Tumgik
#DAY28
possibility221 · 6 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Angstober 2023, Oct. 28 prompt: Face the Consequences
Elementary episode: 4x01
37 notes · View notes
numenskog · 1 year
Photo
Tumblr media
#day28 of #middleearthmonth ! So today's #Faramir He was one of my fav characters as a teen and i needed to pay him a nice tribute. Also! I didnt planned It but It kinda mirror what i did on the second day and i could see the improvement and evolution between both and.... I'm quite happy with It! #cartoon #conceptart #fanart #fantasy #fantasyart #gondor #hero #man #lordoftherings #swordandsorcery #tolkien #tolkienverse #artistofinstagram #art #ink #artober #inkandpaper #art #middleearth #lotr #thehobbit #silmarillion https://www.instagram.com/p/CkROlhmrF9g/?igshid=NGJjMDIxMWI=
276 notes · View notes
kckenobi · 1 year
Text
Tumblr media
Bar Stools
Summary: After Obi-Wan’s funeral, Anakin goes to a bar. He encounters someone unexpected. (Angst April, 2k words)
“I was surprised to see you there,” Anakin says, without really knowing why he’s saying it. “At the funeral. It was invitation only.”
“And obviously, I was invited,” Satine replies. “Why wouldn’t I be?”
“Well, weren’t you and Obi-Wan…don’t the Jedi kind of…?”
"Obi-Wan was right, you are a bit awkward about all this, aren’t you?”
Keep reading
91 notes · View notes
kadiwright · 6 months
Text
Tumblr media
Day 28: Run
Prompt belongs to DarkDragonDeception on DA
FNAF (C) Scott Cawthon
Art (C) @kadiwright
25 notes · View notes
artistoftales · 6 months
Text
Tumblr media
Day 28 Neb-het
I want her to be happy #nebhet #nephthys #goddessofmourning #protectorofthedead #souldguidance #egyptianmythology #digitalart #akhtober #egyptian #drawing #mythology #art #day28 #digitaldrawing #magic #pagan #witchcraft #illustration #simple #kemetic #firealpaca #artist #artistoninstagram #myart #dahkyarts #artistoftales #artistonig
16 notes · View notes
kodalacar · 1 year
Text
Tumblr media
Camping 🏕
97 notes · View notes
sarahculture · 6 months
Text
Tumblr media
Inktober day 28 "Sparkle"
18 notes · View notes
theroguequeenaniki · 4 months
Text
Tumblr media
December Day 28: Chocolate 🍫
#KimickaPhotoADay
All the chocolate I got for Christmas! My stocking chocolate & the chocolate my brother included in my gift!
#chocolate #ChocolateCandyDay #stockingcandy #dove #kinder #pocky #yum #chrsitmas #day28 #december #december2023 #photo #photoaday #photoadaychallenge
8 notes · View notes
rainydaywhump · 4 months
Text
Zale - Ch. 4
Whumpcember Day 28 - Abandoned
<- Ch. 3
I've been neglecting Zale for a while! Coincidentally, so have his captors.
CWs/themes: mer whump; male whumpee; abandonment (it seems) (spoiler: it won't last); hopeless whumpee; self-hatred; captivity; injuries
Ever since Brimmer had hurt him in exchange for proper seawater in his tank, Zale had been left alone.
It was a relief at first. The mer had sunk to the bottom of his cramped tub and tried to sleep, one eye open as usual. The little cut Brimmer had made him inflict on himself was scabbed over and healing when he woke up. But after that, when no humans had entered the room he was trapped in for at least a day, Zale began to wish someone -- even Brimmer -- would come back.
It was difficult to tell time here. In the ocean, he always knew when evening was falling and when morning rose. Even in the deep, where he could rely on the daily rise and fall of plankton and the little ecosystems that accompanied them throughout the ocean's depths. But here? With no windows and no water, Zale was left in chronological drift while he remained painfully stationary. He'd never been cooped up for so long, much less above water...at home, he and his pod were constantly on the move. Most things in the sea were like that. He occasionally heard people moving outside of the room, but there was no pattern to it.
