Tumgik
#kisahkehidupan
uni-rie · 7 months
Text
Biarkan dia pergi, jangan tahan lagi dengan memanggilnya kembali
Meski menyerunya di dalam hati
Jangan bergeming, biarkan saja
Kau hanyalah masa lalu yang tak ingin di ingat lagi
Kau hanyalah insan yang cuma singgah
Jangan berharap lagi meski di dalam hati
Pergi... pergilah
Dan jangan pernah kembali
Tak perlu lagi bertanya pada jiwa yang telah hampa
Kau hanya akan menemukan ruang kosong tak berpenghuni
Karena sejak pertama kali kau melangkah pergi
Dia tak pernah berharap apapun lagi kecuali menunggu satu yang pasti "MATI"
Kepergian,,,
17-26 September 2023 || 23.24
13 notes · View notes
vamm97 · 2 years
Text
Mungkin seperti ini cinta, Bukan kamu yang sakit tapi kamu yang tersiksa. Tanpa sadar dirimu melemah karena kabar manusia lain yang sedang tidak baik-baik saja. Terima kasih telah membuatku sesuka ini, secinta ini, serindu ini. Tapi aku tahu semua itu tak lebih penting dari kabar baik mu. . Katamu ini konsekuensi, Kupikir kenapa yah, rasanya terlalu banyak konsekuensinya jika bersama mu? Kita sepakati bahwa harus kuat dan sabar. Semoga kita sampai di titik yang semuanya sudah menjadi baik2 saja dan tak ada ketakutan disetiap rasa cinta yang selalu semakin kuat untukmu. Luv u
0 notes
secangkirasa · 2 years
Text
Hello, World!!
its been a long time.
Apa kabar dunia? Tumblr apakah masih sama dengan yang dulu? Sudah bertahun-tahun ga mampir ke situs ini. Bahkan mungkin sudah hampir lupa bahwa dulu pernah bersosialisasi disini. Banyak hal yang berubah, banyak hal yang baru. Tetap sibuk dengan dunia nyata yang makin terus membuat lelah dan penuh perjuangan setiap harinya.
Waktu terus bergulir tanpa peduli akan siapnya kita atau tidak terhadap perubahan. Belakangan ini jadi ingat masa dulu saat berada di Tumblr. Cerita-cerita manis, pahit, hal yang membuat nangis, konflik, kisah drama "cinta fitri" hingga pertemanan yang hingga kini masih terjaga, tiba-tiba jadi terlintas. Dulu ada community yang perlu dijaga hingga pada akhirnya bubar karena semua terlalu sibuk dan lelah. Menyadari bahwa kehidupan nyata lebih menyita waktu dibandingkan kehidupan maya.
Cerita-cerita itu akan terus diingat, ya karena itu merupakan bagian dari memory yang tidak akan bisa dilupakan dengan mudahnya kecuali di brainwash. Mungkin ada yang merindukan kisah lama tersebut tapi waktu tidak bisa dikembalikan. Semua itu hanya merupakan bagian dari kehidupan.
Teringat bagaimana dulu gabung di Tumblr itu karena seorang teman. Awal hanya coba-coba ternyata menarik dan kemudian gabung di grup Line. Hey, kamu apa kabar?
Hey, kalian yang dulu ada di KITA apa kabar? KITA JABODETABEK, KITA SUMATERA, KITA KALIMANTAN, KITA JATENG, KITA JATIM (dan lupa daerah mana lagi). Dari community kita belajar apapun bisa kita lakukan walau belum pernah bertatap muka secara langsung. Rindu saat-saat dimana kita sibuk berkomunikasi hanya untuk membuat sebuah majalah yang disebut KITA MAGZ, jika diingat kembali hal tersebut betul2 ajaib. Bagaimana bisa semua berkomunikasi untuk sebuah artikel yang bahkan kita ga pernah bertemu langsung. But, itu kisah tersendiri yang dibalik layarnya pun banyak drama.
Ya, itu kisah bertahun-tahun lalu yang kini cuma untuk dikenang dalam ingatan. Yang tidak akan terlupakan, yang akan menjadi kisah tersendiri, yang mengingatkan bahwa dulu kita pernah berjuang tapi gagal untuk mempertahankan. Mengingatkan bahwa kita pernah menjadi seseorang yang tidak kesepian karena disetiap harinya ada teman-sahabat yang selalu aktif saling menyapa.
