media
Edisi kaos CEO hadir kembali gengs. Kali ini bersama kak mentor 😅 Saya ingin sedikit bercerita tentang orang di sebelah saya ini. Sebut saja namanya mawar, heheeh bukaaan!! Saya biasa memanggilnya Kak Anti a.k.a @curatedprelovedbyanti_ , kami berkenalan saat di Bandung. Saat itu kami mengikuti kopdar yg diadakan teman-teman twitter. Dulu ada even tahunan di twitter bernama #30HariMenulisSuratCinta yg diadakan setiap bulan februari. Tantangan menulis surat selama 28 hari. Ada yg pernah ikutan di sini? Satu angkatan mungkin? Hihiii. Anak twitter lama biasanya tau nih. Persisnya tahun berapa lupa. Pokoknya dulu gak tau kenapa sampai-sampai kok diniatin jauh-jauh ke Bandung. Dari sana akhirnya kenal. Cuman baru sekedar kenal aja. Kemudian menghilang lammmaaa sekali dari ((( peredaran ))) sosial media, ngakunya sih pertapa di gunung kawi. Wkkwk 😅 Oke terus, sekitar pertengahan 2020 mendadak komunikasi lagi. Kami direkatkan oleh drama 'Hospital Playlist', hahahh. Lalu berlanjut hingga drama-drama lain yg silih berganti hingga sekarang. Pancen sama-sama cah bucin drakor 😂. Semakin ke sini mengenalnya semakin saya merasa kalau dia ini adalah jelmaan 'Krokot'. Hahahaaah. Eh tapi pada tau kan #bungakrokot ? (Tu langsung klik hesteknya aja). Iya kayak taneman krokot. Tangguh. Mudah tumbuh di mana aja. Bahkan ketika batangnya dipotek pun dia tidak akan mati. Akan kembali tumbuh. Bunganya cantik, gak sembarangan juga mekarnya. Kamupun begitu kak. Tidak perduli bertubi-tubi masalah menghampiri, tetap berdiri tangguh. So, krokot is you kak. Tolong terima pujian ini 😊 *ehem, nomor gopay tau kan 😂 Cuma mau bilang, terima kasih karena tadi sudah dibuatkan bimbimbap. Enak. Cuman masih agak asing di lidah. Tapi kok ya abis yah sampe bersih semangkok 😂. Itu kalau di kita mah namanya urab, cuma beda dressing, wkwk. Ya udah segitu aja. Sampai ketemu lagi. Gomawooo 😘 . . @30HariBercerita #30HariBercerita #30hbc2117 (at Tangerang) https://www.instagram.com/p/CKJXpYbAgR9/?igshid=1uyueowsyc3q2
0 notes
wordsjunesaid · 6 years
Text
Spoilers: 15 Years Later
Dear 15 years old me,
If you’re reading this, you have to believe everything I’m gonna say.
First, do not think that the guy you’re about to date is “the one” and that what you have is “love”. As the matter of fact, don’t fall for him. Trust me on this. He will ruin your life and turn you into something you can’t go back again. He will ruin your perception of man and will set your standard low.
Second, you’re suck at desk job. You will have plenty of times figuring out what’s your thing, what you’re into. And don’t quit that piano lesson even if you’re bored, you’ll need that skill. Also, take a vocal lesson. Or continue your dance. Or keep writing your poems, don’t be embarrassed by it. It’s okay to let people see you as the gentle-hearted you are. Or don’t stop doodling and challenge yourself to draw more. Or do anything you set your mind into. Because if eventually you’re meant to do the desk job, you still need those skills as your hobbies.
Third, you’ll have to take one or two sports as a habit. Just run, or swim. Like what you always do when you’re on your mental breakdown. You would take a run, by yourself, but I suggest to find a good day to run, not when it’s raining. Because you’ll definitely need that habit. Believe me. I never work out any sport my entire life and I feel like a fifty.
Lastly, you don’t have to always be perfect. It’s okay to fail sometimes. It’s okay to do things ‘just fine’. Don’t push yourself too hard. I don’t mean that you shouldn’t accomplish anything on your higher standard, no, you should. But don’t torture yourself. Don’t believe anything you read on your motivation book. You’re different. And that’s okay. You have to do things your way. You have to cope with troubles your way. And try to put your mind into happy places. You’re not alone, and you shouldn’t be. Do not think that running away from life will fix everything. Trust me. From now on, your ride will get bumpy. And when it is, don’t run from it, stay, stand tall, and face it with courage. As Jack Pearson says, there’s no lemon so sour that you can’t make something resembling lemonade. You should watch that show when you’re 25. It’s a gem!