The mer even gained the confidence and desperation to try opening the door, but that was useless. He had considered yelling, if only to provoke someone into coming in, but after what Brimmer had said about his voice above water....no. No way. They couldn't understand him. He sounded alien to them.
Drained from the exertion, Zale flopped against the damp wall and curled his head into his tail.
He didn't want to see this hellish prison anymore. Not the empty bucket that had once held dead fish for him to eat; not the mostly-empty bucket that held extra sea water for him; not the cold, cramped tub or the hook on the wall that had once restrained him. And wasn't that the cruelest part? The people here knew he couldn't escape, no matter how free he was to move around.
His lungs had stopped burning, at least. Zale supposed he was getting used to breathing. It had finally become automatic a little while earlier.
The humans had been so interested in him before, he thought.
Why had they abandoned him now?
...
@whumpcember @i-eat-worlds @pigeonwhumps (lmk if you'd like to be added or removed to the taglist!)
10 notes · View notes
logicgunn · 11 months
Text
domaystic 28: recycling
On AO3
Written for @domaystic
“I’m not saying we should do it all the time, I’m just saying that it’s a more efficient way to make potable water.”  
The entire senior staff blink at Rodney.  
“Atlantis doesn’t purify liquids using evaporation,” he continues, “it’s much more complex than that. This is a relatively predictable chemical task for her compared to seawater, and given the time it’s going to take to repair and reseat the Zed-P-M, we need to reserve all the energy we can for things like, oh, I don’t know, defence?”  
“Okay, Rodney,” says Elizabeth, looking a little green. “Operation Lemonade is a go.”  
13 notes · View notes
boxthoughtsblog · 8 days
Text
Tumblr media Tumblr media
My Sky Today - March 28, 2024 7:04pm Hawaii Join the MY SKY TODAY project!
3 notes · View notes
wardhanikusuma · 1 month
Text
Takdir Tuhan
Ternyata oh ternyata selamat datang dikejutan kehidupan yang kesekian kalinya. Perjumpaanku dengan nya kala itu tidak di sengaja, di sebuah angkutan umum atau angkot, merupakan titik temu yang mengantarkanku pada serangkaian pengalaman hidup yang bagiku sangat menakjubkan, bagaimana tidak!.
Aku yang awam ini akan di hadapkan dengan berbagai persoalan hidup yang rumit, pelik, membuat hati dan pikiran tidak selaras serta tidak sejalan, bahkan otakku saja sudah tidak bisa membedakan dengan benar, mana yang tulus dan kamuflase.
Awal cerita ini dimulai dari perkenalanku dengan nya, seorang teman satu kampus, sebelum nya aku tak terlalu akrab dengan nya, bahkan aku secara langsung tak tau kepanjangan namanya, namun ternyata aku sudah di jadikan target, dan sialnya kala itu aku tidak menyadari hal itu.
Kembali lagi ke keadaan bahwa aku adalah anak rantau, sendiri di kota baru, tak mengenal satu sama lain dan jika memiliki seorang teman tentulah sangat senang, aku yang tak berpengalaman dalam hidup mandiri, seolah terbuai dengan kebaikan-kebaikan palsu yang aku rasakan, mereka yang menurutku sangat baik dan perhatian ternyata menyimpan perangkap mulus.
Awal berjumpa dan perkenalan semua terlihat wajar dan biasa saja, tidak ada yang aneh, hingga suatu ketika dia mengajak ku menemaninya bertemu dengan temannya, dia akan mengembalikan buku yang di pinjamnya, karena malas sendirian maka dia mengajakku, suatu alasan yang wajar dan nalar kan?.