14 notes · View notes
kanvasrindu · 3 years
Text
Aku yang mulanya pernah menjadi tempat paling nyaman untuknya, tempat yang kujanjikan bahwa aku akan selalu ada di sana, mendengarkan semua cerita-ceritanya, dan melumat semua derita hingga lukanya. Namun, kini, aku malah menjadi tempat kecewa. Tempat dia tak mau berkunjung, tempat saat aku terpaksa untuk menjauh. Melupakan semua kenangan yang ada, melupakan semua perasaan yang tak pernah tersisa.
Di saat kenangan-kenangan itu datang menghantui jiwaku lagi, pikiran-pikiran yang semrawut kembali mengikatku tidak karuan. Penyesalan-penyesalan masa lalu kembali mengguyur deras membasahi jiwa. Aku tidak bisa membacanya. Apakah itu suka? Duka? Atau, luka?
Menyebalkan memang, berusaha menjaga perempuan yang dianggap istimewa, tetapi malah membuatnya kecewa.
8 notes · View notes
titinawaludinsblog · 2 years
Text
Terimakasih sudah bertahan sejauh ini, memaafkan kebodohan yang terjadi oleh hayalan-hayalan tinggi, jatuh terluka mengobatinya sendiri, melewati hari-hari berat bertengkar dengan diri sendiri, badan terbaring lemah tak berdaya. Membohongi diri terlihat baik-baik saja. Memaksa diri bisa melewatinya. Lima waktu tak berhenti ku meminta pada-Nya.
Ya, dan akhirnya berada di titik melihatmu sudah terasa biasa-biasa saja. Kembali menjadi dua orang asing yang hanya tau nama tidak saling mengenal. Sehebat itu skenario Allah mempertemukan hanya untuk dijadikan pelajaran sangat berharga. Menjadikan trauma hebat yang pernah ku lewati. Ku ucapkan sekali lagi, Terimakasih wahai diri sudah bertahan sejauh ini. Ternyata kamu bisa.
3 notes · View notes
ksatriaberkuda · 2 years
Text
Berkatalah yang baik atau diam
Disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad, bahwa suatu ketika ada seorang sahabat yang menyampaikan kepada Nabi SAW tentang seorang wanita yang ahli ibadah tapi suka menyakiti tetangganya. “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang rajin shalat malam, gemar berpuasa di siang hari, giat melakukan amal kebaikan dan banyak bersedekah. Namun dia sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.”
Mendengar laporan ini, Nabi SAW menjawab, “Tiada kebaikan padanya dan dia termasuk penghuni neraka.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa para sahabat bertanya kepada Nabi SAW mengenai penyebabnya. “Kenapa?,” tanya salah seorang sahabat.
Nabi SAW menjawab, “Sebab mulutnya selalu menyakiti orang lain. Dia suka mengganggu tetangganya dengan ucapannya. Seluruh amal ibadahnya hancur, karena dia punya akhlak yang buruk. Dia menjadi ahli neraka karena ibadahnya tidak mampu menjadikan dirinya untuk berakhlak yang baik.”
Kemudian seorang sahabat menyampaikan lagi, “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang hanya melaksanakan shalat wajib saja dan hanya bersedekah dengan sepotong keju namun dia tidak pernah menyakiti tetangganya.”
Nabi SAW menjawab, “Dia termasuk penghuni surga.”
sumber: https://islami.co/kisah-wanita-ahli-ibadah-masuk-neraka-karena-sering-menyakiti-tetangganya/
4 notes · View notes
greeneblue · 3 years
Text
Rindu
Tumblr media
"Manusia memang tidak sempurna. Aku yakin, dia akan menerima jika dia memang jodohmu"
2 notes · View notes
puanberirama · 3 years
Text
Tumblr media
Desa, Kesunyian, dan Kenangan
"Aku ingin lekas pergi" kata seorang puan
"Kemana kau akan bertolak dari rumah yang akan selalu menerimamu?" Tanya orang tua
"Entahlah, bukan masanya aku duduk santai disini. Seharusnya aku sudah pergi, jauh merantau mengasingkan diri" Jawab puan
"Memangnya apa sebab kau meninggalkan semua yang ada disini?" Tanya orang tua lagi
"Aku jengah, karena anginpun seperti sudah tak sudi menerima luapan aroma nafas dalam tubuhku ini" Jawab puan lagi
"Jaga ucapanmu Nak. Merantaulah, semua yang da disini tak ada yang akan membencimu seperti apa yang kau pikir dan ucapkan" Kata orang tua sedikit merendahkan nada yang tadinya tinggi
3 notes · View notes
hollarubyy · 3 years
Text
Holla, Everyone!