Also, I love you. You should always remember that. Love yourself. Take a break. Life is hard and will get harder. So don’t waste your moments worrying about everything. Nothing is perfect. And that’s the beauty, imperfection. Turn it into something good. Because you can. And you will.
A little warning, you might have some episodes when you’ll find yourself crying on the floor or shaking as hell or just being blank and stoned. But you’ll be fine. It will shape you better. Take a deep breath, and carry on.
Much love,
Bethanie
11 notes · View notes
ruang-bising · 7 months
Text
Sepenggal Tulisan Bising Diri Sendiri [ Bag. 2]
***
Bising, bising sekali omongan orang lain tentang keluargaku. Aku sudah bias, mana peduli mana yang hanya gosip. Ayah yang menafkahi kami dengan harta yang haram, ibu yang jarang dirumah, kami yang tercabik-cabik nama baiknya. Aku malu sekali. Aku hanya bisa berdo'a semoga suatu saat nanti mereka diberi hidayah oleh Tuhan.
Saat aku Kelas 3 SMA, Ayah jatuh sakit, parah sekali. Habis fasilitas yang kami punya, mulai dari rumah, transportasi, alat komunikasi. Mobilitas hidup kami benar benar hancur. Mungkin ini cara Tuhan membersihkan dosa masa lampau keluarga ini. Kakakku mengungsi di rumah kerabat, dekat dengan kampusnya. Aku terpaksa diasuh oleh yayasan tempatku bersekolah, aku yang setiap hari mencicipi masakan yang entah seperti apa rasanya. Tapi bagiku itu lebih enak kebanding memakan harta haram ayah.
Hampir setahun ayah sakit, akhirnya menemukan titik terang. Apa ayah bertaubat dari pekerjaannya? Tidak. Dan aku terpaksa masih betah diasuh yayasan lagi.
Satu bulan kemudian, pandemi menyerang. Itu tidak berpengaruh terhadap pekerjaan ayah. Aku berjanji tidak ingin lagi memakan harta haram. Aku kembali bertahan di asrama yang berukuran 3x5 m ini. Aku menghidupi mimpi-mimpiku sendiri sejak tahun itu. Masa kejayaan orang tua yang telah habis, kata orang. Aku menarik diri dari keramaian satu tahun itu, lebih dari puasa sosmed yang anak muda sekarang katakan. Aku harus segera menuntaskan perjuangan ini, hingga lulus bersekolah. Aku mengajar di surau seberang sekolah dan berdagang untuk sampingan.
"Nanti kalau udah lulus SMA, langsung kerja!!! Bales budi orang tua!!!" Ujar salah satu bibi dari ayah saat lebaran. Berat sekali bertemu keluarga besar ayah yang berpikiran kolot, dan setolol itu. seolah anak lahir, diasuh kedua orang tua berarti sama dengan berhutang. Bukankah itu kewajiban orang tua membesarkan anak? siapa pula yang menginginkan dilahirkan? "nasib tersial adalah dilahirkan" celoteh filsuf yunani seolah memenuhi kepalaku.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Aku bisa saja mengambil beasiswa prestasi di perkuliahan, berkat sertifikat lomba yang sering kujuarai. tapi reguler, yang berarti akan hidup dengan harta haram keluargaku lagi. Dan itu juga berarti aku harus hidup berdesakkan di kontrakkan petak, karena rumah ludes terjual. Akhirnya aku memilih jalan dengan mencoba berbagai beasiswa keagamaan, dan berakhir di asuh oleh salah satu yayasan pesantren terkemuka di kota ini. Seratus persen!!! Tentunya setelah mengikuti panjangnya seleksi. Persetan! Aku hanya ingin keluar dari lingkaran iblis ini.
Sesekali ibu menelponku dan ingin mengirimiku uang, tapi aku tak pernah mau lagi.
Berat sekali rasanya, kamu bisa membayangkan?
