Tumgik
koniginderrosen · 13 days
Text
Doa Seorang Gadis
Aku akan terus berdoa
sebab tidak bisa begitu saja
menghubungi-Mu bertanya
melalui telepon, ya Tuhan
Sungguh aku ingin tahu apakah
di antara ramainya hari kemenangan
aku sudah menang; melawan kehidupan dan
memaafkan diri sendiri atas semua kegagalan
Di akhirat nanti, aku takut, ya Tuhan
jika salah satu malaikat bertanya siapa
yang paling menyakitiku di muka bumi dan
saat itu aku ingat satu nama tanpa senapas jeda
Belum bersih hati ini jika masih
banyak titik hitam dan aku tenggelam
dalam bayangan kelamku sendiri padahal
malam yang lebih dari seribu bulan telah kulalui
Aku tidak lelah berdoa walau berlimpah ruah dosa
karena jika aku mendekat, Engkau lebih dekat;
pula kepada para pendosa Engkau tetap
menyapa dengan penuh kasih dan cinta
Bukan hanya lidah dan penciumanku
yang seperti bayi, jiwaku pun ingin kembali
murni bak kertas putih, sebening embun pagi
di hadapan-Mu, di hadapan-Mu, di hadapan-Mu
Sumedang, 13 April 2024
0 notes
koniginderrosen · 1 month
Text
Menjauh Darimu
"Kenapa Bandung?" tanya mereka.
Aku punya serangkaian jawaban, bahkan
jika kau tidak pernah sekali pun menanyakan;
tentu saja, kau sudah menjalani indah kehidupan
Aku menjauh darimu sebab di Bandung
tidak perlu aku melihat tingginya gedung
yang di dalamnya ada kau; awan mendung
berjajar di balik jendela kaca mengungkung
Hati yang kecil ini tidak sanggup berkelahi
dengan kota sebesar itu, dengan kenangan
selekat itu, dengan lalu-lalang kendaraan
yang di salah satunya kau mengemudi
Lebih baik aku yang pergi agar tak menyusahkan
karena selama ini aku hanya merepotkanmu, bukan?
Kau terlalu sibuk untuk sekadar memberi waktu bagiku
untuk menjelaskan; lebih baik pergi tanpa mengingatku
Masih aku tertatih-tatih membuangmu dari kehidupan
dan menghadapi kenyataan. Masih aku melihatmu
di bayang untaian imajinasi masa depan. Namun,
kini kata-kata sudah tidak berguna lagi. Tidak.
1 note · View note
koniginderrosen · 2 months
Photo
Tumblr media
Finding Love - Terbit di Lentera App (on Wattpad) https://www.wattpad.com/1423914011-finding-love-terbit-di-lentera-app?utm_source=web&utm_medium=tumblr&utm_content=share_reading&wp_uname=KoniginDerRosen 
0 notes
koniginderrosen · 5 months
Text
Rasi Itu Orion
Langit luas membentang
hamparkan juta bintang
dan di bawahnya telentang
insan yang pernah hilang.
"Rasi itu Orion," ujarku menunjuk
ke tiga bintang biru yang membentuk
angka satu; Alnitak, Alnilam, Mintaka.
Katamu, "Iya, aku tahu. Lalu apa?"
Tentu saja kautahu, kau selalu tahu,
tetapi tetap aku mengucap, "Coba jawab,
satu tambah satu sama dengan?" Tanpa ragu
kau menyahut, "Jendela." Aku kontan tertawa.
Kau pintar dan aku harus sabar. Kubilang, "Dengar.
Rasi itu Orion. Di sana." Jariku mengarah ke cakrawala, menggambar.
Matamu tak lepas dan kau berpikir keras. "Iya, bukankah jawabanku benar?"
Bukan itu sebenarnya maksudku karena perihal rasa, tidak ada salah atau benar.
"Sekali lagi, ya," ulangku takingin kehilangan
detik-detik yang terasa selamanya ketika bersamamu,
"satu tambah satu?" Bibirmu hampir memberikan jawaban yang kuartikan
sebagai "dua", hingga aku melengkapi, "Tambah empat tambah sepuluh."