"Tentang Sebuah Rasa Peduli dan Tidak Peduli"
So, here we go. 🐋🐳🐋
Saya adalah orang yang introvert atau bahkan bisa disebut Ansos👀? Benar, itu saya beberapa tahun yang lalu sebelum mengenal keaktifan sosial media. Saya adalah orang cenderung tidak peduli dengan banyak hal, seperti masalah orang lain, masalah yang menurut saya tidak akan berdampak apa-apa bagi saya, bahkan saya tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil, seperti bagaimana penampilan saya.
Dulu, sebelum mengenal dunia yang luar biasa ini, saya berpikir bahwa semua hal adalah hanya tentang diri saya sendiri. "Saya dengan urusan saya, kamu dengan urusan kamu" . Setidak peduli itu saya akan semua hal yang ada di dunia ini. Tidak ada yang salah dengan kata-kata itu. Saya tidak harus mengurus urusan orang lain, dan orang lain tidak seharusnya mengurus urusan saya.
Namun ternyata setelah dipikir-pikir lagi, untuk hidup di dunia yang penuh warna dan rasa ini, kita harusnya dapat menerima segala hal yang ada di dunia, seperti komentar dan masukan orang lain, bukan?
Saya ambil satu contoh kecil yaitu "Cara berpakaian atau penampilan"
Dulu, saya tidak peduli tentang bagaimana saya berpakaian, tidak peduli dengan komentar orang lain tentang bagaimana harusnya saya berpakaian dan komentar-komentar lain yang bahkan terdengar cukup pedas. Saya pernah berpikir, "Toh, ini baju saya, saya yang berpakaian, saya yang malu kalau jelek, saya yang bangga kalau cantik, dan itu tidak ada urusannya dengan kalian." Tapi, setelah dipikir lagi, saya salah. Hal sekecil itu harusnya tidak hanya saya pikirkan untuk diri saya sendiri. Saya seharusnya juga memikirkan tentang, bagaimana teman atau orang-orang yang sedang bersama saya. Apakah mereka nyaman dengan penampilan saya? Bukan hanya memikirkan, Apakah saya nyaman dengan pakaian ini?
Bukan harus selalu peduli dengan semua komentar orang lain, namun paling tidak kita juga harus memikirkan dampak apa yang akan kita hasilkan untuk orang lain ketika kita melakukan sesuatu. Intinya, jangan egois. Kita nyaman namun ternyata mereka tak nyaman. Setidaknya, jika tidak mau terlalu repot dengan omongan orang lain, kita bisa meminimalisir semuanya, seperti berpakaian yang sopan dan tidak terlalu nyeleneh, yang penting nyaman dan tidak terlalu membuat risih.
Kasihan orang yang bersama kita, bukan? Setidaknya kita menghargai dia yang sudah berpakaian rapi dengan kita yang juga berpakaian rapi, dan bukan sebaliknya.
Note:
Tapi, bukan semua hal dari orang lain harus kita ambil ya. Ambil yang baik-baik saja dan buang yang menurut kita tidak baik. Jadi, ketika pendapat orang lain itu terlihat baik untuk kita lakukan, mungkin hal itu bisa dipertimbangkan lagi, namun jika komentar itu hanya membuat kita down dan overthinking, sebaiknya tidak usah.
Sekian, salam manis dari Orca🐋
6 notes · View notes
afsyifa · 3 years
Text
Tanpa Jejak
--------------
Tak ada yang bisa menebak alur takdir seseorang. Awal hidup yang bahagia, tidak menjamin bahagia selamanya. Begitupun sebaliknya. 
---
Pandanganku tertuju pada meja belajar. Pada tumpukan buku yang akhir-akhir ini jarang kubaca. Alasannya adalah kesibukan yang tak berujung. Alasan klasik memang.