Memasuki tahun ke dua menjadi santri yayasan, Ayah mendapat hidayah, berhenti dari pekerjaannya, do'aku terkabul, terimakasih Tuhan. Ia berdagang, Ibu masih bergelut menjadi ART semenjak badai melanda keluarga kami. Pembersihan dosa, ujarku dalam hati.
Tahun kedua merupakan tahun terberatku di tempat ini, tuntutan dari yayasan semakin banyak, maklum, beasiswa seratus persen. "Kalian harus bener belajar di sini, setoran 2 lembar perhari, hadist juga, kitab pun jangan terlewat. Makanan yang hari ini kalian makan ga gratis, donatur, UMMAT yang membiayai kalian! Malu kalian kalau makan tapi gasampe target!!!" Bentak salah seorang ustadz kami. Semenjak itulah lidahku mati rasa memakan makanan yang di sungguhkan di sana.
Ajaib, aku berhasil lulus lebih cepat dari kalender pendidikan. Berbagai target di sana telah kucapai. Alhamdulillah. Aku bisa pulang ke rumah. Aku berjanji tidak ingin pulang sebelum pendidikan selesai di sana. Sisanya hanya persiapan mengabdi.
Liburan semester 4 dari total 6 semester, aku kembali ke rumah. Aku tersenyum melihat kontrakkan petakan. Tak apa, ujarku, Aku ikhlas, Tuhan. Kebanding menempati harta haram yang mendarah daging di setiap sudut tembok. Satu hal yang baru kusadari, ibu jarang di rumah, Terlibat hutang selepas badai keluarga kami.
Ayah? yang ayah lakukan hanyalah duduk di teras, tatkala di rumah, lebih sering makan dan tidur di rumah saudaranya yang kolot dan bodoh itu. aku dan kakakku (yang satu tahun kedepan akan menikah) terpaksa berkecimpung melunasi hutang mereka. kami menyisihkan uang dari keringat kami sendiri. Adikku? Adik kecilku bahkan masih kelas 2 SMP, ia masih terlalu lugu untuk memahami kondisi keluarga kami, yang ada dipikirannya mungkin masih bermain dan mencari jati diri.
Akhir semester 6, hutang mereka habis dan lunas, begitu pula tabunganku dan tabungan menikah kakak. Kakakku terpaksa menikah sederhana. habis sudah dream wedding dia, "gapapa, yang penting halal dulu." Ujarnya. Ya Tuhan, aku melihat wajah paling ikhlas di wajah kakakku. Bahkan aku menangis saat menuliskan ini.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Saat ini aku sudah bisa menabung diam-diam, aku ingin melanjutkan sekolah, aku juga ingin mempersiapkan masa depan. Tidak banyak, tapi aku ingin memulai rumah tangga lebih siap nantinya.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana. Aku ingin sekali saja tidur, nyenyak, tenang, tanpa memikirkan apa yang akan datang, hari esok, tuntutan. Tanpa memikirkan keluargaku yang begitu berkecamuk. Aku ingin sekali beranjak. Meninggalkan semua ini. Keluarga... yang membuat hidupku segetir seperti ini.
Kamu bisa bayangkan? Kontrakkan ini, tepatnya keluarga ini, bising sekali, sehingga aku tidak bisa mendengar diriku sendiri.
Aku hanya perlu terus berlayar, mengembara, jika besok pun kalian tidak lagi mendengar kabarku, mungkin aku tersesat di samudera atau di suatu pulau, atau bisa juga kapalku karam, sebab perjalanan ini kususuri sendiri.
*****
Satu jam aku menceritakan detail kejadian menyakitkan itu kepada seseorang yang kupanggil "umi". Pandanganku kosong, aku ingin menangis tapi tak memiliki tenaga. Sudah terkuras, aku tak memiliki kalimat sedih untuk menggambarkan itu semua.
Tiba tiba pelukan menghantamku. Umi memelukku sembari terharu.
"De, kamu sekarang udah umi anggap anak umi. Jangan pernah ngerasa sendiri ya de. Umi bangga sama kamu, kamu hebat."