Tahukah kau bahwa tatkala sedang mempertimbangkan
sesuatu, wajah yang kentara serius itu kerap kali menarik perhatianku? Bukankah
angin saja setuju dan berlomba mengamini segala angan dan segenap inginku? Kau akhirnya
menatapku dan aku mengalihkan pandang pada bintang-bintang sebab jawabanmu benar, "Tiga."
Astaga. Kepada Orion penjaga surga, tolong jaga dia kapan dan di mana pun dirinya berada, batinku.
"Sekarang giliranku," balasnya setelah berdeham di tengah hening malam, "lihat ke sana, arah Utara."
Netra ini menatap tangannya dan aku mengutarakan, "Kasiopeia, bukan?" Ekspresi nanar
tak bisa kausembunyikan, tetapi toh, kau lebih pintar, pikirku.
"Benar juga, kau yang cemerlang pasti tahu itu Kasiopeia, tetapi dari rasi bintang
yang tak terbilang, tahu tidak kenapa aku mau kau melihat konstelasi berbentuk huruf W itu?"
Aku mencermati letaknya dan menerka-nerka, "Karena posisinya yang mengarah ke bawah?"
Sumpah, otakku payah jikalau berurusan dengan teka-teki yang bukan angka; rasanya seperti kena kutuk.
Kau menghela napas, menegaskan, "Seperti kau. Kasiopeia itu seperti kau. Asal kautahu saja."
Memangnya dari mana aku bisa tahu? Lagi pula, apakah itu yang kudapati dari kerut di sudut
mulut dan matamu; kau menahan tawa? Aku memberengut sembari bertanya, "Kenapa memangnya?"
Tawamu lepas sampai kemudian bergegas menjelaskan, "Ratu Angkuh, nama Kasiopeia, tetapi kau--"
"Apa?" selaku beringas. Mungkin kaulupa kalau seorang raja seperti kau juga sombong,
tetapi waktu kaubilang, "Angkuh pada siapa pun, kecuali aku. Tak terjangkau siapa pun namun
bagiku kau mudah dikenali", aku seperti tong kosong yang hanya bisa terbengong-bengong.
Kau menikmati permainan, melanjutkan, "Kalau tiba-tiba ada bintang jatuh, apa permintaanmu?"
"Pertama, bintang tidak jatuh; itu meteorit," bantahku lantang.
Kau tersenyum menanggapi, merasa tertantang. "Kedua," sambungku,
"aku tidak akan meminta apa-apa." Bukan kau namanya bilamana tidak bertanya, "Kenapa?"
Bagaimana caranya memberitahumu bahwa kaulah sebuah permintaan yang kini kumiliki itu?
0 notes
koniginderrosen · 6 months
Text
Kau Tidak Baik
Kau tidak baik, sungguh aku
mengutuki kau yang tidak baik
untuk kesehatan jantungku. Kau
betul-betul terkutuk--aku benci.
Ketika tiba-tiba sepasang mata ini
menemukan seraut wajah yang mirip
denganmu, detak jantungku berhenti
satu detik, dua detik, tiga detik, ....
Mengikuti arahnya berjalan, debaran
dalam dada tidak ada santainya sama
sekali. Sial, bukan? Tidak mungkin itu
kau, tetapi bagaimana caranya aku tahu?
Lalu duduklah dia di sebuah meja, di samping
seorang wanita. Tersenyum pula dia tatkala
menatapnya. Jantungku sudah tidak pada
kondisi sehat, lebih baik diganti, ditransplantasi.
Oh, tetapi tunggu. Dua anak kecil berlarian
ke arah mereka. Saat dia menoleh dengan
sempurna, tanpa sadar kuembuskan napas
setelah tertahan sekian lama. Tentu saja bukan.
Bukan kau. Memang tidak mungkin kau.
Di hadapan hujan, aku tertampar; di luar nalar.
Di bentangan kaca, petir berlomba menyambar,
kilat dan langit memainkan cahayanya yang silau.
Kau tidak baik, tidak pernah baik
untuk jantungku yang sudah terbelah
dan tak laik. Kendatipun kini aku telah
membaik, kau takkan kembali melirik.
