Tumgik
#cacian
dinisuciyanti · 2 months
Text
Membuat menangis
Dalam sebuah percakapan siang bolong dengan para mba2 30-an, aku menyimpulkan, setidaknya kami, pernah membuat orangtua menangis. Bukan menangis bahagia, tapi menangis karna adu argumen atau "cekcok" perkara jodoh, atau menangis karna anaknya kabur menenangkan diri dari desakan beliau-beliau ini.
Apa kami menjadi durhaka karna membuat orangtua menangis? Pernah membaca sekilas, bahwa istilah durhaka hanya disematkan pada anak, sementara tidak ada orangtua durhaka kepada anaknya. Berulang kali desakan-cacian-adu mulut yang terasa menyakitkan dari orangtua, tidak kah itu termasuk dalam "kesalahan" kepada anak?
20 Maret 2024
36 notes · View notes
yunusaziz · 2 years
Text
Tumblr media
#3 Wahai Diri,
"Kuat itu adalah menginjak-injak deritamu di bawah kakimu, dan berjalan sembari tersenyum di hadapan semua orang yang menunggu kejatuhanmu."
Siapa sangka ternyata kaki yang terlihat semakin lusuh itu sudah sejauh itu dalam melangkah, menempuh jarak yang begitu jauh. Melibas segala keraguan, nestapa, bahkan cacian yang selama ini menggeluti.
Air mata yang hampir tiap malam berderai itu, akibat kepayahan yang sering kali sendiri kau alami, kini sudah kering, tiada lagi tangisan, tiada lagi ratapan, pun rasa takut melingkupi. Itu semua sirna, entah kemana.
Kamu yang dulunya seorang penakut, bahkan seorang pengecut katamu, tanpa kau sadari, kini tubuhmu sudah semakin kuat, semakin teguh, tiada lagi ketakutan dalam melewati segala rintangan, pun segala keputusasaan yang melingkupi.
Hari ini kamu tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi setiap persoalan, tidak lagi gampang menyerah akan keadaan. Itu semua berkat kamu, berkat kamu yang terus dan tetap percaya bahwa kamu mampu.
Maka pertahankanlah itu.
193 notes · View notes
sirius1602 · 4 months
Text
Tumblr media
Ada Banyak Hal yang tersimpan rapat rapat,
Tentang Memori masa kecil yang penuh luka.
Ibuku ada,
Ayah ku juga ada.
Kedua orang tuaku utuh, Tapi tidak dengan kasih sayangnya.
Aku tidak tau, Sampai kapan hati ini bisa melupakan. Sebab, Perihnya masih terasa hingga ratusan purnama mendatang.
Tuhan, Aku tidak pernah meminta untuk di lahirkan. Aku juga tidak pernah meminta untuk di berikan rasa sakit yang demikian.
Bahkan rasa sakit karena orang tua.
Telingaku pengang, Sebab nasihat yg di tujukan kepadaku lebih tepat jika dinamakan sebuah hinaan.
Tuhan , Jika boleh agar aku tidak membenci orang tuaku. Ambil saja telingaku. Tapi tolong, Lapangkan hatiku juga. Sebab aku tidak sanggup, Jika harus mendengar Cacian dan hinaannya tiap hari.
Tuhan, Ampuni aku jika tulisan dan kata kata ku adalah sebuah dosa. Sebab aku tidak tau, harus menumpahkan beban ini kepada siapa
Aku anak pertama , yang mereka sangka adalah si Kuat.
Berangkat pagi pulang Sore, Hanya agar bisa meringkan beban orang tua.
Tuhan, Boleh kah aku mengeluh sementara masih banyak orang orang diluar sana yang nasibnya lebih buruk dari ku.
Tuhan, Tau diri kah aku. Jika aku mengharapkan kematian karena lelahnya hidup di dunia. Namun untuk bertemu denganmu saja aku juga tak sanggup.
