Tumgik
#duka
sastrasa · 6 months
Text
Sedihnya. Ketika melihat matamu, aku bisa melihat masa depan di situ. Sedangkan ketika melihat mataku, kamu melihat aku bagian dari masa lalumu.
- Sastrasa
26 notes · View notes
duniapetualangkata · 4 months
Text
Kau telah memberi terlalu banyak nama pada setiap kesedihan, sampai kita bingung harus mengingat yang mana.
Kau terlalu memberi banyak nama pada kesedihan, hingga kita bingung menulis apa pada lembaran pertama.
Kau samarkan segala duka di wajahmu, menopengkan senyum agar senang mereka yang mengenalmu.
16 notes · View notes
segudangpikiran · 8 months
Text
Dibalik ceria ada duka yang bersahaja. Ada canda tak bisa tertawa dan ada tangis yang tak mengeluarkan air mata. Bahkan ada cerita tanpa sepatah kata. Apalah yang tersisa di dunia ini. Yang ada hanyalah serpihan kenangan.
Selamat jalan buat rekan kerjaku, Mbak Vina yang sudah seperti sohib bagiku. Mbak Vina sudah sehat sekarang dan sakit yang dialami sudah berakhir. Kini, sedih rasanya bila melihat kembali foto bersama mbak Vina. Aku jadi teringat masa-masa nongkrong serta curhat bersama Mbak dan Puji, bersama-sama mengerjakan proyek dan juga ngopi bareng Puji. Saat ini, yang tersisa hanyalah kami berdua di dalam grup, Mbak. 🥲
Terima kasih, Mbak Vina atas kontribusi yang telah Mbak berikan untuk tim. Banyak hal yang ku pelajari darimu, Mbak. Salah satunya kegigihan Mbak dalam bekerja. Mbak yang juga selalu ceria walau terkadang suka kesal sama Puji dan aku sering menjadi pendengar dikala itu terjadi. Dibalik semua itu, hal itu menjadikan hari-hari berwarna untuk pertemanan kita di dunia kerja. Semoga tenang dan berbahagia di sana ya, Mbak. 🥲😭
8 notes · View notes
senantiyasa · 1 year
Text
Gadis Berhati Duri
Gadis itu menggiring secentong besar lara di dalam dadanya. Memakai centong itu, disiramnya bunga-bunga di halaman depan dengan air mata. Dalam sekejap, bunga-bunga itu tumbuh dewasa, tetapi runcing sekali batang, daun, dan akarnya. Tajam menusuk-nusuk kulit luar dan dalam si gadis hingga ia mengerang hebat tanpa suara. Tanaman itu yang tidak lagi ia sebut sebagai bunga, berkembang dengan sangat subur dan lebat. Daunnya makin lama makin runcing seperti siap menggores luka siapa saja yang lewat. Gadis itu juga tumbuh remaja, menggendong kawan setia yang ia beri nama duka. Makin tua ia, makin bungkuk badannya sebab kawannya itu terus-terusan menekan punggungnya. Gadis itu masih menggiring secentong besar lara di dalam sukmanya, sungkan mengakui bahwa ia tidak pernah sakit apa lagi tertusuk karena bunga-bunga itu tumbuh besar di hatinya.
7 notes · View notes
nalangrangkulbumi · 5 months
Text
Tumblr media
Bena
Peracik: Karmawiyata
Bena, aku datang kepadamu atas ego konflik memandu. Kali ini bukan karena panggilan atas napas yang kau bagi untuk keberlangsungan hidupku; bukan pula utang kayu ara. Aku datang untuk memupus angkara.
Bena, benar berita tentang bilah hatiku pergi selamanya. Pergi hanya tinggalkan utas gema dan bayangan. Suram lampu kuning dan aromanya mengendap di sudut ruangan. Udara rumah yang sering kurindukan kini berubah menyilukan. Tak ayal aku nyaris kehilangan moral. Aku takut berubah buas. Hingga aku berani membisukan, menikam, dan membunuh diriku agar tidak ada yang kecewa. Walau hewan itu sebenarnya terjebak di sangkarnya sendiri.