2 notes · View notes
koniginderrosen · 6 months
Text
Mereka Bertemu Kembali
Malam yang hujan dan aku sendirian
di tempat tanpa seorang pun kukenal.
Hampir saja pesanan antar kubatalkan,
tetapi lelaki itu datang bersama pengalaman.
Dia bercerita bahwa dahulu pernah mencintai seorang puan
yang nahasnya terpisah dengannya karena sebuah perjodohan.
Tentu bukan hal yang mudah, tetapi hidup harus terus berjalan
dan lelaki itu bergerak maju, kehilangan daya dan kesempatan.
Siapa sangka, katanya menyambung, takdir berkata lain
hingga mereka bertemu kembali; sang puan dan lelaki itu.
Pertemuan kedua, setelah keduanya menjalani dunia masing-masing;
sebelumnya, pertemuan mereka adalah di gedung tempat mengais hidup.
Kupandangi mata lelaki itu yang berbinar melalui kaca spion;
masker yang dikenakannya tak dapat sembunyikan senyuman.
Hampir kubilang, "Aneh sekali cara cinta bekerja" untuk merespons.
Namun, tak jadi aku bicara, kalimat itu tertelan deru kendaraan.
Pada akhirnya, aku hanya berkata, "Unik, ya, ceritanya." Lelaki itu
pun tertawa. Dia bertanya kapan aku lahir dan berapa usiaku, lalu menanggapi, "Itu
waktu aku belum bertemu dia. Sekarang kami bersama dan aku lebih dari lima puluh."
Setelah sampai, aku melambai. Apakah yang belum selesai, akan berujung temu?
Tangerang, 3/11/23
1 note · View note
koniginderrosen · 7 months
Text
Beri Tahu Aku
Kelak, jika kau memintaku
mengatakan cinta, aku akan
mengelak dari permintaanmu
yang satu itu. Kautahu kenapa?
Tidak akan ada satu kata
itu lagi nanti, di antara kita.
Tidak. Apa lagi guna kata-kata?
Menyayangimu, tetapi sudahlah.
Kau tidak pahami itu. Tidak pernah.
Aku tidak mengertimu, tidak pernah.
Beri tahu aku cara menyampaikan
apa yang seharusnya tersampaikan.
Sudah habis pena terkikis, tetapi
waktu bergulir dan aku senantiasa
menanti seperti perasaan tak habis
seolah-olah kau masih kepadaku.
0 notes
koniginderrosen · 7 months
Text
Yang Penting Hidup
Aku tidak peduli
kalau kau tak lagi
peduli, tetapi
aku tak bercanda
kala mengatakannya--
kau tidak mengerti.
Aku berlepas diri
dari segala benci
darimu. Yang penting:
kau hidup.
Itu cukup--
sungguh.
1 note · View note
koniginderrosen · 7 months
Text
Bagaimana Caranya Mengalihkanmu dari Segenap Pikiranku?
Aku tidak tahu. Bodohnya. Betapa sial dan menyebalkan. Kalau saja aku memiliki lampu jin Aladdin, tentu aku tidak harus dibuat pusing oleh segala perkara tentangmu ini. Tiga permintaan dan segalanya akan berakhir--bahkan sejak permintaan pertama.
Kau pernah bertanya, bisakah kau memiliki sebagian saja dari diriku? Oh, betapa kau tidak akan pernah bisa membayangkannya. Kau tidak tahu aku sudah ada di sana, menyaksikanmu, mencermatimu, menyimpanmu di benakku. Kau telah mencuri perhatianku sejak hari pertama.
Sekarang, tetapi, aku merasa semuanya berubah menjadi sebuah petaka. Kutukan macam apa yang menimpaku hingga purnama telah hilang dan kembali beberapa waktu, tetapi kau tidak hilang juga tidak kembali? Karena itu, aku harus mengajukan tiga permintaan.