Aku yang sedang bosan di kos-kosan secara otomatis mengiyakan ajakannya, tidak berfikir curiga sama sekali dan waktu yang di siapkan oleh mereka telah tiba, kami pergi mengantar buku ke sebuah tempat makan, aku tak menyangka ternyata tidak hanya teman nya temanku saja yang ada disana, di tempat makan tersebut ada dua orang lain lagi, yang jelas tidak aku kenal, seorang yang pertama usianya di atas kami, dua yang lain sepantaran dan akhirnya kami berkenalan, mengobrol ngalor-ngidul, mereka sangat pandai dalam mencairkan suasana, sampai disini aku tak menaruh curiga apapun.
Sebelum pulang ada satu bahasan yang menarik hatiku, karena sudah sore obrolan itupun berhenti, kami sepakat akan melanjutkannya esok hari, kebetulan besok hari libur jadi kami bisa mengobrol seharian bahasan yang tertunda. Hari esoknya kami bertemu lagi dan membahas kelanjutan topik perbincangan kami kemarin yang menurutku sangat menarik, lama dan panjang pembahasan topik itu, hingga akhirnya pikiran dan rasaku tak bisa di kendalikan, aku mengikuti semua kesimpulan dari topik utama itu.
Bagiku kala itu semua benar, terasa normal tidak ada yang salah, dan jika dipadu padankan dengan buku pedoman dan aturan yang ada, semua tidak ada yang menyimpang, bahkan aku melakukan serangkaian kegiatannya tanpa paksaan, karena kala itu aku merasa ini adalah jalan yang Tuhan berikan atas doa- doa ku. Semua prosedur telah aku jalani, awalnya aku merasa biasa saja, menerima semua aturan yang ada, hingga suatu hari semua berubah. Tabir yang mereka tutup rapat, perlahan terbuka pelan-pelan.
Di saat itu hatiku mulai goyah, mulai tak tenang, mulai bertanya-tanya dalam hati, tapi semua aku kesampingkan dan abaikan, seolah tak terjadi apa-apa dan biasa saja, padahal kala itu batinku sudah bergejolak, benarkah semua ini? Kenapa semakin kesini semakin tak jelas rasa dihatiku. Hingga kejadian demi kejadian naas yang aku alami perlahan mulai membuatku tersadar, bahwa semua ini salah besar, pelan-pelanku rasakan dengan hati, lambat namun pasti semua kuamati dengan teliti, semua dilakukan agar hati ini semakin jelas terasanya. Dan aku bisa mengambil kesimpulan terkahir bahwa aku akan pergi dari semua ini.
Kepergianku kala itu sangat tidak mudah penuh tarik ulur dan akhirnya ku akhiri semua dengan cara kasar, karena cara halus sudah tidak mempan, tidak mudah keluar dari lingkaran itu, dan bahkan ada yang berakhir tragis jika menjauh dari mereka. Butuh kemantapan dan keyakinan yang kuat agar semua bisa di akhiri meski dengan cara kasar, namun hasil yang baik.
Awalnya aku tak bisa menerima semua yang telah terjadi, karena itu menorehkan banyak luka, kehidupan ku berubah drastis, tetapi lambat laun aku berproses menerima, bahwa perjumpaan ku dengan kejadian mengerikan itu membawa berkah untukku saat ini. Kata orang "nek ora kaya kuwe , ora kaya kiye" , ambil hikmahnya. Ini lah takdir dari Tuhan, perih dan menyakitkan di awal tetapi baik di akhir, hingga akhirnya kini aku menemukan kebahagian yang sejati...
