Tumgik
#menara
moonyedits · 11 months
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Headers Menara (Terra e Paixão)
Menah (Camilla Damião) e Mara (Renata Gaspar) são um casal lésbico da novela “Terra e Paixão” (Globo - 2023)  💖🌈
curta/reblogue se pegar
crédito no twitter: @/wegjesuita
7 notes · View notes
lospelic4nos · 5 months
Text
Tumblr media
1 note · View note
elirey88 · 7 months
Text
Brolly @ Menara Felda, Persiaran KLCC
Tumblr media
0 notes
sheltiechicago · 8 months
Video
Petronas Twin  Towers, Kuala Lumpur, Malaysia
flickr
Petronas Twin Towers, Kuala Lumpur, Malaysia by Jochen Hertweck
0 notes
meitybootz · 9 months
Text
Monumen Nasional
Tumblr media Tumblr media
Monumen Nasional | Monumen Nasional atau yang disingkat dengan Monas  adalah monumen peringatan setinggi 132 meter yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Belanda. Pembangunan dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Soekarno dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia.
Ide awal pendirian Monumen adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo. Setelah pusat pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali ke Jakarta yang sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950, dan menyusul pengakuan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1949, perencanaan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan Menara Eiffel dibuat di lapangan tepat depan Istana Merdeka. Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi penerus bangsa.
Pada tanggal 17 Agustus 1954, sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan Monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Friedrich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia yang dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Soekarno. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke dalam rancangan monumen itu.Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan Soedarsono yang mulai dibangun pada 17 Agustus 1961.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961, 1962–1964, 1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 - 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto. Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali pergantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas di dalam taman.
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi, Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif serta melambangkan malam hari. Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air pancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan dari Konsul Jenderal Kehormatan untuk Dr. Mario di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia, masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau, menampilkan sejarah Singosari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut.
Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam.
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia, mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Soeharto.
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas dan bendera merah putih dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Soekarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945.
Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebuah lift (elevator) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI, 17-8-1945.
Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
0 notes
duygumassol · 9 months
Text
Brolly @ Menara Felda, Persiaran KLCC
Tumblr media
0 notes
askdrzinasia · 10 months
Text
An outlook to some Malaysian history
Tumblr media
The surroundings seen from the skybridge between the two Petronas Towers, 42 floors up/170 meter above ground, contains some architectural landmarks as well.
In front is the Menara Public Bank (Tower Public Bank, the Malaysian name of the Petronas tower is Menara Petronas). Public Bank group of Malaysia is the largest bank in shareholder value in the country. It spreads its operations into several branches all over ASEAN, targeting retail and SME customers. The MPB is 170 meter tall, as high as the skybridge, but placed on a lower level slope.
W Hotel Kuala Lumpur to the left is like what you expect of a W hotel anywhere in the world.
Business and professional services all around
Wisma Golden Eagle Realty is the four blocks between W and MPB. They are office blocks rented to different businesses and organisations.
Australian High Commission is the lower building to the right of Menara Tower. Malaysia is still part of the British Commonwealth, as is Australia. Embassy-level diplomatic posts are called High Commissions within commonwealth nations, Embassy when situated in sovereign and fully independent nations. They provide consular assistance for Australians in Malaysia.
AmBank Jalan Yap Kwan Seng is the tall Tower to the right. Ambank provides a wide range of bank and financial services within its different branches, including banking styled by islamic rules. Its largest owner is the Austrialan ANZ Banking group. The Tower is the 29th tallest in KL.
The 19 floor tall Bangunan Getah Asli (Menara) to the lower right is one of the oldest office buildings in the area, built in the 1980s. The green roof smaller building is mostly carparking, with some smaller service outlets outside.
Tumblr media
A view to the park
The view on the other side is mainly to the KLCC garden and leisure area. And northern Kuala Lumpur.