Bena, langkahku semakin berat. Aku kerap menemui terjal dan tanjakan curam. Mimpi-mimpiku adalah beban terberat dari semua yang kubawa. Sedangkan perjalananku masih lebih berupa aral melintangnya. Jika kupikul ia lebih jauh, ia akan menyakitiku.
Bena, mimpiku adalah satu-satunya bintang di langit yang aku ketahui nama dan rasinya. Pendar cahaya di rembang tengah hari dan petangnya. Bertahta tinggi menyundul langit tanpa apa pun yang mencapainya. Ia membuatku mendongak, berlari mengejar. Naif tangan si kecil meraup bias sia-sia. Barang pemberian mendiang kakek pun tersisihkan.
Bena, tolong bawa mimpi-mimpi ini tenggelam sedalam-dalamnya palung yang bisa kau sembunyikan. Jangan biarkan bulan sekalipun dapat menggapai keadaannya barang secercah sebesar zarah. Aku tidak mau lagi melanjutkan mimpi.
Bena, aku tahu pengorbananku tidak sebesar keberlimpahan alam yang kau berikan kepadaku. Ia hanya sekedar mimpi. Sekedar barang kebetulan berpendar. Aku tidak akan lebih payah membuang mimpi ketimbang ditinggal separuh hatiku. Harapanku telah pupus seperti jejak yang hilang dilimbur pasang. Biarlah aku linglung tanpa haluan. Biarlah lindungan angin membawaku entah ke mana. Pokoknya, aku harus terus berjalan.
2 notes · View notes
luapanrasa · 10 months
Text
Hidup tapi Mati
Setiap mendengar apapun yang berkaitan denganmu, dada ini begitu sesak. Air mata tak pernah mampu lagi terbendung. Walaupun raga ini hidup tetapi hati ini tampak mati.
Sekuat apa pun diriku, ternyata aku hanyalah makhluk lemah. Yang kuat hanyalah Dia Yang Maha Kuat.
Jika takdir dapat ditukar, mungkin aku akan meminta Tuhan untuk menukarkan ujung takdirmu dan takdirku. Sayangnya takdir Tuhan tidak demikian.
Sekarang yang harus ku lakukan hanyalah berusaha untuk ridla akan takdir Tuhan. Terpenting, yang harus ku yakini adalah apapun takdir Tuhan itulah takdir yang terbaik.
Sesempurna apapun skenario kita, skenario Tuhan adalah skenario yang paling sempurna.
Semoga apa yang seharusnya hidup akan tetap hidup selamanya dan tak pernah mati lagi. Amin.
4 notes · View notes
viviaramie · 1 year
Text
Aku tertimbun diantara tumpukan puing-puing bangunan.
Aku tak mampu mendengar apapun kecuali deru nafasku, dan do'a-do'aku kepada Tuhan.
Rasanya; dingin mulai menjalari tubuhku pelan-pelan, bergerakpun aku tak mampu lakukan.
Kini, yang kurasakan hanya dahaga, dan gelap yang aku tak tau dimana ada sumber cahaya.
Tapi aku tak sendiri, Tuhan pasti menemaniku melewati ujian ini.
Dan diantara sunyi yang sepi; suara abi dan umi tak mampu kudengar lagi.
Sajak ke - 25
15 notes · View notes
ruanguntukkita · 2 years
Text
Terima kasih
Dari setiap hujan yang datang,
terima kasih untuk selalu menyediakan tempat untuk berteduh,
yang pintunya tidak pernah dikunci,
ruangan kedap suara,
disediakan selimut tebal,
lengkap dengan musik relaksasi.
Aku, beruntung.
17 notes · View notes
cruelvirtualworld · 2 years
Text
0235
Baiklah mungkin ini waktu yang tepat – atau tidak – untuk aku menceritakannya. Tentang suka yang tiba-tiba. Tentang cita yang yang membara. Tentang duka yang berkepanjangan. Tentang luka lama yang lagi, lagi, dan lagi terbuka.