15 notes · View notes
avrindah · 8 days
Text
Doa Meminta Cinta
Pada suatu sepertiga malam terakhir kala itu, rintik hujan masih menemani dengan syahdu. Pada sebagian orang ada yang melawan dinginnya malam dengan memaksakan diri untuk berwudhu. Oh, jangan lupa, godaan kantuk dan hangatnya selimut yang lebih berat dilenyapkan pada saat begini juga dilawan.
Sajadah itu tergelar. Seseorang duduk di atasnya. Sepi, senyap, hanya bibirnya bergerak. Rintik hujan mungkin kalah deras dengan dzikir yang ia langitkan.
Setelahnya, ia tutup dengan doa yang terus diulang. Hanya satu kalimat tapi merepresentasikan gundah dalam hatinya.
"Ya Rabb, aku memohon cinta, kasih, dan sayang-Mu."
Sebab seharian menahan sesak. Kala cacian menimpanya seakan tiada maaf. Kala amukan menerpanya seakan tanpa ampunan. Dadanya terhimpit oleh orang yang tidak tahu tapi paling lantang mengutuk.
7 notes · View notes
viviaramie · 1 year
Text
Aku adalah manusia yang paling menderita, ucapmu pada cermin di matamu. Lalu kau melukis tangis yang lama-lama menjadi gerimis. Tak cukup disitu, selanjutnya kau menghitung-hitung kehilangan, merasa paling kemalangan, lalu terbiasa menyalahkan Tuhan.
Sedangkan jauh sebelum itu, ada seorang laki-laki sedang sendirian, jauh dari ibu dan ditinggalkan ayah sejak dalam kandungan, tidak ada sedikitpun raut sendu di wajahnya, ia nikmati pemandangan gurun disekitarnya.
Lagi di usianya menginjak 6 tahun, ibu yang tak lama ia bersamanya, pergi menyusul ayahnya. Dan ia yatim-piatu diusia belia.
Tak cukup disitu kehilangan demi kehilangan yang tak pernah berhenti menghampirinya seperti tanda bahwa tak ada yang abadi di dunia ini.
Lanjut saat Ia dewasa, Tuhan memberinya emban menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia, ah tak kira-kira, cacian, hinaan, serta kekerasan menyerbunya.
Sampai tiba waktu ia pergi berhijrah ke negeri sebelah, dengan membawa harapan mereka mau menerima ajaran agama yang ia bawa, lantas apa yang ia terima? Cacian, makian, serta lemparan bebatuan yang mengenai tubuhnya berkali-kali, hingga darah bercucuran tiada henti, lalu ia kembali dan mendo'akan kebaikan untuk penduduk negeri.
Belum lagi saat tidak ada makanan yang bisa ia makan, perutnya keronconggan, lalu ia mengambil kerikil bebatuan mengganjalnya pelan-pelan.
Lantas sekarang kau masih merasa paling menderita?
Dan sungguh tak ada manusia yang paling serius mendo'akan keselamatan untuk kita, kecuali ia.
"Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah 9: Ayat 128)
27 notes · View notes
saesensae · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Tentang : Aku Tidak Ingin Memilih
Suara derai kebisingan yang berputar di atas kepala. Tatapan kosong penuh rasa iba. Aku kasihan dengan diriku sendiri, bagaimana jiwa tidak bisa menerima cacian maki. Jika goresan ini bisa menyampaikan, aku tidak ingin hidup di bentala ini.
│█║▌║█║▌║▌║
21 notes · View notes
intanauliashofura · 22 days
Text
13 maret 2024
Banyak yang mengganggu fikiranku
Bersama atau tidak dengannya tetap banyak yang aku fikirkan, walau setelah berpisah kecemasanku berkurang 60% , aku lebih menikmati hari2ku walau tak seperti biasanya.
Aku mulai terbiasa tanpanya, walau terkadang rindu kiriman foto jari dengan cincin silver yang melingkar dijari tengahnya. Atau kiriman video berdurasi hitungan detik diparkiran kantor yang berisi informasi bahwa waktu kerja selesai dan bergegas pulang dengan suara khas dan tingkah konyol nya geleng2 kepala beberapa kali. (Sayang aku mau otw pulang nanti sampai rumah aku kabari).