Pertama: tolong berhenti mondar-mandir di kepalaku, apalagi berani-beraninya menetap di hatiku. Bagaimana caranya mengalihkanmu dari segenap pikiranku? Kaupikir aku tidak pernah mencoba? Kaukira selama ini aku diam saja? Betapa pun aku berusaha, hidupku mungkin memang akan selalu menjadi serangkaian kegagalan. Telah kucoba segala, tetapi tentu saja berujung gagal.
Kedua: bisakah kau tidak usah mengingatku lagi jika memang tak berniat untuk kembali? Jangan sampai, sedetik pun, aku ada di satu bagian memorimu. Kalau bisa, format saja otakmu sebagaimana aku ingin melakukannya pada otakku. Kau harus terus maju dan jangan sekali pun melihat lagi ke arahku. Jangan. Jangan sampai kau menoleh ke belakang dan mendapatiku selama ini selalu memandang punggungmu yang menjauh.
Ketiga: beristirahatlah, demi apa pun, tidurlah agar kau tidak selalu terjaga lalu masuk dan keluar dari mimpiku. Ini tidak adil, kautahu? Seolah-olah memasuki hidupku masih belum cukup, kau juga bertingkah dengan hadir di mimpi malamku. Katanya mimpi adalah bunga tidur, tetapi kau? Kau memekarkan semua bunga yang sudah ada. Kupikir kau tukang kebun; menunggu sepanjang malam dan muncul saat daun menjatuhkan tetes pertama embun.
Seharusnya aku dapat meminta dengan cara yang lebih baik; aku selalu membuat kesalahan karena bukan komunikator yang baik dan penuh keramahan. Aku bahkan tidak tahu kapan perasaan ini akan sampai, apalagi selesai. Jadi, atas nama keterusterangan, aku akan memberikanmu sebuah jawaban: aku membutuhkanmu. Aku mengatakannya bukan demi mendapatkan yang sama darimu, melainkan untuk memastikan kautahu itu.
0 notes
koniginderrosen · 7 months
Text
Silogisme
Jika kukatakan kepadamu cinta
Maka apakah aku kurang ajar?
Aku tahu jawabanmu
p = aku pencinta kata(-kata)
q = kata favoritku adalah kau
Kautahu maksudku
0='tidak'
1='ya'
value='?'
17/9/23, 02.20
0 notes
koniginderrosen · 8 months
Text
Maka, Pergilah
Nadimu masih berdenyut
di lenganku; betapa lembut.
Namun, jiwamu sudah jauh
mendekati yang tak tersentuh.
Melintang tahun kau tak pernah alpa
bertanya dan aku hanya tersenyum
menjawab, tanpa banyak berkata-kata;
aku tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu
Setelah wajah terakhirmu kupandang,
malam-malam dalam bayang-bayang
aku berbicara padamu, tetapi tidak
bisa berharap apa-apa; cukup sudah
Aku pernah patah, tetapi kau tak jua
menyerah. Sudah saatnya beristirahat
sebab kurasakan betapa kau merasa lelah;
kehilangan bukanlah perkara mudah.
Maka, pergilah. Berjalanlah dengan tenang
menuju kekasihmu, anakmu yang sepasang.
Kaulah yang paling tabah; hujan air mata
tidak pernah membuatmu sedikit pun goyah.
Maka, beristirahatlah. Mereka merindukan
kehadiranmu, mereka ingin bertemu dengan
dirimu, sebagaimana kauingin bersatu
dengan mereka yang mendahuluimu.