Rasa takut yang aku pikir sudah terkubur dalam-dalam dan menghilang ternyata masih ada, atau lebih tepatnya kembali lagi. Pada waktu-waktu seperti ini, sangat sulit untukku bersikap waras. Pilihanku adalah pilihan terburuk – mungkin – yang manusia miliki. Ya, menarik diri dari kehidupan yang nyata tanpa meninggalkan cerita. Dan lagi aku katakan, ya, itu adalah keahlianku yang paling buruk.
Hidup yang selama ini aku jalani dengan cara terbaik yang bisa dilakukan seorang manusia dengan segala rintangan di dalamnya ternyata membuat aku menjadi orang yang lupa. Sejak pertama berusaha menjaga kebijaksanaan, tanpa sadar aku sudah jatuh ke dalam palung derita yang sangat dalam. Ternyata aku ini hanya seorang yang pandai menyangkal. Ternyata aku tidak pernah menyelesaikan apapun untuk diriku. Menjaga pikiran, mejaga badan, bahkan menjaga kewarasan sudah dilaksanakan. Satu hal yang tertinggal, ternyata aku tidak pernah menjaga hati. Padahal aku selalu berusaha menikmati semua luka yang terjadi. Mungkin ini batasnya, mungkin aku sudah mencapainya.
Pernahkah kamu merasakannya?
Ayolah ceritakan padaku. Aku sudah rela bercerita tentang hal yang bodoh ini. Jadi jangan sungkan untuk bercerita padaku, siapa dan apapun itu.
Pernahkah kamu merasa dada seakan terbakar? Sekeras apapun kamu menepuknya, panasnya tidak hilang. Pernahkah kamu merasa menarik dan menghela napas saja tidak cukup? Bahkan ketika kamu lakukan itu, yang ada hanya membuatmu semakin lemas. Pernahkan kamu terbangun tapi tidak terasa seperti hidup? Pandangan yang kosong dan tidak bermakna, suasana hati yang hancur berantakan membuatmu tidak berselera makan apalagi tertawa. Percayalah, ini semua hal yang aku rasakan sekarang.
“Menangislah bila harus menangis, karena kita semua manusia.”
Lirik lagu itu selalu membuatku merinding, karena aku tidak bisa melakukannya. Apakah aku menjadi orang yang tidak memiliki perasaan? Percayalah jika menangis adalah tanda kita sebagai manusia, aku ingin bisa melakukannya.
Tapi aku masih bersedih. Apa itu membuatku tetap menjadi manusia? JIka iya, katakanlah. Aku memohon.
Tahun ini terasa seperti aku yang sedang menaiki wahana kereta yang berputar tanpa henti. Banyak hal besar yang terjadi. Mulai dari pencapaihan hingga kehilangan. Nyatanya setiap hal yang dilakukan selalu memiliki harga terbaik untuk dibayar. Jika tidak memiliki kemampuan untuk membayar, maka itu dianggap hutang, dan hutang akan terus mengejar hingga kematian datang. Aku membayar hutangku tiga kali di tahun ini. Mulai dari darah daging yang meludahi wajahku berkali-kali, kehilangan sosok seorang ibu, dan luka lama yang kembali dirobek oleh manusia yang tidak bertanggung jawab.
Tapi semua itu ada hikmahnya. Aku masih percaya selalu ada cahaya bagi yang mampu membayarnya, tentunya dengan gaya terbaik. Tujuanku sederhana. Seperti bisikan kalimat terakhir yang diucap oleh nenekku sebelum ajalnya.
“Aku berdoa semoga kamu selalu hidup bahagia, maka temukanlah, nak.”
16 notes · View notes
la-rasta-barbie · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media
3 notes · View notes
ceritaksara · 2 years
Text
Umur tidak ada yang tahu ya?