Terkadang senyum mengingat hal2 itu, sedih karena rindu yg tak bisa lagi terucap dan terungkapkan. Terkadang kesal benci juga ketika ingat sikap jahatnya bentak2, omongan2 kasar, kekerasan verbalnya kepadaku. Tak termaafkan sampai detik ini.
Aku sll berusaha melupakan dan memaafkan, namun semakin ku ingat semakin benci.
Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku berusaha tidak melihatnya lagi, semua tentangnya ku sembunyikan. Belum ada keberanian untuk menghapus. Bagaimanapun dialah sosok yg pernah mengisi hariku dalam kosong , pernah menyayangiku , pernah ada dan hadir di sebagian kecil kisah hidupku.
Aku mencintainya, begitu banyak hal yang ku taruhkan untuknya. Bahkan aku lebih menyayangi dirinya daripada diriku sendiri, waktu ku habis memikirkan dia, perhatianku, uangku tak pernah ku hitung berpa yang aku keluarkan untuk dia. Bodoh ! Iya aku bodoh kala itu.
Selain kekerasan verbal yang ku terima dna buat ku sakit hati, juga dengan ucapannya yang tidak pernah mengharga semua yang telah ku beri. Dia tidak pernah anggap, tidak apresias,i tidak memvalidasi perasaanku. Semua penolakan beberapa waktu sebelum hub kami berakhir.
Sekian lama dan banyak nya kebahagiaan yang kami jalani, kali ini betul2 sakit yang amat dalam ku terima. Entah kapan bisa termaafkan.
Masih amat sangat segar dalam ingatanku cacian hinaan nya kepadaku. Hilang sudah harga diriku sebagai wanita dibuatnya. Dan aku masih mendenial sikapnya. Halusinasiku mengatakan dia masih sayang aku, dia hanya emosi meluapkan kekesalannya kepadaku. Ternyata tidak.
Setelah beberapa teman, kakak, abang ku memberi masukan ternyata semakin terbuka dan mulai bisa berfikir dan rasa sakitnya semakin dalam.
Hanya dia laki2 yang bisa buat aku melakukan segala sesuatu yang belum aku perbuat, ku lakukan dengannya , untuk nya, karena nya.
Finaly aku ke dokter Psikologi, terimakasih atas segala luka. Membuatku semakin sadar betapa berharga nya diriku untuk diperlakukan seperti binatang olehnya. Tak ada pakai perasaan lagi. Semua dibuat pakai logika olehnya. Lalu bagaimana dengan aku seonggok wanita yang sll pakai perasaan menghadapinya?
Andaikan saja dari awal aku pakai logika menjalani hubungan dengannya, mungkin tak akan sejauh dan sedalam ini. Untuk apa aku sedalam ini kepada laki2 yang jelas beda keyakinan olehku?
Tapi apaaa ? Ku kesampingkan hal yang penting itu untuk keegoisan perasaanku. Ku bedakan kepercayaan dan mana perasaan. Bodoh ?! Iya. Lagi2 dari awal aku bodoh. Membiarkan orang asing yang sangat jauh itu masuk dengan mudah dalam kehidupanku.
Aku sll menanti saatnya nanti datang, mempunyai keberanian untuk menghapus segala tentangnya, bahkan menghapus segala ingatanku bahagia bersamanya. Dia sangat mengganggu ku bahkan setelah tak bersama lagi.
Aku sakit sendiri disini, disana dia berbahagia dengan wanita2 yg sedang dia dekati. Dari teman kantor yang beda keyakinan juga, teman adiknya yg dijodoh2kan dengan dia. Bahagianya me jadi kamu yang bisa dengan mudah melupakan aku setelah menyakiti dengan luka yg amat dalam.