3/9/23
2 notes · View notes
koniginderrosen · 8 months
Text
Sewindu Sepeninggalmu
sewindu sudah dan aku baru menyadarinya; belum
cukup berduka aku sejak berdiri untuk kali terakhir menyaksikanmu
tidak pernah kutahu sepi sampai tak kudengar lagi
denting sendok yang mengaduk kopi dari tanganku sendiri
asap rokok yang membubung di depan mataku sehari-hari
kecipak air yang mengguyur tubuh kukuhmu
tegak berdiri engkau tiap fajar tiba di ambang ketidaksadaranku
aku terbangun dari kantuk oleh langkahku yang terantuk-antuk
katanya bangun siang akan membuat rezeki oleh ayam dipatuk
tetapi kalau itu bisa menyelamatkanku dari mimpi buruk
mengapa aku harus patuh toh hari-hariku sudah terkutuk
seolah-olah kehilanganmu belum cukup membuatku terpuruk
ingin aku melepas semua dan tergugu-gugu sepuasnya;
berteriak kencang agar perih ini lekas hilang karena engkau akhirnya pulang
tanpa membawa apa pun selain warna putih dan harum namaku semerbak bunga
yang ditinggalkan untukku adalah sebuah kerajaan dengan berlembar-lembar papirus untuk kuurus
berkotak-kotak suara untuk kudengar tanpa bosan
padahal suaramulah yang senantiasa merdu
dan aku tiba-tiba menjadi ratu
bukan lagi aku seorang putri seperti
yang selalu engkau puji; perempuan suci yang engkau harapkan jadi dewi
orang bilang kita akan lupa suara mereka yang telah tiada setelah tujuh tahun berlalu
namun ngiangmu memanggilku masih dan selalu, tidak ada yang lebih membuat pilu
dari apa pun yang mengingatkanku padamu hingga lidahku kelu dan tidak bisa memanggilmu
aku juga ingin pulang; sewindu sepeninggalmu, aku malah menjadi batu
yang mengambil seluruh kukuhmu, menyesap kopimu, menunggu
asap rokok meliuk-liuk di depanku hingga tengah malam tiba dan aku masih terjaga
aku terlalu menyerupaimu; kupikir dahulu saat mereka berkata aku adalah salinanmu, yang mereka maksud adalah rupaku
tetapi kini di ambang kesadaranku, makin serupa aku denganmu
beri tahu aku bagaimana engkau menjalani hidup dan tetap berbelas kasih
sebab kini, di dunia yang kejam ini, belas kasih laksana barang langka yang hanya segelintir punya
ajari aku seperti apa engkau dahulu mengais karunia Ilahi sehingga pada batas usiaku
saat ini engkau telah menjadi seutuhnya manusia, bahkan
menciptakan kehidupan baru yang penuh cinta
sewindu sepeninggalmu, kusadari seberapa besar upayaku untuk menanggalkanmu
dari dukaku, engkau bersemayam dalam mimpi dan berdenyut
di inti jantungku; engkau tahu sesungguhnya aku tak pernah mau
sedetik pun jauh darimu dan pada saat-saat itu, pada waktu itu,
engkau selalu tahu aku paling membutuhkanmu, lebih dari apa pun
16/8/23
0 notes
koniginderrosen · 9 months
Text
Tumblr media
It's my 7 year anniversary on Tumblr 🥳
1 note · View note
koniginderrosen · 9 months
Text
Tidak Ada
Ada siang, ada malam.
Ada matari, ada candra.
Ada gerhana antara dua.
Ada aku dengan seluruhku.
Ada kau dengan segalamu.
Ada kata antara kita. Namun,
kita telah tiada.
Tidak ada kita.
Tidak ada.
8/8
1 note · View note
koniginderrosen · 9 months
Text
Menjelma
Mendengar namamu disebut dengan
nada ramah seolah-olah kau satu-satunya
membuatku mematung, terpasung,
membisu, terpaku, membeku, membatu.
Satu kabar baik hari ini:
Kata-kataku menjelma--kepada Adimas
kuperkenalkan kau yang jauh di seberang sana
tetapi melekat di kedalaman hati, takkan mati.
Sumedang, 29 Juli 2023
4 notes · View notes
koniginderrosen · 11 months
Text
Adakah yang Masih Bisa Kata-Kata Lakukan?
Harusnya kita tidak pernah berkenalan. Apakah menurutmu juga begitu? Apakah harusnya waktu itu kita sama-sama keras kepala? Aku tetap tertutup dan kau memilih pergi menjauh. Apakah ketika itu kita sudah tahu bahwa jika berkenalan, akan berakhir dengan tumbuhnya rasa sayang? Bukankah orang-orang bilang “tak kenal, maka tak sayang”?