Aku memilah buku-buku itu. Mencari buku bacaan yang sesuai dengan kondisi hatiku saat ini. Lama berkutat dengan kesibukan kuliah dan amanah yang lain, membuatku jarang mengunjungi perpustakaan pribadi. 
Kutarik buku yang berada di bagian tengah. Perlahan. Namun tiba-tiba buku yang ada di atasnya juga ikut terjatuh hingga terlihat beberapa isinya. 
Kubaca sekilas. Aku tiba-tiba teringat seseorang. 
Seseorang yang tidak pernah lagi kulihat. Tidak kuketahui kabarnya hingga saat ini. Sejak pertemuan terakhir 1 tahun yang lalu, ia menghilang bagai ditelan bumi. Atau mungkin ia tidak hilang, hanya saja aku yang tidak ditakdirkan untuk bertemu lagi dengannya. Mungkin.. mungkin.. dan mungkin.
Aku hanya bisa meraba berbagai kemungkinan yang melintas di pikiran. Namun berharap takdir mempertemukan kami suatu saat nanti. Ingin kudengar cerita perjuangannya. Yah, perjuangan mengarungi hidup sendirian. 
Tak ada sosok orangtua yang mendampingi sejak lahir hingga saat ini, membuat dia merasakan pahitnya kehidupan. Dia diasuh oleh nenek dari keluarga ibunya.
Salut. Melihat dirinya yang selalu terlihat tegar. Tersenyum bagai tak ada beban. Tidak pernah mengeluh di depan orang-orang, bahkan kepada sahabatnya sekalipun.
Tapi sebenarnya dia menyimpan luka rapat-rapat. Hanya berbagi cerita dengan Allah. Sebab dia tahu, bahwa hanya kepada Allah-lah tempat paling damai untuk menumpahkan segala keresahan dan kesedihan. 
Aku baru tahu. Selama ini terlalu banyak beban yang dipikulnya. Keluhnya pun sesekali ia curahkan pada buku diary, yang ada di tanganku saat ini. 
Buku diary-nya tertinggal di mushalla fakultas  waktu itu. Kebetulan aku yang dapat. Pernah aku menghubunginya dengan niat untuk mengembalikan buku diary. Namun karena kesibukan yang berbeda, janjian kami berkali-kali batal. Hingga saat ini, buku ini belum kembali kepadanya. 
Beberapa kali aku mencoba menghubunginya kembali. Tapi pesanku sepertinya tidak akan pernah terbalas. Sudah 1 tahun. Namun belum pernah ada balasan. Mungkin dia sudah mengganti nomornya dengan nomor baru. Tak ada media sosialnya yang bisa kuhubungi. Dia hilang tanpa jejak. Tak ada seorangpun yang tahu kabarnya. Atau mungkin orang-orang sengaja menyembunyikannya dariku? Entahlah.
Dia, saudara tak sedarah. Figur perempuan tangguh.
.
Kota Kuda
📝Cover Biru
12 notes · View notes
uni-rie · 10 months
Text
Jangan menyerah
Apa yang sudah engkau mulai, jangan lagi mudah tergoda untuk memberi kesempatan salah itu kembali datang, jangan pernah membuka pintu untuk seseorang yang memang tidak diperkenankan untuk masuk. Cukuplah masa lalu sebagai pelajaran untuk berjalan lebih hati-hati, agar tidak lagi tersandung dan mengalami luka yang sulit untuk kau obati sendiri.
Walaupun perlahan tapi pasti, tutup segala yang akan membuatmu kembali, terus berjalan dengan cahaya yang terus kau imani, jangan putus asa seluruh perjuangan tidak akan sia-sia selama engkau yakin pada satu petunjuk, yaitu Ilahi Rabbi.
Hari 1, untuk yang lagi berjuang berbenah diri...
Tumblr media
Di tengah terik sore, 17 Juni 2023
16.42 |
18 notes · View notes
o-agassy · 4 years
Text
Tumblr media
Re-Target
Tenang saja jika kita memiliki perubahan rencana pada waktu yang tidak kita persiapkan sebelumnya. Nyatanya memang belum tentu rencana kita juga merupakan bagian dari rencanaNya.
Master plan kehidupan yang sebelumnya kita rencakan dengan matang, tiba-tiba rusak seketika karena ada satu perkara yang dapat memutus mata rantainya.