Sayang nya aku tidak bisa sepertimu.
Ku obati dan perbaiki terlebih dahulu, entah kapan sembuh nya baru bisa ku buka lagi lembaran baru dengan orang baru. Butuh waktu yang lama. Karna aku hidup dengan perasaan lebih banyak daripada logikaku.
Aku cuma bisa berpegangan dengan Tuhanku, Allah SWT. sll berdoa meminta menangis bersujud tersungkur diatas sajadah yang sll basah dengan airmata penyesalanku. Hanya itu yang bisa ku lakukan saat ini.
Berharap Allah ganti segala sakit dan susahku ini menjadi kebaikan kemudahan keindahan kebahagiaan dikehidupanku kedepan nanti.
Aamiin . Allahumma soli ala sayyidina Muhammad 🥹🤍
2 notes · View notes
ceritaenamjourney · 10 months
Text
Pada sekat yang kututup rapat-rapat, kupadamkan nyalaku yang begitu mahir membaca isi hati dan pikiran orang lain. Tak ada tatap mata, perkataan, atau gerakan siapa pun lagi.
Kenyataannya, orang-orang yang seharusnya bisa memahami dan menerimaku, menjadi demikian asing. Justru mereka yang memiliki berjuta alasan untuk menjauh, tetap bertahan dan menetap dengan begitu tenang.
Tak ada alasan sebagai yang tersakiti. Aku justru berterima kasih pada kehidupan yang begitu istimewa ini. Bahkan tak merasa kekurangan dicintai.
Entah harus kunamakan apa, ketika segaris senyum tangguh bertahan meski dihujani cacian, hinaa, buruk sangka, dan fitnah. Aku tak merasa.
Aku tak ingin lagi membaca. Sekaligus tak berharap orang lain mengatakan apa yang harus aku pahami.
Kita semua sama-sama memiliki bahagia. Pun membawa derita. Hanya jangan biarkan ego merenggut segaris senyum tangguh. Jangan ijinkan angkuh julang jumawa melenyapkan.
Saat kita mempertahankan, kita menang.
7 notes · View notes
journeyofrskaul · 11 months
Text
Selamat 50 tahun, Ayah!
26/05/23
Ayahku tahun ini 50 tahun, setengah abad sudah hidupnya di dunia. Ah, masih terekam memori tahun itu, goresan luka yang masih terasa sakit hingga sekarang. Aku tahu beliau berat memang meninggalkan kami. 7 tahun lamanya sudah tidak menyapa, bahkan mendengar kabar saja tidak.
Aku tidak tahu apa kabar beliau saat ini, baik-baik kah dia, sehat-sehat kah dia? aku tidak tahu. Mencoba mencari tahu saja rasanya berat, seperti belum bisa menerima atas perbuatannya yang telah beliau lakukan kala itu. Bertahun-tahun belajar menerima, bertahun-tahun sudah mencoba untuk menyembuhkan luka, Bertahun-tahun pula aku harus menutup telinga atas opini-opini manusia tentang ayahku.
Ayah, rasanya berat menjadi anak pertamamu ini. Beban yang aku tanggung, cacian dan makian dari orang-orang yang aku terima atas perbuatanmu masih saja menghantuiku. Ayah, aku gatau lagi harus gimana buat jalanin hidup ini. Di satu sisi, aku sangat tidak ingin lagi bertemu denganmu, tapi disisi lain, i really miss u bad!
Ayah, aku iri melihat teman-temanku yang sangat dicintai oleh ayah mereka, dibimbing, diajarkan. Ah, aku tidak seberuntung mereka ternyata. Tak apa, yah! Aku tidak sepenuhnya mengatakan ayah salah.
Yah, jika waktu bisa diputar kembali ke kala itu, aku mau, walaupun cuma sehari, tak apa, yang penting bisa menyembuhkan rasa rinduku padamu, yah!
Ayah, terimakasih telah menjadi cinta pertama putri pertamamu ini dan terimakasih telah menjadi pembuat luka terbesar yang sulit untuk disembuhkan ini.