2 notes · View notes
zulfazzakiyah · 1 month
Text
Perjumpaan Semu
Hari berganti dan minggu telah berlalu Bulan berubah dan tahun pun bertambah satu Sang putri kini tak lagi belia dengan umur yang terus maju Paras menggemaskannya tak berkurang meski bertambah waktu Bersama aku yang tetap menemaninya selalu Tahun kedua kehidupan kian berwarna Fungsi dan tugasku kini kian berganda Lantaran sang putri semakin gemar memakan segala Tak lupa dengan bertambahnya kosa kata Membuahkan suka cita pada seluruh keluarga Sebab kini sang putri kian banyak bicara Aku kini telah sempurna Berjumlah dua puluh pada mulut mungilnya Menambah jelita kala ia tertawa Namun, rupanya perjumpaanku dengannya akan segera sirna Sebab kawan atas tiba-tiba saja cedera Lantaran sang putri terjatuh ketika sedang bermain sepeda Sempurnanya aku ternyata hanya sekejap Tak sampai dua tahun bersama dengan lengkap Jumpa dengan kawanku rupanya juga acap Lamun segala fungsi dan tugasku harus bekerja tetap Agar tak ada kesulitan pada masa yang di hadap Menuju tiga tahun sang putri kini Kawananku semakin tak lengkap lagi Menyisakan beberapa pada bagian seri Meski begitu aku tetap setia menemani Sebagai gigi susu yang selalu membersamai
3 notes · View notes
desyilmi · 1 year
Text
Yang Tak Mau Menunggumu
Setelah hening sejenak untuk refleksi, selanjutnya akan melangkah ke mana kita? Kalau saya, ingin melangkah menatap harapan selanjutnya *cie. Harapan tersebut dipengaruhi satu kalimat yang menurut saya cukup powerful, begini...
Hari-hari kita di dunia, akan menentukan bagaimana posisi kita di akhirat kelak.
Bukankah kita harus berikhtiar untuk mendapatkan posisi kita? Dan untuk itu, siapa sih yang tidak ingin menjadi “sebaik-baik manusia”? Mungkin ini terdengar cukup klise. Namun berharap menjadi “orang yang bermanfaat”, itu tak pernah salah kan? Hehe. “Bermanfaat” menjadi salah satu nilai hidup yang diajarkan Bapak, dan saya teringat pernah menulis tentang itu di tahun 2019. 
Saat itu saya sedang jengah dengan standard dunia yang selalu mengukur orang dari uang, jabatan, pekerjaan, dan sejenisnya. Terlibatlah diri ini dalam suatu diskusi dengan Bapak. Dan beliau hanya bilang, “yang penting manfaatnya...” (Oh ya, tulisan berjudul  “Harga Sebuah Manfaat” tersebut dapat dibaca lebih lengkap di: https://desyilmi.tumblr.com/post/189533394291/harga-sebuah-manfaat . Hiya promosi :D)
Jadi, jika ditanya: apa yang ingin dilakukan setelah refleksi diri dan menutup buku yang lalu? Yaitu membuka buku baru dengan harapan dapat menjadi pribadi yang lebih bermanfaat. Keinginan untuk selalu menebar manfaat tentu tak bisa kita dapatkan dari diri yang pasif. Peluang manfaat itu harus kita siapkan.
Terkadang kepikiran, apa yang sekiranya dapat diberikan oleh diri yang biasa-biasa saja ini? Pernah kepikiran begitu juga tidak? Wajar sih. Insecurity sudah menjadi makanan populer di kalangan pemuda zaman sekarang :D. Padahal (kalau kata salah satu guru), impact itu tidak harus sesuatu yang sangat besar. Kita selalu dapat membantu dengan cara yang dapat kita lakukan, sekecil apa pun. 
“Manfaat” terbuat dari bata-bata kebaikan yang disusun sesuai porsinya. Dan tahu tidak? Ada yang tak mau menunggu kita di dunia ini. Apa itu? KEBAIKAN. Tanpa kita pun, kebaikan akan menemukan tuannya. Mana mungkin dia menunggu, padahal ada ribuan manusia lain yang sedang antre menyambutnya. Maka pilihannya ada di tangan kita: jemput kebaikan itu sekarang, entah kapan lagi, atau tidak sama sekali :)
Jika berbicara cap cip cup kesempatan untuk berbuat kebaikan, sebenarnya peluangnya pasti ada banyak tersirat. Masalahnya, kita terlalu banyak beralasan. Kang Yazid Fatih dalam blognya, menyebut alasan-alasan itu sebagai “berhala berbuat kebaikan”. 