Tenang, kamu tidak sendiri. Kita manusia, wajar saja jika demikian adanya. Calm down, take a deep breath, and say Alhamdulilah.
Tak selamanya mempersiapkan keberhasilan adalah langkah yang baik, karena biasanya kita lupa untuk mempersiapkan ruang di hati untuk kekecewaan yang sering kali satu paket datangnya.
Merubah rencana kehidupan tidaklah buruk, karena yang menjalani hidup kita sendiri bukan orang lain.
Orang lain tidak akan pernah tau sulitnya kita mencapai titik ini, dan kebanyakan mereka juga tidak mau tau. Yang mereka tau bahwa kita telah berhasil mendapat sesuatu yang mungkin belum mereka dapatkan, jadi seolah-olah kita ini hebat, padahal bukan.
Setelah masuk pada gerbang pembukaan, kita biasanya disuguhi beberapa ujian kehidupan. Tentu saja yang kita lakukan adalah berusaha bertahan, yang kemudian kita sampai di garis finish pada waktunya. Dan oleh mereka itu disebut kemenangan.
Hidup ini penuh dengan teka-teki. Kita akan selalu belajar sembari beradaptasi dengan kehidupan yang baru setiap harinya.
Anak-anak terlalu sering memuji senja yang akan berlalu, hingga mereka lupa bahwa mentari pagi menawarkan hal baru yang lebih menantang hari ini.
Bintaro, 9 Agustus 2020 | A. Firmansyah
17 notes · View notes
hujanjuniii · 3 years
Text
Ingat Kamu
Duduk aku di singgasana yang nyaman dan aman. Aku menyandarkan punggung pada dinding itu, merenung pada sebuah foto. Foto sepasang sahabat, yang tersenyum tegang saat menaiki wahana di salah satu tempat hiburan. Aku memandanginya dengan senyum simpul. “Hai.” Suaraku penuh sesak. Aku membawa foto itu ke dalam dekapanku, sambil memejamkan mata dan menengadah ke atas.
Kegiatan ini sudah biasa aku lakukan, di kala rindu datang dengan mengeroyok. Itu hal yang wajar saat kita merindukan sahabat dari kecil, apalagi terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Akan menjadi hal yang tidak wajar, jika hanya terpisah rumah dan beda komplek. Sahabatku dan aku, kami telah terpisah oleh jarak yang bahkan teknologi pun tak bisa mencapainya. Tidak akan ada lagi, saling berbincang menanyakan kabar ataupun bersenda gurau. Air mataku menetes, mengingat momen itu. Saat kami berbicara melalui benda itu, tetapi untuk sekarang. Aku hanya berbicara melalui angin yang berhembus dengan harap, pesan itu akan tersampaikan ke padanya. “Padanya.” Aku menghembuskan napas lirih, aku ingat waktu dia pergi jauh. Saat itu... .
****
Kriinggg… kringg…
Aku mencari dimana sumber suara yang kian berbunyi keras, mengacaukan mimpiku. Meraba tempat tidur dengan mata terpejam. Setelah dapat aku pun mematikan alarm, lalu mengecek jam seperti biasa.
“Gawat!!!!” pekikku saat tau itu pukul berapa. Pukul 07.00 WIB. Oke, aku kesiangan!! Ini bukan kali pertama, tentu saja. Aku dengan jantung yang berpacu cepat, loncat dari kasur yang menggoda, lalu menuju kamar mandi. Malaksanakan kewajiban yang hampir termakan oleh sunnah.
Ini hari Minggu, yang berarti waktunya “me time”. Mengingat kalau aku emang sudah libur kuliah, ahh… senangnya. Aku sudah merencanakan kegiatan di Minggu pagiku ini. Mulai dari kegiatan yang wajib dilakukan, lalu sarapan dengan segelas teh hangat, membeli kue di warung sarapan, menonton tv, lalu membereskan kos, dan hal lainnya. Ya… aku ngekos tentu saja, aku belum memutuskan untuk kembali ke kampung halaman.