Terimakasih.
_____
7 notes · View notes
naufalhafizh · 6 months
Text
Tumblr media
gulita
#draft
kilau langit nampaknya kembali tak menyapa, pasca iring iringan kapas hitam pekat bergelombang; atau yang biasa disebut awan; mengerubungi teater cakrawala sedari senja. emasnya tak lagi timbul, kini sejauh mata menyorot, hanya pijar dan gulita. sekeliling menjelma waswas akan hadirnya badai yang penuh ketidakpastian.
#
seorang bujang kembali setelah peliknya hari. ditengah persembahan semesta akan maha dahsyatnya kemelut penghuni langit, seorang diri ia memacu sepeda motornya di jalan perumahan berstandar internasional itu. diterjangnya gerombolan angin dingin, dihari yang semakin malam, dimalam yang enggan jadi temaram.
entah sudah sekian jumlah apa masalah yang terus terjadi hari ini, atau bahkan perlu dikalkulasikan dengan periodik mingguan? entah sepegal apa bila peliknya menjadi sekarung batuan yang musti diantar ke rumah. ya, rumah. tempat semua layak untuk ditumpahkan tanpa intervensi dari entitas manapun, terkhususnya mereka yang menusuk seraya iba, bermuka dua diatas peningnya kepala ini, menjelma plasmodium bagi jiwa yang dikasihaninya, dimana pula tertawa riang atas bebasnya segala tanggungan.
#
merebahlah bujang itu, diratapinya segala masalah yang kian hari kian layak untuk ditangisi. dikerjakan? tentu saja. semua tak lain adalah implementasi prinsip hidupnya untuk tetap hidup dan menghidupi kebahagiaan orang lain, dimana dalam praktisnya, sang bujang seringkali lupa akan haknya untuk bersikap bodo amat.
masalah dilaluinya dengan proses, yang mana tentu ia tak sendiri. purnama yang cantik nan indah itu selalu menjadi alasan baginya untuk tetap berambisi. meskipun tak jarang, sang bujang tanpa rasa peduli mengacuhkan gerak geriknya. ajaibnya, purnama tetap ada dan hidup disetiap malam malam sang bujang, dengan atau tanpa sang purnama sadari.
kembali ke masalah, bujang nampaknya makin disulitkan dengan keadaan (sebenarnya karena teramat ceroboh sih), ia kehilangan "segala". nampaknya "segala" itu tidak perlu disebutkan, namun bagi sang bujang, itu adalah sumber dari banyak hal. ia kini hidup dalam bingung, "bagaimana kedepan hidupku akan berjalan?" ia sangat bingung, bahkan hingga saat ini. kadang terlihat betapa linglungnya, kesana kemari, terus mencari.
ia takut, takut akan selaksa masalah yang akan ia hadapi kedepan. ia merasa gagal. sekelumit ketidakpercayaan, cacian, hingga air mata, nyatanya telah terkicau dan jatuh dari dan untuk dirinya sendiri. ia menyangsikan keteledorannya, dimana setelah seminggu kebelakang ia nyatanya begitu tegar dan sistematis menyelesaikan masalah. semua motivasi penyemangat dalam dirinya sekejap menjadi nada sumbang yang terus menghujamnya.
soal bangkit, jangan ditanya. bujang pasti akan bangkit, namun terpentingnya, ia perlu waktu, dan pendengar bila memungkinkan.
##
untuk siapapun kamu, yang seperti bujang saat ini, tetaplah semangat menjalani hidup. berbahagialah, karena kamu adalah alasan bagi seseorang untuk bahagia.
###
hari ini, sang bujang mengaku tengah kacau, namun tak sekacau pola pikir pendukung pendudukan tepi barat.
3 notes · View notes
Text
Terlahir Sederhana.
