Kumpulkanlah keping-keping rutinitasmu yang berserakan. Masukkan ia di dalam kotak kosong dalam jiwamu, lalu tutuplah dahulu.
Peluk dirimu sendiri, hela napas tanpa perlu berpikir panjang tentang hari esok. Untuk beberapa saat, tidak apa-apa menjeda dengan beberapa titik tanpa harus menawarkan koma sebagai tanda akan melanjutkan hari.
Tidak ada salahnya jika kau tutup dahulu relung hatimu yang lelah - jika kau kabulkan suara badaniahmu yang meronta ingin rebah.
Dengarkanlah dirimu. Ia sedang lelah. Tidak ada salahnya mengambil jeda sesaat dari liku-liku dunia ini.
Sayangi dirimu. Biarkan ia sejenak henti — istirahat dari hiruk pikuk dunia yang semakin memberatkan.
apa kabar?
lama nggak menyapa. bahkan rasanya lama nggak menulis di sini.
rindu, nggak usah ditanya. tapi rasanya untuk menyelam ke sini itu butuh waktu berlebih untuk diri sendiri. untuk membiarkan diri tak lagi peduli kata di sekitar, dan membiarkan diri menciptakan gelembungnya sendiri. untuk membiarkan diri nggak perlu lagi berinteraksi dengan banyak orang, sebab dengan diri sendiri adalah cukup yang sebetulnya penuh.
belakangan ini saya menyadari bahwa laju saya pelan-pelan melambat lagi. bukan atas perbandingan hidup dengan orang lain, tapi pada ritme saya yang sejak tiba di rumah, hanya dipenuhi angan, namun enggan beranjak dari ruangan. jangankan ruangan, bangun dari kasur atau sofa saja rasanya kelewat malas.
hingga pagi tadi, saya menangis.
karena hal sepele sebetulnya, dan nggak seharusnya merusak tatanan mood di pagi hari, namun ternyata sukses membuat saya kembali ke sini.
lucu ya, hidup bisa sebegitu lucunya membuat saya kembali sign-in di tumblr hanya perkara kelewat emosi, menangis, lalu merasa nggak ada yang pantas untuk dengarkan keluh kesah.
well, kata-kata Jackson Wang yang lewat di fyp saya kemarin memang sedikit mengenai inchi-inchi di antara jaringan lobus frontal. yang ujungnya membuat saya berpikir ulang, kalau saya sering kali berkata dibagi bebannya, dibagi ceritanya, dibagi sama orang yang ada di sekitar dan peduli. padahal nyatanya, semua itu hanya hal-hal yang nggak akan berlaku sama saya, sampai kapan pun.
nggak usah ditanya alasannya, karena ya sudah jelas bahwa satu orang pun nggak akan ada di sebelah di saat butuh. ya, mari kembali dimengerti lagi kalau setiap orang punya kehidupan dan masalahnya. yang menariknya, akan ada di saat saya juga butuh, padahal janji-janji tak pernah saya minta namun diberikan percuma, dan ya berujung sia-sia juga.
saya sudah bilang belum kalau hari saya penuh semenjak kenal serangan hallyu? meski ya beberapanya masih diisi oleh orang-orang terdekat. saya nggak pernah lagi merasa kosong, setidaknya ketika kosong hinggap, saya tahu ke mana harus mencari ramai.
tapi kemarin rasanya lelah sekali. escape saya kembali untuk temukan solusi di antara lelap. hingga terbangun menemukan orang-orang yang ternyata berlagak peduli, namun nyatanya abai dan ya punya kekuatan untuk selalu bilang mereka punya masalahnya sendiri. gapapalah ya, hidup memang harus dibuat sekuat baja, dan setegar karang untuk bisa tetap lanjutkan jalan.
memang ada baiknya saya bucin aja deh, ya! bucin sama para idol-idol yang terus memancing ide menulis. setidaknya, saya jadi punya alasan lagi untuk hidup, sebab ingin merampungkan tulisan saya di Elegi Renjana's Universe dan juga Mediatama's Universe.
say hello to another me di @am1905pm kalau begitu!
see you again as hujanmimpi,
karena saya mau rajin-rajin kembali di sini.
Dari balik kaca aku melihat langit yang terus menerus kelabu. Mengeluarkan rintiknya satu per satu. Membuatku terjebak
layaknya di penjara, tidak bisa kemana-mana hanya bisa
berlindung di balik pintu.
Namun, setelah di lihat-lihat, rintiknya memberikan asupan pada tanaman depan rumah. Membuat benihnya tetap hidup dan tumbuh.
Jadi hari ini aku mau bersyukur. Terima kasih Tuhan pemberian-Mu tidak pernah sia-sia meski dari pagi hingga sore langit tetap berwarna abu.