Aku bersiap untuk pergi ke warung, menggunakan motor yang selalu menemaniku kemana pun. Setidaknya, aku punya dia yang selalu setia padaku. Tak membutuhkan waktu lama, aku kembali ke kos. Aku memasuki kos setelah menguncinya kembali, hanya berjaga-jaga. Hingga saat itu ponsel ku berdering pertanda panggilan masuk, saat akan menjawabnya, tetapi sudah terputus. Sejak keluar tadi, aku memang tidak membawanya, malas. Buat apa juga, wong ke luar sebentar. Tertera di layar ponsel adalah nama sahabatku, Zain. Aku sedikit mengabaikannya karena aku akan membuat teh terlebih dahulu, baru saja akan beranjak. Ponselku kembali berdering, Zain memanggilku lagi. Aku menggeser tombol hijau itu.
“Assalamu'alaikum, kenapa Zain?”
“Wa'alaikumussalam Warahmatullah, kelen itu kemana aja sih? Susah kali dihubungi!”
Ia langsung marah saat aku mengangkatnya, aku mendengar dari nadanya seperti bergetar dan serius. “Iya aku tadi keluar, gak bawa hp, kenapa Zain?”
“Yuli meninggal Far.. Yuli meninggal…”
Aku mengerjapkan mata beberapa kali, mencerna apa yang barusan aku dengar, Yuli? Yulia? Sahabat kami? “Ngomong apasih Zain! Jangan bercanda Zain!”
“Aku serius Far.. aku dari tadi hubungi kalian! Ula gak angkat, Rahma gak aktif, Isna juga!”
Mataku mulai berlinang, cairan dimataku sudah meberontak ingin terjun bebas di pipiku ini. Terlalu banyak, aku tidak bisa menhan akhirnya kubiarkan mereka lepas. “Zain.. serius.. jangan bercanda loh! Yuli.. Zain. Yuli… gak lucu loh!”
Aku tahu, Zain tidak akan berbohong, memangnya siapa yang akan berani berbohong menyangkut kematian seseorang? Hanya saja, aku sangat terguncang.
“Ngapain aku bohong hah?!” Dia menangis.
Kakiku lemas, aku langsung luruh ke bawah, menyandar pada dinding, dengan ponsel yang masih digenggamanku. Zain memutuskan panggilan, setelah pamit tadi, ia akan mencoba menghubungi sahabat kami yang lain, dan memberitahu di grup sekolah dulu.
Aku menangis sejadi-jadinya, meringkuk memeluk lutut. Aku melepaskan segala sesak di dada yang sejak tadi kurasakan. Aku meraih bantal yang ada didekat ku, mendekapnya dengan erat. Perkataan Zain terus mengiang, bayangan Yuli juga ikut menghampiri. Rasa sesal menyelinap di hati. Lama aku dalam posisi seperti ini, menghapus air mata, tetapi keluar lagi. Ku coba untuk berhenti, namun gagal.
Aku mengecek pesan di WA, ternyata Zain sudah mengabari. Aku ingat, bahwa sebelum aku keluar, memang ada pesan masuk dari grup kami, lalu kuabaikan, karena aku pikir chat obrolan biasa. BODOH!! Iya aku sangat BODOH!!
****
Sejak saat itu.. aku sudah tidak bisa mengabaikan grup chat kami. Tidak! Aku tidak bisa. Ada rasa penyesalan yang sering kali hinggap. Aku sering mengabaikan mereka, beranggapan bahwa ada banyak waktu untuk sekadar berbicara. Bahkan dengan 'dia’ aku pun melakukan hal yang sama. Sekarang, aku begitu menyadari bahwa waktu ini begitu singkat. Aku mulai menikmatinya, menikmati waktu dengan mereka yang tersisa.
‘Hey, kamu? Apa kamu mendengarku? Jika iya, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku, meminta maaf dari dasar hatiku. Aku minta maaf karna mengabaikan pesanmu, tidak berbicara banyak denganmu, dan menyembunyikan sesuatu darimu. Tadinya aku akan menceritakannya kala bertemu. Namun, semesta seolah menyadarkanku satu hal. Jangan suka menunda nunda sesuatu yang kelak kau akan menyesal. Dan, aku mengalaminya. Jadi, apa kamu mau memaafkanku?’
4 notes · View notes
kisahkemarintentang · 4 years
Text
Komunikasi adalah hal yang utama dari sebuah interaksi. Ketika komunikasi itu terhambat, maka siap-siaplah bom waktu itu akan meledak.