Terlahir sederhana bagiku adalah sebuah anugrah. Beberapa yang tak serba mudah, banyak sekali membuat diri meraup jutaan hikmah. Meski terkadang beberapa tangis pecah, tetapi pahala sabar jauh lebih menyuguhkan indah.
Duhai Allahku, terima kasih atas curah limpahan kasih sayangmu. Sungguh kekuatan jiwa dan raga terbentuk sejajar dengan kesabaran melewati setiap episode kehidupan. Begitu membahagiakan, saat ternyata raga tumbuh menjadi seorang yang kuat menghadapi berbagai kekurangan serta kelebihan.
Sedikit kemewahan sangat berarti bagiku, sebab hal sederhana selama ini sudah sering bertamu. Maka kemudahan yang tiba-tiba saja terasakan adalah syukur, sebab, kesulitan bertingkat-tingkat pernah mengisi pundak dan beratnya teramat jauh dipikul.
Tahukah kamu nikmatnya terlahir sederhana? Ia jauh dari sikap meminta-minta, ia jauh dari pemberian yang serba ada, ia jauh dari serba punya, ia dengan dengan hinaan dan cacian kata, tetapi ia hebat juangnya untuk meraih setiap inginnya, ia kuat menghadapi cobaannya, ia sabar dalam segala rintangan, dan ia paham cara menghargai orang-orang disekitar, dan tulus hatinya.
Duhai Allahku, jika aku belum mampu memberi sedekah berupa harta, mampukanlah aku bersedekah dengan tenaga dan segala yang dalam diri.
Duhai Allahku, jika aku belum mampu mengunjungi kota Makkah, mampukanlah aku selalu untuk mengunjungi-Mu dengan sejuta rasa amanah sebagai seorang hamba. Mengunjungi kerabat, mengunjungi sahabat, agar aku bisa membantu & membahagiakan mereka.
Duhai Allahku, jadikanlah sisederhana ini memaknai kesederhaan yang sebenarnya. Memaknai setiap peristiwa, dan mensyukuri setiap apa yang ada. Insyaa Allah, diri ini akan selalu percaya, Engkaulah Maha Segala. Duhai Allahku, Engkau yang tahu segalanya.
16 notes · View notes
triase · 1 year
Text
Apa motivasimu? Apa ambisi dan mimpimu?
--
Ternyata sekarang aku tidak lagi mempunyai mimpi. Setelah 25 saat aku kehilangan segalanya; Papa, Keluarga dan Uang. Tidak ada lagi yang aku inginkan, aku tersesat hingga saat ini aku ketik.
Saat ada yang bertanya itu didepanku secara langsung aku hanya diam, karena benar aku tidak memiliki motivasi tiada ambisi dan tidak bermimpi. Aku hanya seonggok daging hidup yang menjalani hari sebagaimana mestinya. Yang aku tahu Tuhan membenci manusia yang menyerah, maka dari itu aku tidak merampas hidupku sendiri (bunuh diri). Tapi aku juga tidak tahu bernafas untuk apa?
Aku menunggu kejutan Tuhan, tentang apa-apa jalan didepan yang akan aku hadapi. Tentang kapan aku akan tersandung, jatuh dan bangkit lagi. 
--
"Bertanggung jawablah dengan dirimu sendiri, bertanggung jawab dengan kesalahanmu, lanjutkan pilihanmu, lanjutkan hidupmu. Yang berlalu biarlah itu menjadi acuanmu" kata Mama dulu.
"Menjadi dewasa itu berat, tanggung jawabmu sampai ke akhirat. Tapi kamu yang tahu dirimu, ambil wudhumu dan berdoa sama Tuhan-Mu" kata Papa dulu.
Sesak sekali rasanya setelah 25 aku tidak memiliki manusia dewasa sebagai panutan, langkah yang kupilih tidak lagi terasa salah karena aku hanya mengambil pelajarannya. Ingin sekali rasanya aku diperingatkan sebelum mengambil keputusan, ingin sekali aku dituntun, dipeluk dan dicium. Ingin sekali aku PULANG. Pulang ketempat yang menjadi tujuan ketika tiada lagi tahu arah mana yang akan kutuju.
