A Beautiful Dua and Song (about that Dua) for Those who are in Pain
Ketika sedang berada di tengah rasa sakit, banyak hal yang ingin aku temukan. The reason why, the help, hikmah, apa yang Allah mau dari pengalaman sakit ini, dst. Hal lain yang tidak ketinggalan adalah aku harus berdoa dengan doa yang seperti apa.
Biasanya, I go back to istighfar—karena teringat hadits ini:
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad)
Rasa sakit yang diberikan oleh tekanan dunia kadang menjadikan kesedihan datang tanpa aku tahu kapan perginya. Sudah berusaha menyenangkan diri (treat myself), tapi saat melakukan proses menyenangkan diri sendiri pun rasa sedihnya masih ada di sana—menunggu dengan tertib di pintu keluar area kesenangan.
Melafalkan istighfar itu rasanya tertolong banget karena kesedihan membuat manusia jadi lemah, tetapi dalam kelemahan itu setidaknya mulut masih bisa mengucapkan kalimat mohon ampun pada Allah sebagai cara manusia meminta tolong.
Like, I don’t have to scream. I don’t have to be on my best performance. Just say it.
Astaghfirullaah al-‘azhiim.
Astaghfirullaah al-‘azhiim.
Astaghfirullaah al-‘azhiim.
Sebanyak mungkin sebelum keluar pintu kamar. Sebanyak mungkin sambil melipat mukena sesudah sholat. Sebanyak mungkin sehabis doa setelah makan. Sebanyak mungkin sebelum tidur. Sebanyak mungkin di sela jeda.
Mungkin kamu sebanyak mungkin di before dan after aktivitasmu sendiri. Feels like we fight together, don’t we? Because our du’a (our left weapon) is the same—the istighfar :’)
Tapi, namanya juga manusia yang Allah berkahi keinginan untuk menemukan lebih banyak, ingin ada doa lain yang bisa diucapkan. Some of them are already popular—but in the process of finding them, personally it’s such a beautiful experience.
Salah satu yang akan aku tulis adalah doa yang awalnya aku temukan dari lagu—sebagaimana niatan tulisan ini dibuat adalah untuk berbagi mengenai doa ini.
Kalau sedang sedih, banyak lagu jadi terasa mendukung suasana sedih. Aku lupa tepatnya gimana bisa menemukan Healing – Sami Yusuf.
Here’s the link to the song: Sami Yusuf – Healing
Ini liriknya:
It`s so hard to explain
What I`m feeling
But I guess it`s ok
Cause I`ll keep believing
There`s something deep inside
Something that`s calling
It`s calling you and I
It`s taking us up high
Healing, a simple act of kindness bring such meaning
A Smile can change a life lets start believing
And feeling, let`s start healing
Heal and you will be healed
Break every border
Give and you will receive
It`s nature`s order
There is a hidden force
Pulling us closer
It`s pulling you and I
It`s pulling us up high
To Healing, a simple act of kindness brings such meaning
A Smile can change a life lets start believing
And feeling, let`s start healing
Hearts in the hand of another heart and in God`s hand are all hearts
An eye takes care of another eye and from God`s eye nothing hides
Seek only to give and you`ll receive
So, heal and you will be healed
And feeling, let`s start healing
Hold up, this song does not end here. Justru yang bikin pengen menangis itu bagian lagu yang pakai bahasa arabnya, di akhir.
Here’s what I thought:
When we are in pain, we get used to think that we have nothing—meskipun sebenarnya banyak hal yang masih kita miliki. Tapi, ya, terhalang pandangan kita untuk melihat hal tersebut. Karena perasaan tidak memiliki apapun itu, kita jadi merasa tidak bisa melakukan sesuatu yang lebih baik.
This song have a focus about giving—as an act to help ourselves. But I am in a mess. I have nothing good. I am all in pain. What do you mean by doing an act of giving?
And there it is, the words, 4 baris terakhir:
Perkataan yang baik adalah sedekah.
Senyum kepada saudaramu adalah sedekah.
Setiap hal yang ma’ruf adalah sedekah.
Lalu ditutup dengan doa:
Ya Allah, sembuhkan aku dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit sedikitpun.
✨✨✨
Setiap hal yang ma’ruf adalah sedekah. Kalimat itu cukup untuk bikin aku berusaha mampu untuk melakukan sesuatu. In my bare minimum situation, what kind of things I still can do? After I write the list, I often mumble myself those list in every morning so that I don’t let myself feel bad about me being sad in pain.
This morning, I just found out that the du’a, is part of Rasulullah’s shallallahu ‘alaihi wa sallam du’a :’ Tahu dari Yaqeen Institute
Tiba-tiba aku merasa sangat disayangi. Like, Allah tentu saja yang mewahyukan doa itu pada Rasulullah. Rasulullah adalah a human being yang sejak ribuan tahun lalu sudah saaaayang banget pada umat yang lahir setelah beliau meskipun belum pernah ketemu.
Seperti yang digambarkan Allah pada surat At Taubah:
My pain is his pain. And he wants the best for me 😭
Some of you who read this post may have known this du’a. I hope it stays beautiful in your heart just like the first time you know—the feeling that I have now.
Jadi, kadangkala aku menguatkan diri dengan menyetel lagu Healing – Sami Yusuf di tengah aktivitasku, atau sebelum aku harus keluar rumah. Kemudian mengingat bahwa salah satu bare minimum thing that I could adalah istighfar, feels really helpful to give a lil bit tranquility that I need.
I pray to Allah, may good things from Allah is seen by our eyes. May Allah Ar Rahiim protect and help us in such a beautiful way. Aamiin ✨
8 notes
·
View notes
‘Karitas’ is a spellbinding new composition by acclaimed British musician Sami Yusuf. It was recorded live at the Holland Festival in June 2022 and delivered with exceptional artistry by Cappella Amsterdam, the Amsterdam Andalusian Orchestra & the composer’s own ensemble. The work moves with intelligence and fluidity from Western choral music to Middle Eastern modes to the cadence of Andalusia.
Modes traverse boundaries from the distinctive Bayati Shiraz and Rast maqams to the aeolian. Subtly flowing rhythms & improvisation, entrancing solos on the Chinese erhu, oud, ney, violin, underscore the depth of the dialogue among traditions taking place here. Lyrics by Fuzuli, a 16th c. Azerbaijani writer known as a poet of divine love, are echoed here in the words of the 12th c. German mystic Hildegard of Bingen. Intoxicatingly beautiful mawwals take verses from the Andalusian poet Abul Hasan al-Shushtari (13th c.) and Abd al-Ghani al-Nabulsi, a 17th c. Syrian writer.
14 notes
·
View notes