"Sepagi ini ada rindu yang sulit kujelaskan hadirnya. Ada harap yang terlampau tinggi bukan pada tempatnya. Ada angan yang semakin sulit untuk didekap. Dan sayangnya, masih saja kamu penyebab semuanya.
Hari ini nyelesain novel "Kala" karya @eleftheriawords @hujanmimpi dan tertegun dengan setiap plot yang disajikan.
Rasanya seperti membaca kisah sendiri, tolong. 😭 apalagi pas bagian dimana Kala udah bisa nerima realita bahwa memang love relationship mereka sudah selesai, tapi bukan berarti pertemanan mereka juga ikut selesai. Kala pengen bisa biasa lagi kek awal kenal Lara dulu.
Katanya, kangen ngobrol banyak-banyak, karena setiap orang pasti pernah ngerasain punya seseorang yang bisa diajak ngobrol kemana-mana tanpa khawatir tentang apapun, tanpa khawatir bakal nyakitin atau disakitin.
And, i feel that, gimana rasanya kangen ngobrol banyak-banyak dengan orang yang bisa diajak ngobrol apapun, bedanya si Kala beruntung disambut baik oleh Lara, sedang kisahku belum tidak.
“Hingga kemudian aku mulai percaya. Bahwa beberapa percakapan hanya akan menghasilkan tanya yang menggantung. Sebab tak segala cerita bisa diperdengarkan dan tak segala rasa bisa diungkapkan”
Saya pernah jatuh cinta begitu dalam. Dengan dia, seseorang yang melalui potret tangannya mampu mengantarkan saya pada cerita-cerita penuh rasa. Membawa saya pada satu titik penuh untuk menjadi utuh.
Saya pernah jatuh cinta dengan terlalu. Dengan dia, seseorang yang dari kedua manik matanya bisa saya lihat mimpi-mimpi yang coba diraih. Namun kerap disembunyikan karena ragu masih saja mendekap.
Saya pernah mencintai seseorang seperti itu. Mengenalnya dengan terlalu serta membiarkannya menjadi tahu akan kelamnya rahasia yang saya miliki. Saya mencintainya, hingga mungkin sampai dengan saat ini.
Saya mungkin masih mencintainya dengan sebegitu dalam, tapi saya menekan juga perasaan itu jauh-jauh. Agar tak terlihat, agar tak mengganggu. Saya memang bersembunyi atas rasa itu, dan saya tak ingin menuntut apalagi menyalahkan siapa-siapa.
Karena untuk saya sekarang, bahagianya dengan siapa pun adalah hal terbaik yang pantas untuk kemudian saya berikan senyuman. Karena untuk saya saat ini, membawanya pada satu masa di mana dia bisa percaya dengan kemampuannya, lalu berdiri tegak pada mimpi yang sudah lama dibungkam adalah sebuah kesempatan untuk kemudian pernah merasa begitu berarti baginya.
Kamu nggak perlu untuk selalu baik-baik saja seperti biasanya. Nggak ada salahnya buat istirahat sebentar dan kasih jeda. Kalau mereka nggak bisa mengerti, biar itu jadi urusan mereka.
“Karena memang kamu ada untuk dirimu, bukan hanya untuk mereka.” -hujanmimpi
Semua memang benar, akan ada masanya ketika kita tak pernah sadar, bahwa ‘Sang Sutradara' sudah memberi aba-aba, kita terlalu asik menuduh skenario dengan menyampaikan semua keburukan tokoh kita disini. Disisi lain, 'Sang Sutradara' menyiapkan seorang tokoh yang lebih baik, menuntun kita dalam peran yang sepantasnya.
Barusan gue nemu gambar itu di Instagram. Gue baca baik-baik dan gue berakhir dengan enggak baik-baik aja. Nafas gue terasa berat seperti mencari lebih banyak oksigen, nyesek.
Gue percaya kalo cinta itu kadarnya, dan cuma hati yang bisa jadi timbangannya. Gue yakin kita semua pernah ngerasa kalo seseorang tuh mencintai kita enggak sebanyak kita dalam mencintai mereka. Kita selalu dibuat bertanya-tanya "dia sebenernya sayang enggak sih" dan kita seolah-olah dibuat ragu, mungkin cuma pikiran kita aja, tapi mungkin, dia memang enggak sesayang itu.
Dicintai seseorang karena kita mencintainya duluan tuh, nyesek. Karena hal itu bakal membuat penerimaan dia terhadap kita enggak seluas penerimaan kita pada dia. Seolah-olah, kita harus terima dicintai karena dia hanya merasa iba atau sekadar menghargai, bukan dari perasaan yang timbul dari dalam hati.
Gue cuman berharap satu hal, semoga apapun itu, menuju hal-hal yang membahagiakan.