Dulu sekali saat masih memiliki orangtua ketika aku melakukan kesalahan aku bersimpuh memohon ampun dan bertukar pengalaman. Sekarang aku terdiam sendiri tiada lagi bisa memohon ampun selain kepada Tuhan. Aku ingin sesuatu yang berbalas, balaslah aku dengan kalimat cacian, makian atau bahkan sekedar kalimat nasihat. Sungguh aku butuh pegangan, Tuhan...
8 notes · View notes
rhuslan08 · 8 months
Text
أَوَّلُ الإِمَارَةِ مَلامَةٌ، وَثَانِيهَا نَدَامَةٌ، وَثَالِثُهَا عَذَابٌ مِنَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِلا مَنْ رَحِمَ وَعَدَلَ.
"Kepemimpinan itu awalnya cacian, yg kedua penyesalan dan yg ketiga azab dari Allah pada Hari Kiamat nanti; kecuali yg memimpin dengan kasih sayang dan adil." (HR. ath-Thabarani).
4 notes · View notes
frasa-in · 1 year
Text
Tumblr media
Dear Sisters,
Kesedihan dan sakit hati yang sangat dalam menyelimuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menemukan jasad Hamzah bin Abdul Muthalib, salah satu paman kesayangannya, terkoyak mengerikan setelah perang uduh.
Hindun binti Utbah telah membelah dada Hamzah dan mengunyah jantungnya, sebagai pembalas dendam Hindu karena banyak saudaranya yang tewas ketika perang badar.
Namun Allah subhanahu wa ta’ala menenangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah. Dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan. Sungguh, Allah beserta orang-orang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” QS. An-Nahl: 127-128.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia biasa, yang juga punya rasa sakit dan keinginan untuk membalas ketika dizalimi oleh para musuh Allah subhanahu wa ta’ala.
Keadaan keji yang hampir membuat seorang Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ingin melakukan pembalasan, ketika memaafkan rasanya mustahil dilakukan, namun Allah subhanahu wa ta’ala meredamnya dengan mengingatkan Rasul-Nya agar bersabar dulu, ketimbang membalas.
Karena sifat manusia biasanya, sangat sulit untuk membalas sewajarnya, seringkali yang terjadi adalah membalas membabi buta, karena dendam membara yang disiram api setan.
Meski Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terkenal sebagai pribadi yang sangat bijak dan pemaaf, tidak mungkin melakukan tindak kekejaman. Allah tetap menjaga Rasul-Nya agar tidak ternodai akhlak tercela.
Di kemudian hari, ketika Hindun masuk Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun tidak sanggup melihat wajahnya, karena senantiasa terbayang jasad Hamzah ra.
Abu Hurairah ra. menceritakan, suatu ketika seorang lelaki mencaci Abu Bakar ra., sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat itu duduk memperhatikan dengan tersenyum kagum. Tetapi ketika Abu Bakar ra. membalas sebagian cacian yang ditujukan terhadap diriya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kelihatan marah, lalu bangkit. Maka Abu Bakar menyusulnya dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ketika dia mencaciku engkau tetap dalam keadaan duduk. Tetapi ketika aku membalas caciannya, engkau kelihatan marah dan meninggalkan tempat duduk.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Sesungguhnya pada mulanya ada malaikat yang bersamamu membela dirimu. Tetapi ketika engkau membalas terhadapnya sebagian dari caciannya (malaikat itu pergi) dan datanglah setan, maka aku tidak mau duduk bersama setan.” HR. Imam Ahmad.
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal. Tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” QS. Asy-Syuro: 40.
Allah mengingatkan manusia, bahwa dalam kondisi yang mustahil mengandalkan kemampuan diri untuk memaafkan, bersabar hanya bisa dilakukan dengan pertolongan-nya, dan sabar dalam kondisi yang sangat sulit, balasan langsung akan datang dari Allah.