Tangisku baru pecah. Saat aku menyadari bahwa ada orang lain, bukan dari keluargaku, yang memiliki sebongkah hati sehangat itu. Aku tak lagi mampu menahan hebatnya kesedihanku. Aku tak mampu lagi membohongi perasaan sedihku. Aku menangis. Aku benar-benar merasa ditemani. Kebisingan ini sedikit mereda. Penerimaan. Kepercayaan diri yang lama hilang seolah hadir kembali. Kekhawatiranku, mereda. Aku menangis. Aku merasa lemah ketika menangis, tapi bolehkah aku menangis kali ini saja? Karena besok aku harus kembali berjuang untuk mimpi-mimpi, aku harus kembali berlayar, aku tak boleh berhenti sekarang.
42 notes · View notes
sshinss · 6 years
Photo
Tumblr media
Sore itu, Kacauku menemui senja, namun tak menemukan damai. Mungkin seluruh damai berpulang pada pelukmu. Yang kamu balut dengan hujan setiap waktu. Sekarang kubisiki kamu, Bahwa tenang hanya kutemui dalam matamu, Dalam bait langkahmu, Dan lengkung senyum sederhana milikmu. Kamu masih saja membisu, Sedang aku kewalahan di ruang tunggu. Entah lidahmu terlalu kelu, Atau memang langkahmu yang tak pernah menuju semestaku. Ibarat senja yang tak cukup berarti bagimu, Matamu tak pernah berhenti sesekali untuk sekadar membacaku. Sekelilingku berbisik riuh, Seharusnya aku mulai menepi untuk berteduh. Agar sesegera mungkin membuat jeda, Dan mengukir jarak terjauh. #Februarimenulis #30harimenulissuratcinta
1 note · View note
Text
#2
Membiasakan diri tanpamu ternyata tidaklah mudah, pagi ini apalagi. Rasanya dunia sangat jahat kepadaku mbul, seharusnya aku menerima kutukan ini seharusnya aku menerima segala konsekuensinya, iya mbul ak terlanjur larut dalam perasaan ini, memaksakan menghentikan semua ini tidak mudah mbul sama sekali dan jika aku bisa akan kulakukan apa saja agar kau tetap bersamaku. Tapi ini semua salahku... Dan aku juga tidak bisa memaksakan apapun yang ada bahkan aku sekarang berfikir mahluk apakah aku ini . Demi apa aku rela membuat dosa dan menyakitimu, membohongimu. Maafkan aku seribu maaf .
Sekarang aku tak punya harapan apapun mbul, aku hanya bisa bertaubat memohon ampunanNya, meminta kepadaNya agar sakit hatimu karnaku segera sembuh. Agar perasaankupun kepadamu segera hilang agar ak bisa memperbaiki kesalahan2 yang aku buat.
Surat ini masih tentang kamu, entahlah sampai kapan.
Tetaplah kuat, jangan salahkan seberapa dosamu karna ini murni aku yg jahat, kamu laki laki kuat, km orang baik. Bangkitlah, doaku selalu ada untuk kebahagiaanmu.
Tumblr media
1 note · View note
isseralbertho-blog · 6 years
Text
#30HariMenulisSuratCinta Day 19 - Bagaimana?
Dear si Lesung Pipi,
“Biar dari kejauhan saja..”
Itulah jawaban ketika ada pertanyaan tentang perasaan-perasaan saat ini. Terpendam utuh dengan lama.
Besar harap? Jangan ditanya.
Dapat satu kesempatan memelukmu? Arggh i hope one day i will, begitulah kira-kira.
Tapi sialnya, aku bisa apa? Nyaliku tertimbun reruntuhan rasa takut yang berat di dalam dada. Aku ingin sekali bertemu empat mata sekali lagi mengungkapkan apa-apa yang sangat membuatku bahagia ketika aku mengingatmu di dalam kepala.
Tapi kapan lagi? Dimana?
Mungkin keduanya merupakan problema yang tak seberapa. Yang paling parah mungkin caranya, yaitu..
Bagaimana?
Lagu untuk si Lesung Pipi di Surat ini: Maliq and D’Essentials - Bagaimana Ku Tahu
2 notes · View notes
senandungrasa · 3 years
Text
rencana semesta
apakah kita masih bisa bertemu lagi? atau pertemuan kali ini menjadi awal sekaligus akhir?