Takut jika kebaikannya tak berdampak lah, perencanaan yang belum sempurna lah, butuh waktu yang lama lah, dan lain-lain. Padahal kunci berkebaikan hanya: SEGERA. Jika kita tunda, belum tentu lima menit kemudian kita masih berniat melakukan kebaikan itu. Sayang banget, kan? :(
Oleh karenanya, Mba Birrul (lagi-lagi) berpesan agar kita selalu bersiap-siap. Jadikan semua momen yang kita lalui sebagai tempat belajar, kapan pun dan di mana pun. Kenapa? Karena kita tak pernah tahu kapan peluang kebaikan itu akan hadir. Jadi saat itu datang, kita sudah siap menyambutnya dengan ilmu.
Saya pernah mendengar tentang a high level goodness: kebaikan yang kita lakukan karena kita mencintai kebaikan itu. Ia tak selalu harus mengguncang dunia, tapi pastikan kita tulus melakukannya. Bukankah seperti itu kebaikan bekerja?
Esensi bermanfaat yang harus dimiliki manusia, ternyata ditentukan dari seberapa giat kita menyambut peluang kebaikan. Kuncinya? Mulai saja dulu :) Kalau tidak dari sekarang, mau kapan lagi? Kalau bukan kita, ya sayang aja :D
------------------------ Sunyi di Jogja, 12/01/2023 | 23:55 WIB
21 notes · View notes
kadiwright · 2 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Day 28: Wedding
Prompt belongs to KatiAmel
Animal Crossing: New Horizons (C) Nintendo
Art (C) @kadiwright
4 notes · View notes
sistiadinita · 4 months
Text
Bagaimana jika Aku tidak Membaca?
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Q.S. Al-Alaq: 1-5)
Sedikit bermuhasabah, sebagai wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw., ayat ini memberi perintah pada manusia untuk membaca. Pada saat itu, Rasulullah Saw. merupakan seorang yang buta huruf. Bahkan dalam tafsir Al- Azhar oleh Buya Hamka, hingga tiga kali malaikat Jibril harus mendesak Rasul untuk membaca, dan tiga kali pula Rasul mengaku tidak mampu membaca. Setelah malaikat meyakinkan bahwa Allah Swt. akan memudahkan usaha Rasul seiring proses membaca, maka telah sampailah wahyu pertama, yang menjadi titik awal proses membaca Nabi Muhammad Saw.
Mengapa perintah membaca menjadi tanda kerasulan Muhammad Saw.?
Ada apa dibalik membaca?
Menilik dari tulisan sebelumnya tentang membuka diri, ada cerita sedikit mengenai dua orang yang bersilangan takdir denganku. Orang pertama adalah kawan sebangkuku di waktu SMA. Dia anak yang sangat pendiam. Tidak akan berbicara jika tidak diajak bicara. Pada suatu hari aku melihatnya membaca buku yang sangat tebal, dengan asyiknya. Aku tidak berani mengganggunya. Selain daripada khawatir akan mendistraksi proses membacanya, aku juga tidak terlalu ingin tahu dengan apa yang dibacanya. Pada waktu itu membaca belum menjadi hobi utamaku. Aku hanya membaca di kala luang waktu, terkecuali disaat ujian sekolah menunggu.
Tetapi, hari demi hari aku semakin penasaran. Dia terlihat makin asik dengan dunianya dan lebih sering mengacuhkanku.
Tak tahan dengan sikapnya, akupun memberanikan diri untuk bertanya buku mengenai apa itu. Mendengar pertanyaan itu, matanya berubah seperti lampu gantung di halaman teras rumah orang- orang menjelang Ramadhan dan hari raya; sungguh berbinar- binar. Tetapi ia tidak menceritakan padaku apa kisahnya. Ia langsung menawarkan buku itu untuk kupinjam segera setelah ia selesai membacanya. Dia bilang aku akan menyukainya. Keesokan harinya, ia menepati janji. Kubaca buku itu dengan seksama.