Bila Allah yang berjanji memberikan reward-nya, maka itu adalah sesuatu yang sangat indah dan tak terbayang oleh kita. Maka jangan pernah mendelete Allah subhanahu wa ta’ala dari kehidupan kita, karena kita pasti akan selalu membutuhkan-Nya.
Sakit hati itu niscaya, selama manusia masih punya rasa, namun terpuruk menjadi hal tak biasa, ketika Tuhan tak lagi percaya.
Meneruskan hidup itu harus, menjalani dalam suka atau duka adalah pilihan. Ketika duka mendominasi, berhentilah sejenak dan renungi diri. Berikan jarak yang semakin jauh dengan kesedihan dan kemarahan, lakukan perlahan agar terbangun keikhlasan, bukan keterpaksaan yang terus menyakitkan.
Menangis bukan aib, maka jangan pura-pura ceria. Beruzlah bukanlah pengecut tapi jangan terlalu lama. Banyak teman yang siap memelukmu diluar sana.
Hidup itu akan terus memberi warna sampai kafan putih menyelimuti raga. Tinggal kita memilih akhir yang mana, duka atau bahagia.
Frasa: Perempuan, Ilmu, dan Rasa
18 notes · View notes
herricahyadi · 2 years
Note
KAN BISA TANPA GAS AIR MATAAAAAAA
Kan bisa untuk tetap di tribun. Caci-maki dari tribun dan tidak menimbulkan kepanikan. 3000 orang turun ke lapangan dengan cacian dan marah-marah, pasti menciptakan kepanikan. Apa susahnya untuk legowo dengan hasil akhir? Toh masih ada pertandingan berikutnya. Alih-alih terus mendukung timnya, malah nyamperin dan protes beramai-ramai. Ini dibenarkan, tidak? Protes boleh, marah boleh. Tapi tetap di tribun.
Mari kita adil melihat, bahwa normalisasi perilaku berkerumun seperti itu sangat buruk di Indonesia. Ini belum termasuk rombongan tim lawan yang dihadang dan ditimpuki batu dan segala benda. Akui kalau supporter juga berkontribusi terhadap tragedi ini.
Betul, penanganan polisi juga salah. Gas air mata tidak boleh digunakan. Tapi jangan menjadikan kesalahan mereka satu-satunya penyebab. Semua kesalahan-kesalahan ini adalah rantai yang menciptakan tragedi. Jangan denial terhadap kesalahan banyak pihak.
Tumblr media
19 notes · View notes
uni-rie · 2 years
Text
Memahami sekali saat ini, apa-apa yang terasa sempurna menemani ternyata hanya sekedar menemani bukan untuk dimiliki.
Tumblr media
Berbesar hati menerima ketetapan yang semestinya, agar tak berkecil hati jika suatu saat nanti apa yang menemani tersebut perlahan menghilang dan tak pernah kembali.
Hati hanya bisa merasakan, Raga mampu melakukan, dan jiwa yang telah terasa disatukan semua hanya mengikuti alur yang telah di gariskan, semoga kita sama sama paham kelak, ada masanya kita kembali pada masing masing ketentuan diri, tak perlu menyesali karena kita sadar pertemuan dan perpisahan sudah menjadi jalan yang tak bisa dielakkan lagi.
Kita hanya mampu saling mendoakan segala yang baik-baik, tanpa perlu ada cacian dan makian yang mengiringi perpisahan kelak. Karna saat ikhlas sudah menjadi bagian dalam diri, tiada kebencian secuil apapun walaupun kita pernah sebegitu marahnya pada keadaan yang tak memihak.
Selamat bertumbuh kamu, jadilah orang hebat yang tak hanya untuk ku ingat, tapi jadilah panutan untuk seluruh orang yang mengenalmu kelak...
Biarlah diam-diam dari jauh segalanya tetap doa terindah terucap.🌸❤️
Disela aktifitas 10 Agustus 2022 || 19.50
24 notes · View notes