1 note · View note
Text
Aéroport Marrakech:
MAROC l’ONDA lance un guichet unique pour les taxis  H24Info.ma avec MAP Lancement du guichet unique de précommande des taxis via une solution informatique permettant la réservation et le paiement électronique. DR Un guichet unique « Kech.Cab » dédié à la précommande et à la réservation des taxis, via un système informatique basé sur les nouvelles technologies de l’information et de la…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
radiwassim98 · 1 year
Photo
Tumblr media
#marrakech🇲🇦 #marrakech #menara #marocaine🇲🇦 (à M Avenue Marrakech) https://www.instagram.com/p/CoImHKTo_yT/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
thelazyartistsblog · 1 year
Photo
Tumblr media
Pencawang 06:21 pm 02 Dec 2022 Ricoh GRIII Edit in Darkroom #seksyen24 #shahalam #building #ricohgrⅲ #darkroom #tower #menara #cinematicphotography #photography #colorphotography #skyphotography #outdoors #pagi #light #shadow #grsnaps #landscapephotography #morningmotivation #morningvibes #ricohgrmalaysia #ricohgrⅢ #pencawang (at Studio Rumah Kechil, Shah Alam) https://www.instagram.com/p/Cl5lrBRPiEr/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
desertsmell · 2 years
Photo
Tumblr media
To visit garden of Menara and discover others amazing sites with our different tours and activities, Feel free to contact us via pm, WhatsApp, or email, . Follow us @desertsmell . www.desertsmell.com . #luxury #hospitality #gorgeous #morocco #maroc #marokko #tour #visitmorocco #descubrir #discoverearth #planning #excited #lugares #motivation #safari #menara #marrakech #eventos #hungary #usa #germany #spain #poland #travelphotography #luxurylifestyle #art #viajes #explore #desenho #desert (à Morocco, North Africa) https://www.instagram.com/p/Ch5FOQbMfht/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note · View note
stevensua1979 · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
Photo
Tumblr media
The Menara Gardens 🪴 Are a historic public garden and located in #Marrakech,Morocco. They were established in the 12th century by the Almohad Caliphate ruler Abd al-Mu'min. Along with the Agdal Gardens and the historic red wall of #Marrakesh, the gardens have been listed as UNESCO World Heritage Site since 1985. . . . . ———————————— . . . Follow @4seasonsmoroccotours for more travel inspirations 🌻🧭 . . .Use #4seasonsmoroccotours to be featured 🎥 . . . .Book your tour in Morocco with @4seasonsmoroccotours 📧 . . ——————————— . . . . . . . . . .#モロッコ #travelmorocco #menara #menaragardens #サハラ #サハラ砂漠 #トラベル #日本 #世界を旅する #ハネムーン #saharadesert #marrakech #bahiapalace #vamosaviajar #viaje #viajesporelmundo #saharadeserttour #travelmarrakech #旅行 #旅行好きな人と繋がりたい #旅行記 #旅行好き #海外旅行 #韓国旅行 #台湾旅行 #京都旅行 #摩洛哥 (at Ménara) https://www.instagram.com/p/Cf33Rq9Nlhs/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
bodomalessinau-blog · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
sheltiechicago · 1 year
Video
View from the sky deck of Menara Kuala Lumpur, Kuala Lumpur, Malaysia by Jochen Hertweck
0 notes
meitybootz · 9 months
Text
Jam Gadang
Tumblr media Tumblr media
Jam Gadang | Jam Gadang adalah menara jam yang menjadi penanda atau ikon Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia. Menara jam ini menjulang setinggi 27 meter dan diresmikan pembangunannya pada 25 Juli 1927. Terdapat jam berukuran besar,  berdiameter 80 cm di empat sisi menara sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".
Jam Gadang menjadi lokasi peristiwa penting pada masa sekitar kemerdekaan Indonesia, seperti pengibaran bendera merah putih (1945), Demonstrasi Nasi Bungkus (1950), dan pembunuhan 187 penduduk setempat oleh militer Indonesia atas tuduhan terlibat Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (1959).
Saat ini, Jam Gadang menjelma menjadi objek wisata dengan perluasan taman di sekitarnya. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik pada hari kerja maupun pada hari libur. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sini.
Ukuran dasar bangunan Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar tangga selebar 4 meter, sehingga ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5 meter. Bagian dalam menara jam terdiri dari lima tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul.
Terdapat empat jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut digerakkan secara mekanik oleh mesin yang didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Recklinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.