Apa yang kupikirkan tatkala itu hanyalah bahwa aku telah sadar kaulah kata-kata yang tak terucap. Segalanya menjadi jelas dan aku tidak ingin kehilangan satu-satunya kesempatan. Kautahu? Aku sempat mengira jika semuanya tidak mungkin terjadi. Kau terlalu indah untuk dijadikan kenyataan. Aku telah membiarkanmu menjadi angan-angan.
Lalu apa yang kaupikirkan saat itu? Kau bisa saja pergi, bukan? Kau bisa saja berhenti. Tidak ada masa depan untuk kita, tidak ada yang kita miliki selain satu momen itu; satu waktu kita berbagi tawa tanpa saling tahu. Mungkin harusnya kita tidak pernah bercerita lebih banyak agar tak harus mengingat banyak.
Adakah yang masih bisa kata-kata lakukan, saat semuanya tak akan pernah bisa kaudengar? Kita tidak bisa lagi berbagi cerita dan tawa, tidak ada lagi tebak-tebakan, tidak ada lagi karakter yang hilang.
Adakah yang masih bisa kata-kata lakukan, jika kau menolak untuk ditemukan? Kau menghindar dan memutuskan untuk memisahkan dunia kita sedemikian rupa. Kaukah yang jauh lebih terluka? Aku ingin berhenti mencarimu, tetapi hati ini tak pernah mau berhenti peduli.
Adakah yang masih bisa kata-kata lakukan, manakala tidak ada cara yang membuatnya bisa sampai kepadamu? Upaya macam apa yang harus kukerahkan agar kita bisa berhadapan; berbicara dan mendengarkan? Aku amat ingin mendengarkan apa yang kaurasakan. 
Seiring roda kehidupan berjalan, aku ternyata sebahagia itu melihat kau kembali ke permukaan. Jangan tenggelam terlalu dalam. Jangan lagi menghilang. Tidak apa-apa jika kita tidak bisa lagi memiliki kesempatan. Mungkin memang tidak ada lagi yang bisa kata-kata lakukan untuk kita. 
Aku hanya ingin kautahu bahwa keberadaanmu di dunia ini, bahwa kau masih bernapas, bahwa kau masih menapakkan kakimu, bahwa kau masih menjalani harimu, bahwa kau masih berdaya dan jantungmu masih berdetak sempurna; semuanya sangat berarti bagiku. Biar aku yang tenggelam, biar aku yang menghilang; kau jangan. Biar aku yang tiada, kau harus tetap ada.
2 notes · View notes
koniginderrosen · 1 year
Text
Sesaat Sebelum Terlelap
Bintang saling mendekap
menyatu ramai gemerlap
mata menangkap gelap;
waktunya diri tidur lelap.
Sudah sampai aku pada
tempat menginap setelah
kaki ini menapak jejak yang
di sini langkahmu berderap.
Lelah, ucapku berkali-kali,
tetapi belum juga aku ingin
menyerah. Padahal, kata pisah
menggema bersama keluh kesah.
Kasur yang empuk rupanya
meninabobokan imaji-imaji
tentang kita yang suatu hari
memupuk mimpi, berupaya.
Akan tetapi, cermin di kamar
mandi menyadarkanku bahwa
kita hidup di dunia berbeda; bahwa
kita bukanlah sepasang yang wajar.
Memang semua lebih masuk nalar
jika kita berantakan--jalan berlubang
bahkan sopir tegas menolak antar
kemudian aku tanpa aba-aba terbuang.
Kepalaku menatap sekeliling ruang--
lampu meredup nyaman dan suara
di layar kaca mengisi kekosongan;
rasa aman terkadang mematikan.
Kubongkar dan kukeluarkan semua--
cerita kita, kenangan kita, usahamu,
perjuanganku. Tidak ada lagi suaramu,
pesanku, gambarmu, pertanyaanku jua.
Sesaat sebelum terlelap,
sekelebat tentangmu hinggap.
Sesaat sebelum terlelap,
selamanya kuingin kau menetap.
Namun, kau jauh, bagi diriku
yang hanya miliki empat bintang,
padamu sungguh bisa kuberikan seluruh,
kecuali satu; selamanya ia tinggal di namaku.
6 notes · View notes