Buku setebal 816 halaman itu kuselesaikan dalam waktu 5 hari.
Dalam kesempatan lain, di sebuah stasiun bus yang sepi di kota Liverpool, aku sedang kesulitan mencari koin. Aku ingin masuk ke toilet umum, tapi sayangnya, aku sendirian dan untuk masuk ke toilet dengan palang pintu itu, kita harus membayar 50 pence (sekitar Rp 8.000,00). Sebagai seorang yang pemalu, cukup memalukan rasanya mendatangi seseorang dengan tiba-tiba untuk menanyakan apakah ia memiliki koin yang kupakai hanya untuk membuang air. Aku terdiam sejenak. Kulihat satu- satunya orang di dekatku sedang asyik membaca buku setebal 816 halaman itu. Angin segar terasa berhembus di wajahku. Melihat fenomena itu seperti menemukan orang dengan makanan favorit yang sama. Agak ragu pada awalnya, namun setelah kutarik napas dalam, aku memberanikan diri untuk menyapanya.
“Hey, you’re reading that book! I love it, too!” aku duduk disampingnya sambil menunjuk cover buku.
“You read it? Yeah, it is awesome, isn’t it?” ia menyambut dengan ramah dan meletakkan pembatas buku dan menutupnya.
Kamipun langsung bercakap dengan gurihnya, membahas sisi- sisi yang kami nikmati dari buku tersebut. Aku hampir lupa tujuan awalku.
Selang beberapa lama, percakapan kami berlanjut mengenai kehidupan masing- masing; setelah meninggalkan stasiun, apa saja rencana perjalanan kami.
Kami pun bertukar kontak dan ia menjadi salah satu temanku. Tentu saja, ia memberikanku koinnya, tepat sebelum meninggalkan stasiun. Sebelum memasukkan buku ke dalam tasnya, kupandang lagi judul buku itu. Buku yang sama yang diperkenalkan sahabatku di waktu SMA:
Harry Potter and the Half- Blood Prince.
Sejauh yang kuingat, membaca sungguh memberikan banyak manfaat. Jika tidak membaca, mungkin saja banyak rencana yang sulit untuk direalisasikan, dikarenakan sering kutemukan harta karun ketika membaca.
Kedepannya kuketahui, bahwa aku adalah seorang logophile. Aku menyukai kata- kata; kosa kata unik dan kutipan penuh makna yang menjadi pondasi rangkaian kisah. Aku gemar menandai kata- kata yang menggerakkanku secara kognitif maupun emosional. Buku catatanku penuh dengan kutipan-kutipan relatable yang menjadi penyemangat konstan. Hobiku adalah menulis kalimat-kalimat bermakna yang keluar dari mulut lawan bicara.
Dengan membaca Al- Qur’an, aku lebih dekat dengan Tuhan dan agamaku, membaca buku nonfiksi menjadikanku tetap waras dalam dunia yang penuh dengan hal tak pasti, dan membaca fiksi membuatku tetap belajar dari imajinasi. Oleh karena itu, aku sangat mengagumi para penulis. Seseorang yang menyalurkan isi pikirannya lewat kreativitas kata- kata. Membiarkan pembaca masuk dengan eloknya tanpa merasa harus melampaui batas. Ada gerbang khusus yang dibuka untuk jalur penulis dan pembaca; sebuah lorong yang intens dan apa adanya.
Bagaimana jika aku tidak membaca? Mungkin, aku hanya menjadi seorang pengelana tanpa peta, kerapkali tersesat. Membaca sesungguhnya membuatku dapat berjalan lebih jauh.
Namun, membaca juga membuatku pergi melanglang buana tanpa harus kemana-mana.
2 notes · View notes