Jam Gadang dibangun pada 1925–1927 atas inisiatif Hendrik Roelof Rookmaaker, controleur atau sekretaris kota Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Jamnya merupakan hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina. Seorang arsitek asal Koto Gadang, Yazid Rajo Mangkuto bertindak sebagai penanggung jawab pembangunan, sementara pelaksana pembangunan ditangani oleh Haji Moran dengan mandornya St. Gigi Ameh.
Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan oleh putra pertama Rookmaker yang pada saat itu masih berusia enam tahun. Pembangunannya menghabiskan biaya sekitar 15.000 Gulden di luar biaya upah pekerja sebesar 6.000 Gulden. Biaya itu bersumber dari Pasar Fonds, badan pengelola dan pengumpul pajak atas pasar-pasar di Bukittinggi.
Jam Gadang sedang dalam tahap kontruksi ketika terjadinya gempa bumi Padang Panjang pada Juni 1926. Gempa mengakibatkan bangunan menara miring 30 derajat sehingga diperbaiki seperti keadaan semula. Pada Februari 1927, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Andries Cornelies Dirk de Graeff meninjau pembangunan Jam Gadang dalam kunjungannya ke Fort de Kock.
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atapnya berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Bentuk ini sebagai sindiran agar orang Kurai, Banuhampu, sampai Sungai Puar bangun pagi apabila ayam sudah berkokok.
Pada masa pendudukan Jepang, bentuk atap diubah menyerupai Kuil Shinto. Pada 1953, setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.
Ketika berita proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan di Bukittinggi, bendera merah putih untuk pertama kalinya dikibarkan di puncak Jam Gadang, setelah melalui pertentangan dengan pucuk pimpinan tentara Jepang. Pemuda yang memimpin massa untuk menaikkan pertama kali Sang Saka Merah Putih di puncak Jam Gadang bernama Mara Karma.
Pada masa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia 1958–1961, terjadi pertempuran antara Tentara Indonesia (ketika itu bernama Angkatan Perang Republik Indonesia atau APRI) dengan pasukan PRRI. Pada tahun 1959, tepat dibawah Jam Gadang, APRI membunuh sekitar 187 orang dengan cara ditembak. Hanya 17 orang dari jumlah tersebut yang merupakan tentara PRRI, sedangkan selebihnya merupakan rakyat sipil. Para mayat tersebut lalu dijejerkan di halaman Jam Gadang.
Setelah operasi penumpasan PRRI, APRI membangun Tugu Pembebasan di sekitar Jam Gadang untuk memperingati kemenangan mereka. Relief di tugu melukiskan ninik mamak sedang "bersujud di bawah telapak kaki tentara yang berdiri dengan angkuhnya". Tugu tersebut dihancurkan pada masa pemerintahan Gubernur Sumatra Barat Harun Zain.
Jam Gadang sempat ditutup dengan dibalut kain marawa pada malam pergantian tahun 2008 ke 2009 oleh Wali Kota Bukittinggi Djufri. Alasan penutupan untuk mengurangi kerumunan pengunjung di pelataran Jam Gadang yang berpotensi menimbulkan tindak kriminal dan korban jiwa.
Jam Gadang dilaporkan mengalami kerusakan dan miring di beberapa lantai pasca-gempa bumi Sumatra Barat 2007. Kerusakan meliputi struktur utama, retakan di simpul atau tumpuan bangunan pada tiga tingkat pertama serta retakan horizontal di sekeliling dinding bangunan pada ketinggian sekitar 1,5 meter dari tingkat pertama. Selain itu, bandul jam patah sehingga jam tidak diaktifkan sementara waktu. Pada 2010, upaya penguatan bangunan dilakukan oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan menyuntikkan cairan kimia khusus. Biayanya bersumber dari Kedutaan Besar Belanda di Jakarta sekitar 600 juta rupiah. Rehabilitasi bangunan selesai dikerjakan bertepatan dengan ulang tahun Kota Bukittinggi yang ke-262 pada 22 Desember 2010.
Pada Juli 2018, kawasan Jam Gadang direvitalisasi oleh pemerintah. Pengerjaannya memakan biaya Rp18 miliar dan rampung pada Februari 2019.
Jelang pergantian tahun 2021, Jam Gadang kembali ditutup dengan kain putih untuk mencegah kerumunan warga di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
0 notes