Sstttttt, komunikasi itu untuk semua elemen. Pertemanan, keluarga, kerabat, saudara, sepupu, orang tua, anak, patner kerja, bermuamalah, guru, murid, bos, karyawan hingga pasangan pun.
Jadi berhati-hati dalam berucap namun jangan sampai membuat terhambat hingga akhirnya menurun empati bahkan simpati.
Kisahkemariin, October 2020, Safar 1442 H
5 notes · View notes
nirmalaaa · 4 years
Text
Seni Melupakan
Dalam menjalani hiruk piruk kehidupan kadang kala perlu seni melupakan.
Setelah bermuhasabah segera lupakan kesalahan diri sebagai bentuk terimakasih.
Jangan memaksa diri untuk sempurna karena manusia jauh dari keistimewaan yang hanya dimiliki sang maha tunggal.
Kesempurnaan hanya milik oleh Allah Azza Wajalla, tidak dapat dipungkiri hal ini jelas terdapat dalam Asmaul Husna.
“Hanya milik Allah-lah asmaul-husna (nama-nama yang maha indah), maka berdo’alah kepadaNya dengan nama-nama itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang (dari kebebanran) dalam (menyebut dan memahami) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan” (QS. Al-a’Raaf: 180).
Demikian hanya Allah yang memiliki sifat maha sempurna dalam arti mencapai puncak kesempurnaan hingga tidak ada celaan dan kekurangan sedikitpun untukNya. Inilah yang dinamakan dengan kesempurnaan di atas kesempurnaan. Allah Azza Wajallah.
Gelar “Maha” hanya dikukuhkan kepadaNya. Walau dalam keseharian sering kita jumpai gelar maharaja atau mahasiswa, sedikitpun gelar itu tidak dapat menandingi hingga puncak sempurna, kesempurnaan diatas kesempurnaan.
Sekali lagi kita perlu seni melupakan,
melupakan caci maki, hinaan, tudingan bahkan fitnah kejam yang kerap menghantam jiwa lugu saat diripun tak tau menau akan sorakan masal itu.
Segera lupakan perlakuan tidak mengenakan saat ketulusan sudah kita tumpahkan tersebab mengingat Allah menyukai hambaNya yang saling menyanyangi.
“Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derakatmu? Para sahabat menjawab; tentu. Rasul pun bersabda; Kamu harus bersikat sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhi dan menghubungi orang yang telah memutuskan silahturahmi denganmu.” (HR. Thabrani).
Lupakan,
segera lupakan peristiwa menyakitkan yang selalu menimbulkan prasangka-prasangka buruk hamba terhadap Allah.
Jiwa yang sesak kerap memberi sakit yang luar biasa karena selalu mengingat hal-hal yang tidak disuka.
Mengingat kesalahan dari beribu kebaikan yang pernah didapatkan.
Mengingat cobaan perih dari kesedihan mencurah atas kepahitan penerimaan.
Atau kita juga perlu mengingat kembali, kesenangan dan kebencian adalah dua bentuk cobaan dalam wujud versinya masing-masing. Kebaikan dan keburukan adalah cabang dari versi cobaan tersebut.
Ibnu Yazid rahimahullah mengatakan, “Kami uji kalian dengan sesuatu yang disenangi dan dibenci oleh kalian, agar Kami melihat bagaimana sabar dan sykur kalian.”
Besamaan dengan mengurangi ekspektasi sekali lagi kitapun perlu melupakan.
Seni melupakan tidak serumit mengumpulkan jarum di tumpukan jerami. Tidak pula sesulit mencari permata di tenggorokan kerang pada dasar laut.
Allah sang maha sempurna telah memberikan solusi terbaik untu hamba-hambaNya yang mau berfikir dan beriman.
“Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepadaNya” (QS. An-Nahl).
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153).
Syukur, Sabar dan Shalat menjadi penawarnya.
“Wahai orang-orang mukmin, bersabarlah, lipat gandakan kesabaran, dan siap siagalah dan bertakwalah, pasti kamu sekalian akan menjadi orang-orang beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)
Semangat mengeja seni melupakan. Seni melupakan tidak untuk benar-benar melupakan segalanya. Tapi berusaha untuk menerima dan berlapang dada. Begitulah kira-kira.
Limapuluh, 2020
4 notes · View notes
boyhenk · 4 years
Text
Bacalah...
Tumblr media
1 note · View note