Malam ini, lagi lagi aku mendapat kabar duka. Setelah beberapa waktu lalu kabar suami Tante Ida meninggal. Mba Dila, ketua DPMU UAD meninggal dunia. Semoga amal ibadah almarhumah diterima di sisiNya. Amiin..
Seketika aku merinding. Bukan hanya karena sedih almarhumah meninggalkan kita semua. Ini benar benar menjadi peringatan untuk kita. Bahwa memang nyata, umur itu tidak ada yang tahu. Kematian itu tidak ada yang tahu kapan terjadi. Yang jadi pertanyaan, apa kita sudah cukup siap untuk menghadapi kematian?
Aku, pun tidak tahu kapan aku mati? Apa beberapa tahun lagi, atau beberapa bulan bahkan besok. Tidak ada yang tahu! Kita tidak bisa mengubah waktu tersebut, tapi kita bisa ubah cara seperti apa yang kita inginkan untuk menyambut kematian. Bayangkan, disaat sudah dicukupkan Allah waktu kita hidup, tapi ternyata amal kita belum cukup, bisa apa kita? 🥺
Untuk siapapun yang membaca, aku mau aku, pun dengan kalian. Kita sama sama ingat lagi tujuan hidup kita di dunia itu untuk apa? Illa liya'buduun... Iya aku tahu, mungkin kita sama sama sudah khatam dan bosan mendengar ayat itu. Tapi ternyata kita belum sepenuhnya menjalankan hakikat kita.
Hidup itu benar benar singkat, kalau kita terus penuhi hidup dengan kesenangan dunia, galau, cari kebahagiaan, cari ayang, cari kekayaan, cari karir, cari semua duniawi, itu bukan tujuan hidup kita. Ayok bareng bareng sama aku, kurangi hal yang tidak membuat amal kita bertambah. Di kuburan itu, kita cuma butuh amal, kalo amalnya kurang ga bisa juga minta tetangga🥺
Aku jadi keinget..
Lagu yang bunyinya. Berkata tangan kita tentang apa yang dilakukannya. Berkata kaki kita kemana saja dia melangkahnya..
Aku takut, aku takut kalau suatu saat tanganku hanya berkata dia digunakan untuk scroll tiktok berjam jam, buka shopee cari diskonan, nonton film, ga bisa lepas dari hape, chat chat ga penting sweet sweetan sama ayang, ketimbang banyak pegang Al-Qur'an, nyapu ngepel bantu kerjaan orangtua, belajar baca dana sebagainya, bantu bantu orang yang membutuhkan.
Aku takut, kalau kaki ku berkata dia lebih banyak digunakan untuk ke tempat tongkrongan berkedok rapat, ke tempat hiburan sampai obsesi mencari kebahagiaan, ke mall, cari diskonan, cari spot foto buat ootd, cari hal hal yang berbau eksistensi dunia, ketimbang ke masjid atau ke tempat berkumpul sama orang orang untuk belajar. Ke tempat tempat sosial.
Itu baru kaki sama tangan, belum yang lain. Aku takut telingaku mengadu dipakai buat dengar lagu terus terusan, atau dengar ghibahan. Sampai sampai ayat Qur'an keindahannya terasa hilang.
Aku tidak mengatakan yang diatas itu semua haram. Tapi,, apa itu yang kita tabung untuk mengumpulkan amal? 🥺
Rasanya, aku tidak perlu lagi memohon banyak banyak untuk dipanjangkan waktu hidup di dunia. Ada hal yang lain yang lebih ingin ku minta, dicukupkan amalnya saat waktu itu tiba🥺 dan diberi keberkahan atas semua yang dilakukan. Aku mau meninggalkan dunia dengan tenang, mengembalikan ciptaanNya sebagaimana sesuci pertama kali kita datang ke dunia. Iya, terutama hatinya, bersih, dri iri, dengki, benci, menjudge orang dan sebagainya.