Teruntuk seseorang yang belum ku ketahui namanya,
Apakah kamu percaya dengan rencana semesta? Atau paling tidak dengan kebetulan? Nyatanya, banyak hal yang terjadi tanpa di duga. Seperti halnya dengan pertemuan kita. Ku harap hanya kebetulan. Kamu orangnya sangat friendly, sudah bisa ku pastikan banyak yang ingin berteman denganmu. Kenapa ya aku sangat ingin bertemu denganmu lagi? Apa karena aku mulai menyukaimu di hari pertama kita bertemu? Ah, sepertinya kata yang cocok untuk menggambarkan perasaanku adalah; aku menyukaimu sebagai teman. Dan itupun jikalau kamu mengizinkanku masuk dalam daftar temanmu. Apakah bisa? Masih terlalu aneh jika aku mulai memiliki rasa terhadapmu di hari pertama kita berjumpa. Masa iya sih, belum terlalu kenal udah langsung suka? Namun, nyatanya ada sih yang begitu. Tapi, aku hanya mengagumimu.
Kita bertemu di gedung teater. Tanpa ku sadari kamu duduk di sebelahku. Entah kamu menyadarinya atau tidak, awalnya aku biasa aja sih. Kamu bersenandung riang mengikuti alunan lagu yang begitu indah dari paduan suara. Aku menoleh ke arahmu yang masih asik menikmati alunan lagu. Sudah bisa ku pastikan kamu suka menyanyi. Sepanjang waktu aku terus memperhatikanmu, fokusku hanya padamu. Aku menghiraukan pagelaran musik di depan. Ketika mendengar suaramu bersenandung... Ah, rasanya tenang sekali. Seakan terbang bebas, dan menikmati betapa indahnya pemandangan langit biru dan awan cerah. Sungguh, rasanya lega. Seakan semua beban menghilang begitu saja.
Karena terlalu asik menatapmu, aku sampai gak sadar kalau pagelaran musik sudah berakhir. Semua orang sudah keluar dari gedung teater dan hanya menyisakan kita berdua yang masih setia duduk. Tiba-tiba kamu membalas tatapanku, aku kaget. Jantungku berdegup kencang. Aku malu, takut, sangat sulit menjelaskan perasaanku pada waktu itu. Aku sangat malu karena ketahuan menatapmu lama. Apa kamu akan marah? Atau kamu risih? Ternyata reaksimu di luar dugaanku. Kamu hanya tersenyum. Senyum yang sangat indah. Ah, sungguh aku tidak bisa melupakan senyum indah di wajahmu.
Kita hanya saling tatap. Aku diam begitu juga denganmu. Setelah 10 menit berlalu, akhirnya kamu membuka suaramu dan tersenyum. "Kenapa belum pulang? Masih mau di sini?" Ah, suara menenangkan itu.
Aku diam. Bingung harus menjawab apa. Aku tidak bisa berkata-kata lagi saking kagetnya. Untuk kali pertama kamu mengajakku bicara? Bahkan belum kenal saja sudah bisa ku pastikan kalau kamu orang baik.
Melihatku yang hanya diam tak menjawab, kamu bertanya lagi, "Masih beta di sini, ya?" Ah, suaramu lembut sekali.
Tanpa sadar aku berkata jujur, "suaramu indah sekali." Detik itu juga aku langsung membekap mulutku. Astaga, apa yang kamu pikirkan tentangku? Tak apa jika kamu menganggap aku aneh. Lagi-lagi reaksimu di luar dugaanku. "Kamu lucu sekali, hehe." Saat itu juga degup jantungku berpacu lebih cepat. Kenapa setiap kata yang keluar dari mulutmu bagaikan kejutan? Ah, ku harap ini semua nggak bersifat sementara.
Oh, semesta bisa kah kau mengizinkanku untuk percaya pada kebetulan? Apakah ini rencanamu mempertemukan aku dengannya? Bisakah kau buat ini abadi? Aku ingin bertemu dengannya lagi. Ingin dengar suaranya lagi. Aku ingin lihat senyum indahnya lagi. Bolehkah?
"Kita masih bisa bertemu lagi."
Semesta, apa dia juga bisa membaca pikiranku? Kenapa ucapannya tepat sekali? Sungguh, terlalu banyak kejutan yang kau beri.
"Sungguh?"
"Iya, pasti."
Baiklah, aku percaya rencanamu semesta. Pertemukan kami lagi.
Tertanda,
Zeana Dineschcara
1 note · View note