Aku takut, meninggal dalam keadaan buruk seperti hatiku saat ini. Hati kosong, orientasi dunia, dan segalanya. Padah meninggal itu, sesuai dengan kebiasaan kita. Aku takut meninggal dalam keadaan tidak baik, dalam keadaan foya foya dana sebagainya. Coba, bayangin deh. Seandainya tiap hari hidup kita penuh dengan nafas kebaikan. Kita ga perlu lagi takut mau diambil nyawa kapan aja! 🥺
Untuk aku, dan kita semua. Semangat menabung amal sebanyak banyaknya. Sampai kita bisa hidup tenang, kapan pun diambil nyawa kita🥺
Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah
Ampuni dosa dosa kami ya Allah...
Sekali lagi, Innalilahi wainnailaihi ilahi raji'un,,
Semoga almarhumah ditempatkan di tempat terbaik dan amal ibadahnya diterima di sisiNya..
5 notes · View notes
sastrasa · 6 months
Text
Sulit untuk tetap berteman denganmu dalam rasa suka yang berlebih-lebihan. Aku enggak bisa. Sepertinya satu hal yang paling tepat adalah menjadi pengagum rahasiamu, dalam diam, dari kejauhan. Sambil belajar melepasmu pelan-pelan.
- Sastrasa
Masih untuk Aritifical Intelligence.
15 notes · View notes
samuderafajar · 2 years
Text
Dari ratusan orang yang kukenal,
Hanya beberapa yang tetap tinggal
Yang kukhawatirkan kini tak terelakkan
Entah darimana datangnya haluan
Kubertahan,
Karena masih percaya keajaiban
Adalah batu yang kan berlubang oleh setiao tetesan
Adalah kompas yang segera menemukan arah angin malam
Adalah nahkoda yang mengetahui bintang perjalanan
Padahal, semua semapat keras kepala batu
Kencang angin musim baru
Gelap langit malam kelabu
Menembus pilu pada kecewa yang bertalu
Mungkin, ini bukti dari penjelasan yang menyatu
Bahwa ekspektasi dapat mengantarmu oada ragu
Revisi 09 06 21
5 notes · View notes
dinaandme · 12 days
Text
Tiada sedih, tiada duka, fokus.
0 notes
rizkamelialf · 3 months
Text
Keberadaan
Kursi yang selalu ada pemiliknya itu tiba-tiba saja kosong.
Sosok yang selalu duduk di kursi itu, di balik meja dengan banyak sudut, dengan segelas teh di pagi hari atau pun sepiring nasi di siang hari, tidak lagi terlihat pada pagi ini.
Kemudian pada siangnya,
pada malam harinya,
atau keesokan paginya.
Ditunggu pun, sang pemilik kursi tidak pernah kembali lagi.
Feb 4, 2024.
0 notes
squidlive · 4 months
Text
Sudah lama rasanya tak menulis, 2023 ini berisikan rentetan peristiwa yang membuat diri jauh dari apa yang disebut dengan hidup.
Banyak tanda tanya, banyak kalimat tanya yang diri ini bertanya. Aku di persimpangan dengan jalan belum pernah ku jajah. Malam, gelap, lampu jalan warna kuning dengan kondisi yang kadang padam. Hujan dengan kilatan petir, langit bergemuruh, tak ada jeda tenang. Kekosongan, kehampaan yang masih setia, kesedihan yang sering bertamu tanpa berkirim pesan terlebih dahulu.
Aku masih diruang yang sama. Di ruangan kosong dan jeritan yang bergema memekikkan telinga. Terbiasa.... Aku benar-benar terbiasa bahwa ini hal yang biasa. Ini normal, sangat-sangat normal namun sakit.
Aku merawat kebahagiaan namun milik orang lain, milik mereka yang aku rawat dengan perasaan sayang. Sesekali kebahagiaan itu menjangkit namun sementara, rasa itu tak pernah betah. Pergi tanpa pamit tanpa berkabar kapan singgah lagi.
Aku mendamba kepada tuhan untuk bertemu dengan dia yang mustahil hadir kembali. terdengar angkuh, namun sesaat di mimpi, rindu ini pasti terbayar sudah.
1 note · View note